5 Pemikiran Imam Junaid Al-Baghdadi Dalam Bidang Tasawuf

Oleh: Maqbul Zaman Nain, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

KULIAHALISLAM.COM - Tasawuf merupakan suatu gerakan dalam agama Islam yang berfokus pada penyucian jiwa, pemurnian hati, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu tokoh tasawuf yang paling berpengaruh adalah Imam Junaid Al-Baghdadi.

Tasawuf bagi Imam Junaid adalah usaha untuk memurnikan hati, menghindari semua godaan dunia dan selalu berupaya untuk mengingat Allah serta mengikuti Rasul. Ajaran-ajaran tasawufnya antara lain:


1. Tauhid

Imam Junaid dalam menjelaskan tauhid menggunakan gaya berpikir teologi negatif. Artinya mendefinisakan Allah melalui negasi terhadap-Nya. Beliau mengutip kalimat Abu Bakr al-Siddiq “Maha suci Allah Zat yang tidak menjadikan jalan bagi makhluk-Nya untuk mengenal-Nya, melainkan ketidak mampuan mengenal-Nya.” 

Maksudnya cara kita untuk mengenal Allah dengan cara mengakui bahwa kita tidak akan mampu mengenal-Nya. Mengapa demikian? karena Allah tidak memiliki tandingan baik secara konsep maupun gambaran manusia. Bayangan kita tentang Allah menurut imam Junaid semuanya harus dinafikan karena hanya Allah yang ada dan itu tidak terjangkau oleh akal manusia.

Sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Ikhlas ayat 4:


وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."


2. Mitsaq

      Pada Qur’an Surah al-A’raf ayat 172:


وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.””

Ayat ini menjelaskan bahwa sebelum manusia dilahirkan ke dunia ia telah bersaksi dan berjanji bahwa Allah adalah Tuhannya, imam Junaid menyebut ini sebagai Mitsaq. Cerita hidup manusia di dunia adalah cerita mewujudkan perjanjian kepada Allah. Maka manusia seharusnya memenuhi janjinya untuk bersaksi bahwa hanya Allah satu-satunya Tuhan. Oleh karena itu jika seseorang hidup tidak di jalan Allah semasa hidupnya, otomatis dia telah mengingkari janjinya kepada Allah.


3. Fana’

Fana adalah kondisi ketika seorang sufi begitu terpesona dengan Allah dan karena itu ia kehilangan kesadaran atas dirinya. Pada tahapan ini hanya Allah yang ada didalam pikirannya, jadi dalam kesehariannya seorang sufi akan senantiasa mengadakan Allah di dalam hatinya.

Setelah peristiwa fana’ yang kemudian diikuti dengan menetapnya hati kepada Allah, maka tahap ini disebut dengan baqa’. Baqa’ ialah kesadaran yang telah menetap dalam Allah atau yang ada hanyalah kesadaran keberadaan Tuhan.


4. Sahw

Sahw adalah kembalinya seorang sufi pada kesadarannya, setelah sebelumnya mengalami fana dan hilang kesadaran. Pada fase ini adalah saat untuk hidup yang sebenarnya dengan kebersihan hati hasil fana’ untuk diaplikasikan di tengah masyarakat. Imam Junaid mengatakan bahwa Allah akan mengembalikan sufi pada keadaan semula, agar dia dapat menjelaskan bukti-bukti rahmat Tuhan kepada banyak orang. Dengan hal ini, masyarakat akan menghargai dan tertarik kepadanya.

Sahw merupaka ujian sebenarnya bagi seorang sufi yang harus mampu kembali kepada kesadarannya dengan hati yang telah disucikan oleh Allah. Para sufi ini harus mampu menyucikan hati secara terus menerus dalam kesadaran manusia sehingga dia benar-benar menjadi yang mencintai dan dicintai Allah.


5. Zuhud

Imam Junaid berpandangan bahwa zuhud adalah kosongnya tangan dari kepemilikan dan hati dari hal yang mengikutinya. Artinya, zuhud bukanlah meninggalkan segala urusan dunia. Manusia boleh memiliki harta namun tidak terikat sehingga terlalu mencintainya. 

Memiliki harta kekayaan diperbolehkan bagi umat islam akan tetapi harus senantiasa menghindari sikap tamak dalam mengejarnya apalagi menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

Bagi imam Junaid tanda seorang yang zuhud ialah saat seseorang memperoleh rezeki, ia tidak merasa berat memberi kepada mereka yang lebih membutuhkan. Seorang yang berzuhud senantiasa mewaspadai bahaya yang timbul akibat salah menggunakan harta, karena mememegang harta kekayaan ibarat memegang bara api yang bisa membakar dirinya sendiri. 

Ucapan terkenal imam al-Junaid tentang zuhud adalah, “seorang sufi tidak seharusnya berdiam diri di masjid dan berdzikir saja tanpa bekerja untuk nafkahnya. Sehingga untuk menunjang kehidupannya, orang tersebut menggantungkan dirinya hanya pada pemberian orang lain.”

Berdasarkan paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa ajaran tasawuf imam Junaid memiliki tahapan yang tersusun secara sistematis. Secara tidak langsung ia menyampaikan bahwa seorang sufi harus mampu membawa kabaikan bagi banyak orang, bukan hanya untuk diri sendiri. Ajaran tasawuf imam Junaid dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan diridai oleh Allah SWT.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال