Mengenal Tiga Tokoh Islam Dalam Uang Baru 2022

KULIAHALISLAM.COM - Pemerintah dan Bank Indonesia mengeluarkan 7 uang baru 2022 pada 17 Agustus 2022. Uang baru ini memiliki desain yang agak berbeda dengan uang yang telah beredar selama ini. 7 Pecahan yang diperbaharui oleh BI ini adalah 100.000, 50.000, 20.000, 10.000, 5.000, 2.000 dan 1.000. 


Uang pecahan baru tersebut bergambar 8 pahlawan nasional. 3 Diantaranya adalah tokoh-tokoh yang kental dengan nuansa keIslamannya. Adapun tokoh lainnya seperti Soekarno dan Hatta, serta M. Husni Thamrin, mereka pun beragama Islam. Namun mereka dikenal sebagai tokoh nasionalis, sehingga tidak kami bahas dalam tulisan ini. 

Siapa sajakah tiga tokoh tersebut?

Sumber gambar: detik.com

Tiga Tokoh Islam Dalam Uang Baru 2022, Siapa Saja Mereka?

1. Tjut Nyak Meutia

Tjut Nyak Meutia atau Cut Meutia adalah pahlawan perempuan asal Aceh yang berjuang melawan Belanda. Dilansir dari republika.co.id, Putri Teuku Ben Daud dan Cut Jah atau Cut Mulieng itu tak rela tanah kelahirannya dijajah tentara kafir.

Kecintaannya terhadap tumpah darah dan rakyat Aceh telah mengobarkan semangat perlawanan pada dirinya. Muslimah pemberani itu pun angkat senjata, meski harus  mengarungi lembah dan hutan. Semua dilakukannya demi mempertahankan kedaulatan negerinya.

Sang mujahidah pun gugur sebagai syahidah. Pada 25 Oktober 1910, Muslimah pemberani itu menghembuskan nafas terakhirnya, setelah tiga peluru yang meletus dari moncong senapan tentara Belanda menembus kepada dan badannya.

Meski begitu, Cut Nyak Meutia telah meniupkan semangat juang bagi kaumnya. Sebuah semangat yang tak akan pernah padam dan selalu dikenang sejarah.

Cut Nyak Meutia terlahir di Perlak, Aceh pada 1870. Suami pertamanya bernama Teuku Muhammad alias Teuku Cik Tunong, wafat  Mei 1905. Suami keduanya bernama Pang Nangru meninggal pada September 1910 di Paya Cicem. Semangat jihad fi sabilillahnya begitu tinggi. Ia pun menamai putranya, Raja Sabil.

Tokoh pahlawan Tjut Meutia tergambar di uang pecahan Rp 1.000 yang berukuran 121 mm x 65 mm. Uang kertas tersebut bernuansa hijau. Sementara sisi belakang uang Rp 1.000 bergambar Tari Tifa, pemandangan alam Banda Neira, dan bunga anggrek larat.

2. KH. Idham Chalid

Dilansir dari Tirto.id, Dr. KH. Idham Chalid adalah salah satu politisi Indonesia yang berpengaruh pada masanya. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda.

Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Selain sebagai politikus ia aktif dalam kegiatan keagamaan dan ia pernah menjabat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-1984.

Idham Chalid lahir pada tanggal 27 Agustus 1921 di Satui, bagian tenggara Kalimantan Selatan. Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya H Muhammad Chalid, penghulu asal Amuntai yang sekitar 200 kilometer dari Kota Banjarmasin. Saat usia Idham enam tahun, keluarganya hijrah ke Amuntai dan tinggal di daerah Tangga Ulin, kampung halaman leluhur ayahnya.

Sejak kecil Idham dikenal sangat cerdas dan pemberani. Saat masuk SR ia langsung duduk di kelas dua dan bakat pidatonya mulai terlihat dan terasah. Keahlian berorasi itu kelak menjadi modal utama Idham Chalid dalam meniti karier di jagat politik.

Gambar tokoh pahlawan Idham Chalid terdapat di uang rupiah baru pecahan Rp 5.000 dengan ukuran uang 131 mm x 63 mm. Warna dominan uang tersebut cokelat. Sementara gambar yang di sisi belakang uang, tari gambyong, Gunung Bromo, dan bunga sedap malam.

3. Ir. H. Djuanda

Menurut Faisal Basri, IR DJUANDA adalah perdana menteri terakhir dan terlama sepanjang sejarah RI. Jabatan ini, meskipun kemudian sebutannya diubah, diembannya hingga akhir hayat. Dari para jurnalis, ia mendapat sebutan “Menteri Maraton” karena merupakan anggota kabinet RI terlama kedua setelah dr. Jo Leimena. Hanya dua orang ini yang hampir selalu muncul dalam belasan kabinet di masa awal RI. Lebih hebat lagi karena Djuanda adalah profesional murni yang tidak pernah menjadi anggota partai politik apa pun. 

Djuanda mulai menjadi anggota kabinet di tahun 1946 dalam Kabinet Sjahrir II sebagai menteri muda perhubungan, berbarengan dr Leimena sebagai menteri muda kesehatan. Selama di kabinet karirnya melesat; ia bak “pendekar dengan 1000 jabatan” karena sering merangkap-rangkap jabatan yang rata-rata berat. Kinerja dan kerja kerasnya yang luar biasa membuat Djuanda selalu menjadi pilihan pertama guna memimpin tugas-tugas penting. 

Gelar lainnya adalah “super teknokrat” karena ia mampu melaksanakan tugas apa saja dengan baik. Ia diakui sebagai salah satu teknokrat paling jempolan yang pernah dimiliki Indonesia. Pengabdiannya baru terhenti di tahun 1963 ketika mengalami serangan jantung dan wafat. Secara harafiah, Djuanda bekerja keras sampai mati. Hanya ada satu lagi tokoh bangsa yang seperti itu, yakni DR Sahardjo SH. 

Juanda juga pernah aktif sebagai guru di sekolah Muhammadiyah. Hal ini menjadikan dia sebagai tokoh yang aktif dalam gerakan Islam.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال