Siapa Yang Disebut Ulama? Begini Penjelasan Para Mufassir

KULIAHALISLAM.COM - Kata ulama berasal dari bahasa Arab yang artinya orang-orang yang berilmu. Dalam bahasa Arab, ulama merupakan bentuk jamak dari aliim. Kata ulama kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia yang berarti ahli dalam bidang agama Islam. Lantas siapa yang disebut ulama dalam al Qur'an? Bagaimanakah kriterianya?


Siapa Yang Disebut Ulama
Sumber gambar: pxhere.com

Dalil Tentang Ulama Dalam Al Qur'an Dan Sunnah

Dalam Al Qur'an, ayat yang berbicara mengenai ulama adalah QS. Fathir: 28. Allah SWT berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ ٢٨

Diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Dalam sebuah riwayat, Katsir bin Qais, ia berkata, saya duduk beserta Abu Darda di masjid Damaskus, kemudian datang laki-laki dan berkata, wahai Abu Darda, saya dari kota Madinah mendatangimu karena ingin mendengar sebuah hadits yang engkau peroleh dari Rasulullah. Tidak ada kepentingan lainnya. 

Abu Darda pun berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda: siapapun yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan membukakan jalan untuknya pintu surga, dan para malaikat meletakkan sayapnya karena rida kepada para penuntut ilmu, dan para penduduk langit bumi, ikan lautan akan memintakan ampunan untuknya, dan sesungguhnya keunggulan ahli ilmu atas ahli ibadah itu laksana keunggulan indahnya malam bulan purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi, sebab para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka mewariskan ilmu. Siapa saja yang memungut ilmu itu, maka ia mendapatkan bagian yang sempurna.

Yang Disebut Ulama Menurut Imam Ath Thabari, Imam Ibnu Katsir dan Imam Al Qurtubi

Tafsir Ath Thabari

Mengenai para Ulama yaitu orang yang patuh terhadap Allah, takut terhadapNya serta takut akan  hukumanNya sebab mereka ketahui jika Allah Maha Kuasa  atas  segala sesuatu.

Diriwayat kan dari Muawiyah, dari Ali, dari ibnu Abbas perihal fiman Allah di atas  ia berujar: “para Ulama yaitu orang yang menyadari dengan sebenar-benarnya jika Allah Maha Kuasa  atas segala sesuatu”.

Kemudian ayat ini ditutup dengan firmanNya jika Allah maha kuasa  untuk memberikan azab kepada orang yang kafir kepadaNya dan Maha Pemaaf  bagi  orang yang beriman  kepadaNya.

Tafsir Ibnu Katsir

Mengenai orang yang takut terhadap Allah dengan sebenar-benar takut ialah para ulama yang memahami Allah sebab  semakin  mereka memahami Allah dengan seluruh sifat yang disifatkan terhadapNya sehingga kian meningkat  rasa takutnya.

Ali bin Abi Thalha bercerita , Ibnu Abbas berkata : Ulama ialah orang yang mengetahui kalau Allah ialah maha kuasa  atas segala sesuatu.

Imam Sufyan Ats Tsauri bercerita : diriwayatkan dari Abu Hayyan dari seseorang, ia berkata , dipandang  bahwa  Ulama itu terbagi  jadi  3 kategori : Pertama , orang patuh  kepada Allah serta patuh  akan  perintah-perintahNya. Kedua, orang yang patuh kepada Allah bakal namun tidak patuh   perintah-perintah Allah. Ketiga, orang yang alim  perintah-perintah Allah akan  tetapi  tidak alim  Allah.

Tafsir Al Qurtubi

Yang disebut dengan Ulama orang yang takut akan  kekuasaan  Allah, barangsiapa yang melihat jika Allah maha kuasa hingga ia akan  meyakini bahwa Allah hendak memberikan hukuman  karena tiap maksiat yang dilakukannya.

Rabi’ bin Anas berceloteh: barangsiapa yang tidak takut terhadap Allah maka  ia bukan seorang  alim . Mujahid pula  berceloteh: mengenai orang alim  itu merupakan orang yang takut terhadap Allah.

Saad bin Ibrahim sempat ditanya siapakah yang paling  faqih di Madinah? Ia menjawab: orang yang paling  takut dengan Allah merupakan orang yang paling  faqih.

Imam Ali berceloteh: sesungguhnya  orang yang benar-benar faqih merupakan orang yang tidak membuat  orang lain putus asa dari rahamat Allah, tidak membikin orang lain bermaksiat terhadap Allah, tidak mendekatkan orang terhadap hukuman  Allah, dan tidak meninggalkan al qur’an gara-gara benci terhada pnya.  kebaikan pada ibadah yang tidak ada ilmunya, tidak juga  ilmu yang tidak diikuti dengan fiqihnya, dan tidak pula  bacaan  qur’an yang tidak diikuti dengan tadabbur.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalil dan pendapat mufassir di atas, terlihat bahwa kriteria utama seorang ulama adalah sikap takut kepada Allah SWT, bukan tingginya ilmu seseorang. Terlihat juga bahwa seorang ulama dalam makna asalnya tidak identik dengan penguasaan ilmu agama, melainkan seorang yang berpengetahuan dalam bidang apapun. 

Namun seiring dengan penyerapan kata ulama kepada bahasa Indonesia, maka terjadi penyempitan makna. Hal ini pada dasarnya tidak masalah asalkan kriteria utama seorang ulama tetap ada, yakni takut kepada Allah SWT. 



Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال