Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Oleh: Agung Wilis 

Maulid itu kelahiran, jadi kalau maulid nabi itu bisa di artikan sebagai kelahiran nabi Muhammad SAW. Tanggal 12 rabiul awal tahun gajah adalah merupakan lahirnya seorang nabi penutup dari nabi-nabi sebelumnya yaitu Rasulullah Muhammad SAW. 

Maulid nabi kalau di Jawa sering disebut dengan istilah rolasan, maksudnya peringatan atas lahirnya nabi Muhammad SAW tanggal 12 rabiul awal. Berbagai macam cara di gunakan untuk memperingati kelahiran nabi. 

Saya kebetulan sejak lahir sampai berumur 7 tahun tinggal di sebuah desa dengan  kultur Islam Nahdlatul Ulama. Saya mengaji di sebuah surau atau langgar istilah di kampungku dengan dua orang guru ngaji pertama bernama Bapak Muhayo dan Bapak Zakariya dan sesekali ada Bapak Yakup yang mengajar ngaji. 

Di surau itu di sebelahnya ada sungai, saat itu yang namanya langgar atau surau selalu dekat dengan sungai mengalir karena untuk kepentingan berwudlu. 

Di musholah atau langgar itu saya dikenalkan dengan huruf hijaiyah, sebagai dasar untuk bisa membaca turutan, dengan istilah sekarang juz ama, meskipun ibu di rumah juga mengajarkan huruf hijaiyah kepada saya. Karena tuntutan hidup bermasyarakat saya di suruh mengaji di surau bapak Yahyo. 

Yang teringat sampai hari ini adalah saat peringatan maulid atau dalam istilah dikampung Muludan karena kami ngaji di surau muludan diadakan habis shalat isya. Seperti biasa ibu saya seorang penggiat Muhammadiyah membuatkan saya dan adik yang nomor dua ancak yang berisi nasi sayur daging sapi dan daging ayam tidak lupa di hiasi dengan kembang endog (kembang telor) sehingga tampilannya lebih keren dari teman-teman yang lain. 

Muludan di kampungku memang rame penuh makanan dan kue basah. Sekitar tahun 1973 saya pindah rumah dari Jajangsurat ke Srono di Srono saya melanjutkan pendidikan di SD Muhammadiyah Srono yang didirikan oleh kakek (ayah ibu) ditahun yang sama orang tua pindah ke Rogojampi beli rumah tepat di komplek Perguruan Muhammadiyah. Di Muhammadiyah saya banyak belajar agama sampai lulus SMP tahun 1985.

Pergaulan di kota kecil banyak merubah cara pandang dalam kehidupan beragama saya punya banyak teman dari etnis Jawa Tionghoa dan Arab. 

Di Muhammadiyah pun dalam memperingati maulid berbeda pada saat saya tinggal di kampung, kalau di Muhammadiyah dalam memperingati maulid dengan mengadakan pengajian terbuka dengan mendatangkan ulama Muhammadiyah dari kota besar dihadiri oleh warga Muhammadiyah dari berbagai kecamatan. 

Biasanya maulid dijadikan momentum untuk mencintai nabi dengan melaksanakan atau mengamalkan ajaran nabi dengan kembali pada Alquran dan sunnah itu yang disebut orang Muhammadiyah sebagai cara mencintai nabi yang tepat yaitu dengan menghidupkan ajaran Islam berdasarkan Quran dan sunnah. 

Disinilah banyak warna-warni pemahaman dari berbagai golongan dalam Islam dan kita tinggal memilih mana yang cocok. 

Meskipun saya tinggal di kota saat muludan tiba keluarga dari ayah yang sebagian besar kultur NU di rumah selalu di kirimi berkat, tidak saja oleh saudara namun teman-teman sekolah SMP tidak lupa mengirim berkat kerumah. 

Setelah saya menginjak dewasa dengan membaca berbagai artikel dan buku-buku saya baru tahu kalau nabi dan sahabat  tidak pernah melakukan perayaan maulid. Dari berbagai sejarah yang saya baca ternyata ada informasi bahwa semula maulid di adakan di abad 4 Hijriyah. 

Peringatan maulid di maksudkan agar kaum muslimin mengingat ajaran yang di ajarkan Rasulullah mengingat dan mengamalkan warisan yang di berikan Rasulullah agar selamat dalam kehidupan dunia wal ahirat yaitu Quran dan sunnah. 

Jadi peringatan maulid nabi itu hasil ijtihad ulama-ulama khalaf agar ummat muslim tidak meninggalkan pusaka warisan nabi yaitu Quran dan hadis yang harus dihidupkan setiap denyut nadi dan diamalkan agar dirasakan manfaatnya oleh seluruh penduduk bumi.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال