Syekh Abdul Qodir Jaelani Ketika Digoda Iblis

KULIAHALISLAM.COM - Semenjak kecil kita telah mendengar nama Syekh Abdul Qodir Al Jailani, menghormatinya dan mendoakan keselamatan serta kesejahteraannya.

Setiap mengaji dalam majelis, pimpinan atau pemuka ulama yang memimpin doa mengajak kita membaca Al-Fatihah yang konon dihadiahkan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani.

Nama Abdul Qodir Jaelani sudah bukan asing kedengarannya di telinga umat bahkan cerita kehebatannya terutama kegaiban dan kesaktiannya sering kita dengar dari para ulama atau Kiai kita. 

Hanya itu memang dan tak banyak yang kita ketahui tentang pribadi maupun ajaran kebenarannya yang menitikberatkan kepada mistik, kepada kerohanian.

Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah anak dari seorang yang bernama Abu Soleh. Abu Soleh dikenal sebagai orang yang tekun menjalankan ajaran agama Islam. Dia masih keturunan Imam Hasan bin Ali Bin Abi Thalib. 

Ibunya Syekh Abdul Qodir Jaelani juga seorang wanita dari keturunan keluarga Sufi. Maka tak heran, mereka melahirkan Syekh Abdul Qodir Jaelani yang juga Sufi dan terkenal itu.

Syekh Abdul Qodir Jaelani dilahirkan oleh ibunya tepat di bulan Ramadan tahun 470 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1077 Masehi. Ketika masih kecil, dia sudah yatim karena ditinggal mati oleh ayahnya. Ibunya hidup menjanda dan dalam kesederhanaan. 

Abdul Qodir Al Jaelani suka sekali belajar ilmu-ilmu Islam di kampungnya. Karena selalu merasa haus dengan ilmu dan rasa ingin tahu secara mendalam akhirnya dia meninggalkan kampungnya dan pergi menuju kota Baghdad.

Dia menganggap bahwa Kota Baghdad inilah bisa menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Menjelang keberangkatannya, Dia mendapat bekal dari ibunya yang sudah janda itu. 

Jumlahnya 80 keping emas. Karena takut jika di perjalanan Nanti bekal itu hilang atau diminta penjahat maka oleh ibunya dijahitkan pada bagian bawah mantelnya. Persis di bawah ketiaknya. Uang yang diberikan oleh ibunya ini merupakan warisan dari almarhum ayahnya.

Menjelang keberangkatannya, Syekh Abdul Qodir Al Jaelani mendapat beberapa nasihat atau pesan dari ibunya yang tercinta. Salah satu pesannya ialah sebagai berikut : 

Wahai Anakku, Muhammad Abdul Qadir Jailani, aku boleh pesan kepadamu. Janganlah engkau berdusta, jangan berbohong dalam segala keadaan. Jujurlah terhadap siapapun juga.

Berangkatlah Syekh Abdul Qodir Jaelani bersama para pedagang dengan naik kereta kuda. Kendaraan di masa itu yang sering dipakai oleh para pedagang untuk membawa barang-barangnya. Si kecil cikal bakal Sufi itu meninggalkan ibunya yang tinggal di Naif Jailani. Dia hendak ke kota Baghdad untuk mencari ilmu Islam.

Kereta yang ditumpangi bersama para pedagang lainnya mengaungi lautan padang pasir. Akhirnya sampailah mereka termasuk Syekh Abdul Qodir Al Jaelani di daerah Hamadan. 

Di situlah kereta diberhentikan oleh sekawanan perampok. Para penumpang dan pedagang yang ada di dalam kereta disuruh turun. Para perampok mengambil barang-barang para pedagang. Menggeledah di setiap jengkal dan mengambil barang yang dijumpainya.

Hanya Syekh Abdul Qodir Al Jaelani saja yang tak digeledah. Mungkin dianggap sebagai anak yang masih kecil, lagi pula Pakaiannya yang compang-camping tak mungkin mempunyai harta atau barang yang mewah. 

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani hanya tercengang melihat ulah perampok yang tak mempunyai sisi rasa kemanusiaan. Selagi dia masih memperhatikan ulah mereka, ternyata dia pun diperhatikan oleh salah seorang kawanan perampok.

Salah seorang perampok itu mendekati Syekh Abdul Qodir Al Jaelani dan bertanya kepadanya: 

Hai anak kecil siapa namamu ?

Syekh Abdul Al Qodir Al Jaelani menjawab: 

Namaku Muhammad Abdul Qadir.

Perampok berkata: 

Apakah engkau mempunyai emas?

Ia menjawab: 

Ya, aku mempunyai 80 keping emas, emas itu diletakkan oleh ibuku di bawah mantelku.

Perampok itu tercengang manakala mendengar dan memperhatikan ulah si kecil Syekh Abdul Qodir Al Jaelani. Betapa si anak ini jujur sekali sampai-sampai dia tidak mau berdusta sedikitpun walau uangnya telah disimpan ibunya di jahitan baju. 

Abdul Qodir Al Jaelani kemudian dibawa dan dihadapkan kepada pemimpin perampok. Semua perampok yang hadir dan melihatnya bahasa kagum dan mereka bertanya;

Cobalah nak kau ceritakan, bagaimana sehingga engkau bisa jujur seperti ini. Padahal kami hendak merampas uangmu, kata pemimpin perampok.

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani berkata; 

Menjelang keberangkatan ku, ibuku yang sudah janda memberi bekal 80 keping emas kepadaku. Uang itu adalah peninggalan almarhum ayahku. Oleh ibuku dijahit dan disimpan di dalam bajuku agar tidak diketahui perampok atau hilang karena jatuh. Lalu Ibuku berpesan agar aku tidak berbohong walau dalam setiap keadaan. Makanya, ketika kalian tanya aku, aku tak merahasiakan semua milikku yang tersimpan dan tersembunyi.

Mendengar cerita dari Abdul Qodir Al Jaelani, maka pemimpin perampok merasa sangat kagum padanya. Air matanya meleleh, dia menangis dan dengan tiada malu-malu dia berlutut di bawah kaki Syekh Abdul Qodir Al Jaelani. 

Dia dan anak buahnya akhirnya menyadari bahwa Kejujuran adalah sesuatu yang tiada dapat dinilai harganya, betapa sangat mahal. Perampok itu pun bertaubat dan menjadi murid yang pertama Syekh Abdul Qodir Al Jaelani.

Syekh Abdul Qodir Al Jaelanipun kemudian melanjutkan perjalanannya ke kota Baghdad. Kota Baghdad saat itu merupakan ibukota Khilafah Dinasti Abbasiyah dan menjadi pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. 

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani mendalami ilmu agama Islam di kota Baghdad. Salah seorang guru Syekh Abdul Qodir Al Jaelani bernama Hammad. Hammad dikenal sebagai sufi yang khas pendidikannya dalam menuju kesucian rohani.

Kehidupan Syekh Abdul Qodir Al Jaelani penuh kesederhanaan bahkan dia sangat suka sekali berpuasa dan tidak pernah meminta-minta kepada orang lain tentang sesuatu makanan. 

Dia senantiasa menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Syekh Abdul Qodir Al Jaelani dikenal di kota Baghdad sebagai ahli ibadah dan sufi yang mumpuni.

Berkat ketekunannya dalam ibadah serta otaknya yang cemerlang maka dia cepat sekali dalam menyelesaikan pendidikan dan latihannya. Syekh Abdul Qodir Al Jaelani menjadi seorang ahli hukum atau syariat yang terkenal di masa itu. Ilmu syariat ternyata masih kurang memuaskan jiwanya.

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani pun akhirnya menekuni ilmu rohani yang akhirnya dia menjalani latihan-latihan, menempuh tarekat kemudian mencapai ma'rifat dan hakikat. 

Karena kesempurnaan ilmunya dan amalannya, dia mendapat julukan Wali. Dia menghabiskan malam-malamnya untuk beribadah dan membaca Alquran bahkan saat melaksanakan salat pada malam hari dia berhasil menyelesaikan seluruh bacaan Alquran.

Ketika dia telah mendapatkan tingkatan kesempurnaan dalam jiwanya atau dalam rohaninya, ternyata iblis tidak membiarkan begitu saja. Iblis tak rela jika ada umat manusia yang berbakti kepada Allah. 

Maka pada suatu hari iblis mendatangi Syekh Abdul Qodir Al Jaelani dengan tujuan menggoda dan menjadikannya kafir. Iblis datang kepada Syekh Abdul Qodir Al Jaelani dalam bentuk menyerupai Malaikat Jibril.

Iblis berkata kepada Syekh Abdul Qodir Al Jaelani: 

Salam sejahtera untukmu wahai Abdul Qodir. 

Siapakah engkau ?, tanya Syekh Abdul Qodir Al Jailani. 

Iblis menjawab: 

Ketahuilah bahwa aku adalah malaikat jibril yang diutus Allah menghadap kepadamu. Aku telah membawakanmu Buraq dan akan membawamu ke langit dan tinggi menghadap Allah.

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani berkata: 

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Sesungguhnya engkau yang datang ini bukanlah Jibril tetapi engkau ini adalah iblis yang hendak menggodaku dalam ibadah kepada Allah dan Buraq tidak akan pernah datang melainkan hanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Iblis berkata: 

Betapa engkau dapat menyelamatkan dirimu dari godaanku karena ilmu yang kau miliki wahai Abdul Qodir.

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani berkata kepada iblis: 

Pergilah dari sini dan jangan ganggu aku.

Dalam suatu riwayat disebutkan juga bahwa Syekh Abdul Qodir Al Jailani pernah masuk ke dalam hutan dengan maksud mengasingkan diri demi mendekatkan jiwanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Ketika di dalam hutan tersebut, tiba-tiba muncul dari atas langit sosok yang sangat terang dan berkata kepada Syekh Abdul Qodir Al Jailani: 

Wahai Abdul Qodir Al Jaelani. Ketahuilah bahwa akulah Tuhanmu. Berkat ibadahmu dan kemakrifatanmu maka engkau menjadi manusia yang istimewa dalam pandanganku. Karena itulah aku memberi kemurahan bagimu. Kini Aku Telah menghalalkan bagimu segala yang haram.

Syekh Abdul Qodir al-jailani berkata: 

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Setan berkata kepadanya: 

Wahai Abdul Qodir, karena ilmu yang kau miliki dan rahmat Allah, engkau selamat dari tipuanku. Cobalah terangkan dari mana engkau tahu bahwa aku bukanlah Tuhanmu. 

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani berkata: 

Setan telaknat, ketahuilah bahwa Allah tak pernah menghalalkan apa yang diharamkan-Nya. Maka jika sinar cahaya yang terang benda tadi mengaku sebagai Tuhan dan menghalalkan yang haram jelaslah bahwa itu adalah tipuan dan daya upaya setan untuk menjadikan diriku terpelosok kepada kekafiran.

Demikianlah doa pengalaman yang pernah dialami oleh Syekh Abdul Qodir Al Jaelani ketika digoda iblis. Benar atau tidaknya cerita itu tidaklah jadi soal yang penting bagi kita adalah memetik makna dari cerita yang terkandung di dalamnya.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال