Generasi Islam Milenial, Perlukah Mempelajari Ilmu Kalam?

KULIAHALISLAM.COM - Generasi Islam milenial kebanyakan masih asing dengan sebutan ilmu kalam. Apalagi mereka yang tidak mengambil mata kuliah keagamaan ataupun menempuh pendidikan di instansi umum. Ilmu kalam adalah salah satu ilmu pokok dalam mendalami agama. Namun dalam perubahan zaman yang seperti sekarang, apakah mempelajari ilmu kalam masih dirasa penting? 

Ilmu kalam memiliki beberapa nama, antara lain ilmu usuluddin (ilmu yang mempelajari tentang pokok-pokok agama), ilmu tauhid (ilmu yang mempelajari keesaan Allah), Fiqh Al Akbar (pemahaman tentang agama), dan teologi Islam. 

Dalam kamus bahasa Indonesia, kata kalam‘ diartikan dengan perkataan atau kata (terutama bagi Allah). Sementara menurut bahasa dalam perspektif tauhid ilmu kalam memiliki definisi sebagai ilmu yang membicarakan atau membahas tentang masalah ketuhanan atau ketauhidan (Mengesakan Allah). 

Ibnu Khaldun memberikan pengertian bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan Ahli Sunah. 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membahas tentang persoalan kepercayaan tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, tentang rasul-rasul dan sifat-sifat, kebenaran kabar yang dibawa Rasul, dan alam gaib (seperti akhirat dan seisinya).

Pembelajaran dalam ilmu kalam didasarkan dari Alqur‘an dan Hadis. Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan. Dari sanalah cikal bakal lahirnya tiga aliran teologi dalam Islam, yaitu aliran Khawarij (aliran yang keluar dari barisan Ali dan memisahkan diri), aliran Syi‘ah (aliran yang tetap mendukung Ali), dan aliran Muktazilah. 

Setelah itu bermunculan pula paham teologi yang lain yang terkenal, yaitu Jabariyah dan Qadariyah. Karena Muktazilah bercorak rasional, maka aliran ini mendapat tantangan besar dari golongan tradisional Islam, yaitu aliran Asy‘ariyah dan aliran Al Maturidiyah yang keduanya disebut ahlussunah wal jama‘ah

Ilmu kalam sering menempatkan dirinya pada dua pendekatan dasar-dasar argumentasi yaitu aqli dan naqli. Oleh karena itulah, dari masa kemasa seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka pola pikir yang berbeda pun semakin banyak bermunculan. 

Demikian juga dengan ilmu kalam, pemikiran-pemikiran ilmu kalam dari pertama persoalan ilmu kalam itu muncul, masa modern, bahkan sampai masa kini terdapat perbedaan dalam doktrin-doktrin pemikirnya. 

Ilmu kalam sedikit banyak juga mempunyai hubungan dengan ilmu tasawuf dan juga filsafat. Ilmu kalam sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama. 

Sehingga pada dasarnya ilmu kalam menggunakan metode dialektika atau dikenal juga dengan dialog keagamaan. Sementara tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh melalui rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman. 

Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering nampak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Karena pengalaman rasa sangat sulit untuk dibahasakan. Ilmu kalampun juga mirip seperti itu, apalagi masalah dzat Allah yang sampai kinipun masih diperdebatkan. Sedangkan filsafat sebagai sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. 

Metode yang digunakanpun adalah metode rasional. Oleh karenanya filsafat dan ilmu kalam, sama-sama menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal (mengakar), integral (menyeluruh) serta universal dan tidak merasa terikat oleh ikatan apapun kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. 

Lalu setelah penjelasan diatas, masihkan perlu mempelajari ilmu kalam? Saya rasa perlu, selain untuk lebih mendekatkan diri dan mengenal Allah beserta seluruh ciptaan-Nya, ada beberapa manfaat lain dalam mempelajari ilmu kalam, diantaranya adalah untuk mengenal Allah (Ma‘rifatullah) dengan dalil-dalil yang pasti dan memperoleh kebahagiaan yang kekal dan abadi. 

Untuk mengungkap sejarah, karena sejarah adalah salah satu dari ruang lingkup ilmu kalam. Untuk meneguhkan keyakinan atau Akidah. Manfaat utama mempelajari ilmu kalam adalah menjadikan akidah umat Muslim lebih mantap dan tidak goyah, sehingga dengan anugerah Allah, kita akan selamat di akhirat, serta terhindar dari azab Allah yang disebabkan oleh kekufuran dan jeleknya keyakinan. 

Begitu juga selamat di dunia dari keruhnya pikiran dan dari kesimpulan yang global, yang tidak menemukan hakikatnya alam. Manfaat lainnya yaitu meningkatkan kemampuan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan murid tentang ilmu kalamsehingga menjadi muslim yang penuh tanggung jawab dan bijaksana dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. 

Penulis : Fany Della Rafimia (Mahasiswi Prodi Akidah Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya)

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال