Wafatnya Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid Wanita Termulia di Muka Bumi

Wafatnya Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid Wanita Termulia di Muka Bumi

Dalam melaksanakan perintah Ilahi yang berat dan penuh resiko itu Sayyidah Khadijah tidak hanya mendukung Nabi Muhammad SAW, tetapi ikut membantu, memperkuat dan mendorong suaminya supaya terus maju dan tabah menghadapi berbagai macam gangguan dan penghinaan kaum kafir Quraisy. 

Ketika kaum kafir Quraisy melancarkan embargo ekonomi dan sosial terhadap semua orang Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib serta mengusir mereka ke luar dari kota, Abu Thalib dan Sayyidah Khadijah tanpa ragu-ragu tetap mengikuti Rasulullah SAW.

Duka, derita, haus dan lapar Sayyidah Khadijah tetap menyertai Rasulullah SAW. Sayyidah Khadijah rela meninggalkan rumahnya, kerabatnya dan seluruh hartanya. 

Padahal ketika itu Sayyidah Khadijah telah berusia enam puluh tahun lebih, tetapi ia tetap gigih berjuang bersama Rasulullah mengahadapi serangan kaum kafir Quraisy. Sayyidah Khadijah, Abu Thalib dan Rasulullah terpaksa harus tinggal di syi’ib (daratan sempit di antara dua bukit).

Sayyidah Khadijah RA Wafat

Embargo ekonomi dan sosial yang dilancarkan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib khususnya terhadap Nabi akhirnya gagal. 

Sejarah mencatat bahwa iman yang teguh dan perjuangan gagah berani sanggup mengalahkan maksud jahat yang hendak mengubur kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah bersama Sayyidah Khadijah kembali pulang kerumahnya dekat Ka’bah.

Semangat dan tekad Sayyidah Khadijah tetap segar memperkuat dakwah risalah tetapi kondisi fisiknya tidak memungkinkan menangung penderitaan berat, akibat kesengsaran hidupnya selama tiga tahun di dalam Syi’ib. 

Badannya sangat lemah dan kesehatannya terus menurun karena dalam hal makan dan minum ia lebih mengutamakan Rasulullah daripada dirinya sendiri.

Enam bulan sejak embargo kaum kafir gagal, Abu Thalib paman Nabi yang senantiasa melindungi Nabi pada akhirnya meninggal dunia karena sakit. Sayyidah Khadijah tidak sempat menyaksikan wafatnya Abu Thalib karena tidak dapat meninggalkan tempat tidur karena terbaring sakit. 

Sayyidah Khadijah wafat pada tanggal 11 Ramadan pada tahun ketiga sebelum Hijriahnya Nabi. Hingga saat ia pulang kehadapan Allah, Rasulullah SAW sendiri sebagai suaminya selalu menjaga, menghibur dan membesarkan hatinya pada saat-saat menjelang ajalnya. 

Betapa berat musibah yang menimpa Nabi saat itu yang hidup berpisah dengan Sayyidah Khadijah. Bagi Nabi Muhammad SAW, Sayyidah Khadijah adalah seorang teman hidup yang mententramkan, mengibur di waktu resah dan gelisah.

Dua orang putra Rasulullah SAW telah wafat sebelum bundanya Sayyidah Khadijah, dan putri Nabi yaitu Zainab telah lama pindah mengikuti suaminya yaitu Abul Ash bin Ar-Rabi’ serta dua putri Nabi yakni Ruqayyah dan Ummu Kaltsum telah menjanda karena dicerai suaminya yang merupakan putra Abu Lahab. 

Perceraian tersebut terjadi karena Abu Lahab dan putranya berubah menjadi musuh yang paling membenci Nabi Muhammad SAW. Fatimah Az Zahra saat itu masih kanak-kanak.

Dalam kurun dua tahun, Nabi kehilangan Abu Thalib dan Sayyidah Khadijah yang mendukung dakwah kebenaran. Malaikat Jibril AS hanya mengamati kemanan dan keselamatan Nabi atas perintah Allah. Satu hal yang menentramkan Nabi saat itu adalah kesetiaan para sahabatnya, walaupun jumlahnya sedikit tetapi tetap gigih berjuang bersama Nabi. 

Ketika Sayyidah Khadijah wafat, agama Islam telah menyebar sampai batas-batas kota Mekkah dan bahkan telah sampai di negeri-negeri Arab. Selain itu, dakwah Islam juga telah sampai di Habsyah (Ethopia) dengan hijrahnya kaum muslimin ke negari tersebut.

Tidak lama sepeninggal Sayyidah Khadijah, pada musim upacara peribadatan di sekitar Ka’bah, sejumlah orang dari Yastrib (Madinah) datang ke Mekkah untuk menanyakan sumpah setia kepada Nabi. Mereka pulang ke Yastrib kemudian meminta penduduk Yastrib untuk bertekad membela Rasulullah SAW.

Benarkah Sayyidah Khadijah Sudah Tiada ?

Benarkah Sayyidah Khadijah sudah tiada ? Tidak ! Ia tetap hidup di dalam hati Rasulullah SAW. Sayyidah Khadijah bagaikan pancaran sinar di tengah gelap gulita. Benar, sepeninggal Sayyidah Khadijah, Nabi Muhammad SAW menikah namun bayangan Sayyidah Khadijah tidak sirna. 

Sayyidah Khadijah adalah istri tunggal Nabi selama seperempat abad. Sayyidah ‘Aisyah, istri Nabi yang termuda juga menjadi saksi akan betapa tingginya kedudukan Sayyidah Khadijah dalam hati Nabi Muhammad SAW. 

Pada suatu hari Rasulullah SAW menyembelih sekor kambing dan menyuruh sahabatnya memberikannya kepada teman-teman Sayyidah Khadijah. Pada hari Fathu Makkah (Jatuhnya kota Mekkah ke tangan kaum Muslimin) yakni dua puluh tahun setelah Sayyidah Khadijah wafat.

Rasulullah membuat sebuah kubah dekat pusaran Sayyidah Khadijah dan dari kubah tersebut Nabi mengamati kota Mekkah. Setelah Sayyidah Khadijah memeluk Islam menyusul kemudian berjuta-juta wanita lain di berbagai penjuru dunia  menjadi Muslim.

Kritikan Orientalis Kepada Sayyidah Khadijah

Mergiliouth dan Muir dua orang Orientalis Barat sangat anti Islam telah menilai bahwa kecintaan Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidah Khadijah hanya karena harta kekayaan dan kedudukan wanita itu di kalangan masyarakat Quraisy. 

Sir Wiliam Muir dalam bukunya “The Life of Mohamed and The History of Islam” menyatakan : Muhammad takut kalau Khadijah minta cerai. 

H.M.H Al-Hamid Al-Husini (pakar sejarah Islam dari Indonesia) menyatakan bahwa kalau apa yang dikatakan Orientalis itu tidak benar. Mengapa kecintan Rasulullah SAW kepada Sayyidah Khadijah tetap berlangsung terus meskipun Sayyidah Khadijah telah wafat ? 

Selagi masih hidup dan sesudah wafat Sayyidah Khadijah tetap bersemayam di hati Rasulullah SAW. Sayyidah ‘Aisyah sendiri menyatakan : “Seolah-olah di dunia ini tidak ada wanita lain selain Khadijah.”

Adakah wanita lain selain Sayyidah Khadijah yang rela meninggalkan semua kemewahan dan kenikmatan hidupnya serta semua harta kekayaannya hanya karena bertekad mendampingi Nabi dan Sayidah Khadijah turut pula ikut menghadapi berbagai cobaan berat ? 

Keimanannya akan kebenaran agama yang didakwakan oleh suaminya mendorong kesiapan tekad Sayyidah Khadijah turut menyingsingkan lengan baju membantu dan melindungi keselamatan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi penindasan dan pengejaran kaum kafir Quraisy.

Sayyidah Khadijah adalah wanita satu-satunya yang dikaruniai Allah kesempatan mendampingi manusia pilihan-Nya yang hendak diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Ia adalah wanita pertama yang mengawal keselamatan Nabi Muhammad SAW.

Pendapat dua Orientalis tersebut adalah semata-mata terdorong oleh kebencian pada kehidupan rumah tangga manusia yang agung itu. Nabi Muhammad SAW adalah manusia agung yang di masa kritis hidupnya didampingi oleh seorang wanita yang berperangai agung dan mulia. 

Oleh karena itu pernah Malaikat Jibril datang kepada Nabi untuk menyampaikan salam khusus kepada Khadijah dari Allah. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ummul Mu’min Sayyidah Khadijah atas keimanan, kebajikan dan jasanya kepada Nabi, kepada kebenaran agamanya dan kepada seluruh umat Islam di Dunia.

Sayyidah Khadijah termasuk empat orang wanita terbaik dan temulia sepanjang zaman. Mereka adalah Sayyidah Maryam binti Imran, Aisyah, Ummul Mukmin Khadijah binti Khuwailid dan Sayyidah Fatimah Az Zahra. Sayyidah merupakan istri satu-satunya yang dimakamkan di kota Mekkah.

Sumber : H.M.H Al-Hamid Al-Husaini dalam karyanya “Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW” dan diterbitkan Pustaka Hidayah. Semoga Alllah memuliakannya dan menjauhkannya dari siksa kubur serta memberkahi keluarga penulisnya (H.M.H Al-Hamid Al-Husaini.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال