Keistimewaan Melek Wengi (Tidak Tidur Malam)

KULIAHALISLAM.COM - Hakikat manusia sebenarnya bukanlah penduduk bumi, karena bumi bukanlah rumah manusia. Penduduk asli bumi yaitu seperti sapi, kerbau dan tikus, manusia hanyalah pendatang dari akhirat dimana merupakan teman dari malaikat dan iblis. 


Keistimewaan Melek Wengi
Langit malam hari (negativespace.co)

Maka dari itu, manusia akan rukun dengan malaikat, tetapi sebaliknya manusia akan tempur ketika dengan iblis karena satu kampung. Manusia diturunkan ke bumi untuk menjaga bumi dan menjadi pemimpin. Makanya manusia kalau di bumi pasti menangan, tidak ada yang bisa mengalahkan manusia.
Sekuat apapun gajah kalah sama manusia, tengu yang tidak terlihat pun kalah sama manusia, seberapa pintarnya ikan berenang juga akan tetap kalah dengan manusia, yang bisa mengalahkan manusia di dunia ini hanyalah satu, yakni ngantuk. 

Seseorang kalau sudah mengantuk pasti kalahan, seperti contoh orang yang sedang merokok, kalau sudah mengantuk rokokya pasti jatuh dan terkena karpet, lalu karpet tersebut terbakar. Orang yang memakai celana bisa terbalik gara gara mengantuk, musuh bebuyutan manusia adalah ngantuk. Maka dari itu allah mengatur jangan mudah mengantuk, sehingga manusia yang tidak mudah mengantuk pasti akan menangan (unggul).
Malam adalah sesuatu yang sakral, dan kesakralan malam ditunjukkan dengan Tuhan memakainya sebagai alat sumpah. Bulan dan bintang adalah dua makhluk yang eksistensinya berada di dalam malam juga dibuat Tuhan untuk bersumpah. Kita manusia bersumpah dengan atas nama Tuhan, tetapi tuhan justru bersumpah dengan atas nama malam, bersumpah atas nama sesuatu yang diciptakan-Nya sendiri.
Salah satu cirinya, shalat paling baik setelah fardhu adalah shalat allail, yaitu tahajud. Dan tahajud hanya bisa dilaksanakan pada waktu malam. Posisi tersebut adalah posisi yang paling baik, sudah tak ada yang melampaui. Apalagi kalau menyertakan dalil bahwa shalat adalah tiang dari agama. Artinya, tak ada aktivitas apapun yang kebaikannya melebihi ritual tahajud di waktu malam. 
Di dalam kitab Kifayatul Adzkiya, bahwa sahrul layali (melek wengi), adalah salah satu dari empat syarat untuk mencapai maqom Wali Abdal. Sedikit keterangan, wali abdal menurut kebanyakan pendapat ulama jumlahnya hanya tujuh di dunia ini pada setiap zamannya. 

Asal mula nabi Muhammad SAW menjadi nabi dan mendapat wahyu berawal dari bertarung dengan ngantuk, nabi Muhammad SAW melawan kantuk selama 15 tahun naik turun gua hira, di dalam gua hira beliau berdzikir dan bermunajat kepada allah, dan setelah beliau turun dari gua hira beliau menjadi nabi. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjadi Sulthonul Auliya’ setelah tirakat melek 25 tahun di padang pasir yang dituntun oleh gurunya yakni Syekh Mubarok  Al-Majzumi.
Saridin (murid Sunan Kudus) menjadi wali setelah tirakat melek 7 tahun. Ki Ageng Pengging menyampaikan ke Sunan Kalijaga jikalau beliau ingin memiliki anak yang jadi raja, lalu Sunan Kalijaga bilang kalau mau anak yang jadi raja, disuruh melek 7 tahun di samping rawa pening sambil mujahadat menyebut nama Allah, lalu keluarlah anak Joko Tingkir dan anak tersebut menjadi Raja Pajang. 

Orang zaman dahulu kalau mau jadi orang yang mumpuni pasti tahan melek. Sebagaimana Allah telah mengatur dalam QS. An-Naba’ ayat 10-11, yang intinya siang dibuat melek dan malam untuk tidur. Jatah tidur diminta oleh Allah sebagaimana QS. Al-Isra ayat 79 menjelaskan, bahwa ketika tengah malam disuruh untuk melek, tahajud.

Semua ulama dahulu berkata, sebagian menyebut dalam hadits:

تَفَكَّرُوا سَاعَةً أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّيْنَ سَنَةً

“Berpikir satu jam itu lebih baik daripada ibadah 60 tahun”. Orang yang meleknya kuat dan tirakatnya pun juga kuat, jangaankan doa yang baik, doa yang jelek pun manjur. Banyak orang yang minta nomor itu biasanya mereka melek waktu malam hari. Beda halnya dengan sapi, kambing tambah makan tambah tidur, tambah gendut tambah mahal. Sedangkan manusia tambah gendut, maka tambah ambruk. Karena manusia bukan penduduk asli bumi.
Dalam salah satu hadis ada redaksi ini “عليكم بالدلجة فإن الأرض تطوى بالليل” Hendaklah  kalian mengadakan perjalanan di malam hari, karena bumi dilipat di waktu malam. Dalam redaksi tersebut Malam diucapkan dua kali, satu sebagai derivasi الدلجة dan lafal  الليل sendiri, Artinya yang hendak dicapai dari redaksi itu adalah upaya yang menegaskan bahwa malam sebagai waktu terbaik untuk mengadakan perjalanan.
Bahkan dalam qur’an surat Al-Muzammil ayat 1-4 menjelaskan bahwa “Wahai orang yang berselimut dengan kain selimutnya, bangkitlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit darinya. Bangkitlah setengah malam, atau kurang dari setengah hingga sampai sepertiga, atau tambahlah di atas setengah hingga sampai dua pertiga. Bacalah al-Quran dengan tenang dan pelan, dengan huruf-huruf dan waqaf-waqaf yang jelas”.
Jadi kesimpulannya orang yang suka melek, baik itu digunakan untuk berzikir kepada Allah dan mendekatkan diri kepada Allah. Pastinya digunakan untuk hal positif. Dengan begitu, kita akan merasakan perubahan pada diri kita dan menjadi manusia yang lebih baik.

Penulis: Moch Khoirul Fashilin (Mahasiswa Prodi Aqidah Filsafat Fak. Ushuluddin UIN Sunan Ampel Yogyakarta)

Editor: Robby Karman

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال