Khusyuk atau Flow, Mana Lebih Baik ?

KULIAHALISLAM.COM - Salat merupakan suatu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang diyakini mampu mencegah seseorang dari perilaku fahsya’ dan munkar (Mahmudi dkk, 2022). 

Menurut tafsir Al Qurthubiy, fahsya’ dapat diartikan dengan segala perkataan dan perbuatan yang buruk, sedangkan munkar diartikan sebagai segala perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Lalu, kenapa masih ada banyak orang yang mengaku muslim dan dia salat, tapi juga berbuat zalim?.

Ada banyak manfaat salat, terutama jika dilakukan dengan khusyuk, salah satunya dapat mengurangi kecemasan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Damra dkk (2021) yang menunjukan adanya pengaruh yang positif salat khusyuk terhadap kecemasan, dengan kata lain dapat mengurangi tingkat kecemasan. Selain itu, penelitian Millah dkk (2020) juga menunjukan adanya manfaat salat khusyuk yang dapat meningkatkan kebahagiaan pada pasien stroke. 

At Tuwim (dalam Damra dkk, 2021) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi salat khusyuk yakni tumakninah dan zikir. Tumakninah dapat diartikan dengan melakukan gerakan salat dengan tenang dan tidak tergesa-gesa serta penuh perasaan. Sementara zikir, memperbanyak istighfar dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Sejalan dengan pendapat At Tuwim, Syaikh Mu’min Al Hadad (2017) mengartikan khusyuk dengan merasa sedang berhadapan dengan Allah dan mengingat akan kematian, dan memfokuskan pikiran serta merenungi ayat dan dzikir. Dengan salat khusyuk, hati seseorang akan merasa menemui Allah dan lahirlah konsep ihsan, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya (Shihab, 2006).

Menurut Al Ghazali (dalam Millah dkk, 2020), ada enam hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan salat yang khusyuk: pertama, hudhuru al-qolb yaitu kosongnya jiwa selain dengan apa yang sedang dikerjakan dan diucapkan, sehingga segala perbuatan dan ucapan sesuai dengan apa yang ada dalam kalbu.

Kedua, al-tafahhum yakni memahami makna bacaan dalam salat yang melibatkan fungsi kognitif (pikiran) untuk memahami kandungan beserta makna yang menyertainya. Ketiga, al-ta’zhim yang merupakan bentuk pengagungan dan penghormatan pada Allah SWT menggunakan kalbu untuk merasakan kehadiran-Nya.

Keempat, al-haibah atau sikap takut kepada Allah SWT sebagai akibat dari penggunaan kognisi tentang kekuasaan-Nya. Kelima, al-raja’ merupakan pengharapan yang mucul akibat keimanan yang kuat dengan pengetahuan akan kuasa, kasih sayang, dan karunia-Nya. Keenam, al-haya’ merupakan rasa malu yang muncul akibat kesadaran ketidakmampuan hamba dalam beribadah, selain atas kehendak-Nya.

Sedangkan dalam perspektif psikologi sendiri, konsep flow yang dikembangkan oleh Csikszentmihalyi (2014), ketika seseorang mengalami flow dia melibatkan proses kognitif dan timbulnya kenikmatan dalam melakukan sebuah aktivitas, serta dapat membuatnya melupakan aktivitas lain yang tidak berhubungan. Di sisi lain, flow juga dapat membuat seseorang tidak merasakan kelelahan, bahkan waktu berjalan serasa lebih cepat.

Suatu aktivitas yang dilakukan dengan flow akan membuat seseorang terpicu kreativitasnya ketika mengalami kebuntuan, meningkatkan kebahagiaan, dan mencapai aktualisasi diri. Dalam konteks pendidikan, flow dapat meningkatkan prestasi belajar dan juga meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar (Aini & Fahriza, 2020). Manfaat ini bisa dirasakan tentu dengan syarat seseorang atau individu dapat memasuki kondisi flow.

Merujuk pengertian Csikszentmihalyi mengenai flow dan hal-hal yang merujuk pada salat khusyuk, maka dapat kita temukan persamaan di antara keduanya yakni penggunaan kognitif (akal) dan perasaan (emosi), dan menyatu secara penuh dalam suatu aktivitas. Akan tetapi khusyuk menghadirkan Allah SWT, baik dengan pikiran maupun perasaan dalam perilaku (gerakan salat) maupun perkataan (bacaan salat) melebur dalam suatu aktivitas.

Betapa dahsyatnya salat jika dilakukan secara khusyuk. Meneladani kisah sahabat yang khusyuk dalam salatnya, bahkan ‘Amir ibn ‘Abdullah tidak mendengar suara putrinya yang menabuh tamborin atau istrinya yang membicarakan kebutuhan rumahnya dan pikirannya sama sekali tidak terganggu.

Juga dengan kisah Muslim ibn Yasar yang suatu ketika dia salat di Masjid Jami’ kota Basrah. Orang-orang bahkan langsung berkerumun mendekati reruntuhan sisi masjid yang roboh, sementara Muslim ibn Yasar tidak merasakan apapun hingga salatnya selesai. Belum lagi kisah sahabat lain yang begitu menikmati setiap gerakan dan bacaan salat (Wijaya, 2022).

Pada akhirnya konsep khusyuk bersinggungan dengan konsep, akan tetapi khusyuk menghadirkan kesadaran penuh akan keberadaan Allah SWT pada aktivitas salat. Tapi, bukankah esensi dari salat tidak sekedar berhenti pada ritualnya saja? Namun bukti paling terlihat oleh mata manusia adalah perilakunya.

Dia akan selalu menghadirkan Allah dan meleburkan diri pada setiap aktivitas (atau khusyuk pada setiap aktivitas), dimulai dengan belajar salat secara khusyuk tentunya. Jika sudah seperti itu, istilah salat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar’ dalam kehidupan nyata bukan lagi menjadi hal yang tabu. Wallahua’lam

Referensi

  1. Aini, N. Qurrotu & Fahriza, Irfan. (2020). Flow Akademik pada Pendidikan. Jurnal Dinamika Pendidikan, 13(3), 369-376.
  2. Al-Haddad, Syaikh Mu’min. (2007). Khusyuk Bukan Mimpi. Solo: Aqwam.
  3. Csikszentmihalyi, M. (2014). Flow. Flow and the Foundations of Positive. Psychology, 227-238. doi: 10.1007/978-94-017-9088-8.
  4. Damra, H. Rufaida, dkk. (2021). Pengaruh Pelatihan Shalat Khusyu’ Terhadap Kecemasan Akademis pada Mahasiswa Magister Profesi Universitas X. Nathiqiyyah: Jurnal Psikologi Islam, 4(1).
  5. Mahmudi, W. Latif. (2022). Kajian Sholat Khusyuk dalam membentuk Kepribadian Mahasiswa Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang. Bangun Rekaprima, 8(2), 40-50.
  6. Millah, F. Nikmatul, dkk. (2020). Pelatihan Shalat Khusyuk Meningkatkan Kebahagiaan pada Family Caregiver Pasien Stroke. Jurnal Intervensi Psikologi, 12(2), 81-94.
  7. Shihab, M. Quraish. (2006). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
  8. Wijaya, M. Tatam. (2022, 3 Maret). Kisah Kekhusyukan Shalat Rasulullah, Sahabat, dan orang-orang Saleh Lainnya. Diakses 31 Desember 2022. https://islam.nu.or.id/hikmah/kisah-kekhusyukan-shalat-rasulullah-sahabat-dan-orang-orang-saleh-lainnya-OToBl

Penulis: Rohman Priyanto (Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Editor: Adis Setiawan


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال