Tokoh-Tokoh Sufi di Aceh

KULIAHALISLAM.COM - Dalam penyebaran Islam di nusantara, Aceh merupakan wilayah yang strategis sehingga Aceh sangat berpengaruh terhadap penyebaran Islam di daerah lain sehingga Aceh disebut sebagai “Serambi Mekkah” yang berarti pintu gerbang ke tanah suci Mekkah. 

Perkembangan tasawuf di Aceh bukan hanya falsafi namun juga sunni. Keduanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan tasawuf selanjutnya bahkan di daerah nusantara lainnya. 

Oleh karena itu Tasawuf di Aceh selalu menjadi awal mula dari pembahasan tasawuf. Berikut adalah beberapa tokoh-tokoh ulama besar dan karya- karya tasawufnya yang berpengaruh di Aceh:


1. Hamzah Al Fansuri

Catatan sejarah menuliskan bahwa Hamzah Al Fansuri di lahirkan di kota Barus, sebuah kota yang di beri nama Fansur oleh orang Arab. Oleh karena itu nama Al Fansuri menempel pada tokoh Hamzah tersebut. 

Kota tersebut terletak di sebuah pantai barat provinsi Sumatra Utara, di antara Sinkil dan Sibolga. Ada pula yang berpendapat bahwa Hamzah Al Fansuri berasal dari Bandar Ayudhi, Ibu Kota Kerajaan Siam, sebuah desa yang bernama Syahru Nawi di Siam yaitu Thailand sekarang. 

Tidak ada yang mengetahui dengan pasti tahun kelahiran serta tahun kematian beliau. Namun, beliau hidup sekitar tahun 1630-an, sebab seseorang yang menjadi pengikut dan komentatornya dalam buku Syarh Rub Hamzah Al Fansuri yaitu Syamsuddin As Sumatrani meninggal pada tahun 1630-an.

Pandangan tasawuf beliau berbau Phanteisme. Melalui karya-karyanya pemikiran tawasufnya di pengaruhi oleh pemikiran Ibnu Arabi. Hamzah Al Fansuri juga dianggap orang pertama yang menjelaskan paham “Wihdat al-Wujud” Ibnu Arabi di kawasan Asia Tenggara. 

Selain itu, Hamzah Al Fansuri juga disebut penganut tarekat “Qodariyah” yang dinisbatkan kepada Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Berikut beberapa karya-karyanya:

  1. Syarah al-‘Asyiqin
  2. Asrar ‘al-Arifin fi bayani ‘ilm as-suluk qa at-tauhid
  3. Kitab Aal-muntaha
  4. Ruba’i Hamzah Fansari 

Selain itu beliau juga di kenal sebagai sufi penyair, sastrawan sufi, seperti syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan lain sebagainya.


2. Syamsuddin As Sumatrani

Syamsuddin As Sumatrani merupakan murid dari Hamzah Al Fansuri. Oleh sebab itu Hamzah Al Fansuri dianggap sebagai figur sufi yang melanjutkan paham tasawuf wihdatul wujud yang dikenalkan dan kembangkan oleh gurunya. 

Syamsuddin As Sumatrani juga dikenal penyebar ajaran martabat tujuh, yang lebih dulu dikenalkan oleh Syekh Muhammad ibn Fadlullah Al Bunhanpuri. 

Al Bunhanpuri merupakan seorang ulama pencetus pertama pemikiran tasawuf yang berkelahiran India yang berpaham martabat tujuh. Martabat tujuh tersebut didasarkan pada ayat Alqur’an, Surah Al Hadid (57):3. 


هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ


Menurut Syamsuddin As Sumatrani, yang al-awwal adalah martabat ahadiyah; yang al-akhir adalah martabat wahidiyah; yang al-bathin adalah martabat wahdah; dan yang adh-dhahir adalah martabat-martabat alam al-arwah, alam al-mitsal, alam al-ajsam, dan alam al-insan.

Syamusuddin As Sumatrani meninggal pada hari Senin, 12 hari bulan Rajab (1039 H /1630 M). Sedangkan karya-karya monumentalnya yang di tulis dengan bahasa Arab sebagai berikut:

  1. Jawahir al-Haqaiq,
  2. Tanbih ath-Thullab fi Ma’rifati Malik al-Wahhab,
  3. Risalah Baina Mulahadzat al-Muwahhidin ‘ala al-Muhtadi fi Dzikrillah,
  4. Kitab al-Harokah, dan
  5. Nur ad-Daqaid

Sementara karya lainnya yang ditulis dengan bahasa Melayu adalah sebagai berikut:

  1. Mir’at al-Imam
  2. Mir’at al-Mu’minin,
  3. Mir’at al-Haqiqah,
  4. Mir’at al-Muhaqqiqin,
  5. Syarah Mir’ah al-Qulub,
  6. Dikr dairat Qaba Qausaini aw Adna, dan 
  7. Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri

Sementara karya lainnya yang belum diketahui, apakah berbahasa Arab atau Melayu adalah sebagai berikut:

  1. Nur al-Haqaia,
  2. Kitab Tazyim
  3. Syarb al’Arifin
  4. Kitab al-Martabah,
  5. Risalah al-Wahhab,
  6. Tanbihullah, dan
  7. Risalah al-Wahdah.


3. Nuruddin Ar Raniri

Beliau memiliki nama lengkap Nur Ad Din Muhammad ibn ‘Ali ibn Hasanji ibn Muhammad ar-Raniri berasal dari India, keturunan Aceh. Beliau dipanggil Ar-Rinikarena karena lahir di daerah Ranir (Rander) terletak di dekat Gujarat, India yang tidak diketahui tanggal dan tahunnya. 

Ar Raniri meninggal pada 22 Dzulhijjah 1096 H/21 September 1658 M di India. Ar Raniri untuk pertama kalinya berada di Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda.

Ar Raniri disebut ulama Sunni. Dianggap tidak sepaham sebagai ulama dengan pemikiran ulama sebelumnya, Ar Raniri mengecam kedua tokoh seblumnya yaitu Hamzah Al Fansuri dan Syamsuddin As Sumatra dianggap sesat sehingga tidak dapat diikuti karena pemikiran dan paham tasawuf yang dikembangkannya. 

Berikut beberapa karya Ar Raniri yaitu:

  1. Ash-Shirat al-Mustaqim,
  2. Durrat al-Faridl fi Syarah al’Aqaid,
  3. Hidayat al-Habib fi at-Tarhib fi al-Hadis,
  4. Bustan as-Salathin fi Dzikr al-Awwalin wa al-ahkam,
  5. Nubdzah fi Da’wah adz’Dzill,
  6. Lathaif al-Asror
  7. Asrar al-Insan fi Ma’rifat ar-Ruh wa al-Bayan,
  8. At-Tibyan fi Ma’rifat al-Adyan fi at-Thasawwauf,
  9. Akhbar al-akhirah fi ahwal al-Qiyamah,
  10. Hill adz-Dzill,
  11. Ma Al-Hayah li ahl al-mayyit,
  12. Jawahir al-‘Ulum fi Kasyf al-ma’lum,
  13. ‘Aina al-‘Alam Qabla an Yukhlaq,
  14. Syifa’ al-Qulub ‘an at-Thasawwuf,
  15. Hujjat ash-Shiddiq fi Daf’i Zindiq,
  16. Al-Fath al-Mubin ‘ala al-Mulhidin,
  17. Al-lam’an fi takfir man Qala fi Khalq al-Quran,
  18. Shawarin ash-Shiddiq fi Qath’i az-Zindiq,
  19. Rahiq al-Muhammadiyah fi Thariq ash-Shufiyah, 
  20. Ba’dua Khalq as-Samawat wa al-Ardl,
  21. Dan lain-lain.


4. Abd Ar Rauf As Sinkili

Beliau memiliki nama lengkap Abd Ar Rauf ibn ‘Ali Al Jawi Al Fansuri As Sinkili. Beliau diperkirakan lahir pada tahun 1024 H/ 1615 M. As Sinkili merupakan pengikut dari tarekat Syattariyah dalam rangka tasawuf Sunni, yang beliau pelajari dari Syekh Ahmad Al Qashashy di Madinah. 

As Sinkili juga dikenal sebagai ulama yang berhasil mendamaikan antara martabat tujuh yang di Aceh atau di kenal juga sebagai Wihdat Al Wujudiyah (Pantheisme) dengan paham Sunnah. 

Meskipun begitu beliau tetap menolak paham wujudiyah tersebut paham ini kemudian di bawa oleh muridnya, Syekh Abd Al Muhyi Pamajihan ke Jawa. 

Karya-karya As Sinkili, antara lain:

  1. Minat ath-Thullab 
  2. Hidayat al-Balighah
  3. Umdat al-Muhtajin
  4. Syams al-Ma’rifah
  5. Kifayat al-Muhtajin
  6. Daqaiq al-Huruf
  7. Turjumat al-Muatafidz
  8. Ta’bir al-Bayan, dan 
  9. Idha hal-Bayan.

Penulis: Nurul Fadia (Mahasiswa Akidah dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)
Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال