Buya Arrazy Hasyim Jelaskan Bahwa Nabi Khidir Masih Hidup

KULIAHALISLAM.COM - Siapakah Nabi Khidir AS? Nabi Khidir AS bernama kecil Balya Bin Mulkan. Ada riwayat bahwa Nabi Khidir masih hidup hingga saat ini. Hal ini menjadi perdebatan ulama ahli riwayat dan ahli hakikat. 

nabi khidir masih hidup
Tangkapan Layar Buya Arrazy Hasyim di kanal Cafe Rumi

Riwayat Nabi Khidir Masih Hidup Dalam Kitab Ibnu Hajar Al Asqalany

Buya Arrazy Hasyim dalam podcastnya bersama Dik Doang dalam kanal youtube Café Rumi menjelaskan bahwa Al Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani menghadiahkan kepada kita satu kitab judulnya Azzahro Nadhar Fii Akhbaari Khidr. Ibnu Hajar menukilkan hadis-hadis yang shahih dan tidak sahih tentang Nabi Khidir AS.  Dalam kitab tersebut ada riwayat yang juga dinukil oleh Imam al-Hafiz al-Mufassirul kabir Ibnu Katsir di dalam kitabnya al-Bidayah Wan Nihayah jilid 1 dan jilid dua. 

Nabi Khidir AS adalah adalah wazirnya raja yang bernama Zulkarnain. Wazir berarti menteri atau penasehat. Zulkarnain mendapat kabar bahwa ada air namanya maul hayat atau air kehidupan. Jika dikonsumsi maka orang yang meminumnya akan berumur panjan sampai dia menginginkan kematian itu. Zulkarnain mengajak penasehatnya itu untuk mencari dimanakah maul hayat.  

Sampailah kemudian mereka di suatu tempat,  Zulkarnain kemudian merasa di situlah tempatnya. Ternyata bukan itulah tempatnya, akhirnya Zulkarnain merasa putus asa. Perjalanan diteruskan oleh Nabi Khidir AS. Sampailah di satu Negeri kampung antah-berantah. Tidak ada orang yang pernah menginjakkan kakinya ke sana kecuali Nabi Khidir AS.

Allah mengisyaratkan Nabi Khidir dengan mendapat Wahyu bahwa di depannya ada air namanya maul hayat maka Nabi Khidir AS minum dari air itu. Bahkan menurut Buya Arrazy, beberapa gurunya bercanda bahwa Nabi Khidir berenang di telaga itu. Setelah meminum air itu, Nabi Khidir hidup abadi sampai sekarang.

Kualitas Riwayat Nabi Khidir Masih Hidup Tidak Shahih

Menurut Ibnu Hajar riwayat tersebut tidak sampai derajat shahih karena riwayat ini adalah Israiliyat Namun pendapat Ibnu Hajar ini tidak disepakati oleh gurunya Al Hafizh Al Iraqi. Menurut Al Iraqi walaupun riwayatnya shahih, namun jika didekati dengan ilmu hakikat, bisa jadi Nabi Khidir masih hidup. Pendapat senada dikatakan oleh ulama ahli tasawuf yang bernama Al Jili. 

Buya Arrazy Hasyim sendiri meyakini bahwa Nabi Khidir masih hidup. Ada ulama yang bisa bertemu Khidir di alam ruhani. Namun ada juga ulama yang bertemu juga dengan jasad Khidir. Namun menurut beliau, dalam persoalan ini hendaknya kita menghargai dengan yang pendapatnya berbeda. Jangan sampai umat Islam bertengkar karena persoalan ini. 

Kisah Nabi Khidir AS Dalam Al Qur’an

Kisah tentang Nabi Khidir AS terdapat dalam QS. Al Kahfi ayat 65-82. Diceritakan pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Khidir. Nabi Musa sempat merasa angkuh dengan ilmunya. Allah SWT mengirim Nabi Khidir AS untuk menyadarkan Musa bahwa di atas orang yang berilmu masih ada yang lebih lagi. Berikut kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Al Qur’an. 

65.  Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.452)

66.  Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) dari apa yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?

67.  Dia menjawab, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku.

68.  Bagaimana engkau akan sanggup bersabar atas sesuatu yang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentangnya?”

69.  Dia (Musa) berkata, “Insyaallah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”

70.  Dia berkata, “Jika engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang apa pun sampai aku menerangkannya kepadamu.”

71.  Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika menaiki perahu, dia melubanginya. Dia (Musa) berkata, “Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat suatu kesalahan yang besar.”

72.  Dia berkata, “Bukankah sudah aku katakan bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?”

73.  Dia (Musa) berkata, “Janganlah engkau menghukumku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebaniku dengan kesulitan dalam urusanku.”

74.  Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika berjumpa dengan seorang anak, dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, “Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau benar-benar telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.”

75.  Dia berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?”

76.  Dia (Musa) berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas (yang wajar dalam) memberikan uzur (maaf) kepadaku.”

77.  Lalu, keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai ke penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka tidak mau menjamu keduanya. Kemudian, keduanya mendapati dinding (rumah) yang hampir roboh di negeri itu, lalu dia menegakkannya. Dia (Musa) berkata, “Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.”

78.  Dia berkata, “Inilah (waktu) perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.

79.  Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja (zalim) yang mengambil setiap perahu (yang baik) secara paksa.

80.  Adapun anak itu (yang aku bunuh), kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan kufur.

81.  Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya (dengan seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).

82.  Adapun dinding (rumah) itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka adalah orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku (sendiri). Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.”

Begitulah penjelasan singkat tentang Nabi Khidir masih hidup atau tidak. Semoga bisa memberikan pencerahan dan pengetahuan bagi kita semua. 


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال