God Is Energy ? Energi Itu tidak Linear

KULIAHALISLAM.COM - Sekarang kita bercermin terlebih dahulu ke dalam diri manusia. Dalam diri manusia itu ada energi yang bersifat ruhaniah, spiritual, energi pikiran, energi yang biasa digambarkan sebagai "gelora atau semangat jiwa" dan harus dibedakan dengan energi yang bersifat fisik.

Gof is Energy (Sumber gambar: Amazon.com)

Energi yang bersifat fisik dalam diri manusia bisa diperoleh dari nutrisi makanan dan kita bisa merasakan ketika badan lemas tiba-tiba menjadi bertenaga atau "berenergi" setelah kita makan.

Tapi apakah energi jiwa atau energi spiritual secara otomatis bisa dimunculkan oleh makanan ? Tentu saja tidak, makanan secara otomatis berefek pada energi tubuh bukan langsung pada energi spiritual. Seorang yang tengah berpuasa itu energi fisiknya jelas lemah, tapi justru saat puasa itu energi spiritualnya dapat berlipat dan menggebu melebihi saat terisi makanan.

Artinya, energi spiritual, energi jiwa itu dapat dimunculkan oleh hal-hal yang bersifat ruhaniah semisal rasa cinta, keimanan, cita-cita, idealisme dll. Yang tak berkaitan dengan nutrisi makanan.

Dan kita bisa melihat energi jiwa itu sanggup melahirkan energi fisik yang berlipat melebihi energi yang diberikan oleh makanan. Orang yang dimotivasi oleh rasa cinta atau cita-cita tinggi, misalnya, bisa memiliki energi fisik berlipat ketimbang yang dapat diberikan oleh nutrisi makanan.

Sebaliknya walaupun seseorang diasupi makanan tapi energi jiwa dan fisiknya bisa melemah atau bahkan hilang kalau yang bersangkutan ada dalam kondisi stress, sedih, atau putus asa.

Jadi intinya, ada dua macam energi dalam diri manusia yang keduanya tidak bisa disebut linear—sederajat—sebangun karena substansinya berbeda, yang satu bersifat non-materi (ditimbulkan oleh unsur non-materi) dan yang satu bersifat materi (ditimbulkan oleh unsur materi).

Lalu (setelah bercermin pada realitas manusia) bagaimana kita harus memandang eksistensi energi di alam semesta. Ketika kemudian dikaitkan dengan persoalan ketuhanan, maka haruskah kita memandang seluruh energi yang ada secara linear—tanpa sekat—tanpa pembatas lalu direduksi pada rumusan Tuhan=energi ?

Dan bahasan ini sebagaimana saya pernah menguak rahasia adanya pikiran dibalik eksistensi fisik semesta dan juga dengan bercermin pada diri manusia bahwa dibalik seluruh gerak fisik lahiriah manusia, maka sumber atau sebab pertamanya adalah yang non-fisik yaitu pikiran manusia.

Kaum bersudut pandang materialis yang ada dibalik sains ketika sudah menapak ke ranah quantum memiliki ide yang mungkin ingin jauh melampaui pencapaian sains sebelumnya; mereka ingin menggambarkan Tuhan secara sainstifik.

Maka terciptalah gagasan "god is energy" yang bisa disebut saat ini sudah menjadi wacana yang mulai mendunia. Sebuah gagasan yang seolah ingin mengambil alih persoalan Ketuhanan dari kaum teistik yang lebih menjelaskan Tuhan dengan substansi memakai argumen metafisik ; Tuhan sebagai sosok personal, yang berpikir dan berkehendak.

Maka ketika persoalan ketuhanan sudah diover alih kepada gagasan god is energy disini Tuhan dikebiri atau terkebiri karena disini Ia kehilangan sifat atau atribut dasar sebagai sosok yang memiliki sifat personal. Dalam gagasan god is energy maka seluruh atribut Ketuhanan seolah di over alih kepada hanya eksistensi energi.

Maka melalui gagasan bercorak materialistik ini persoalan metafisika Ketuhanan tidak lagi dijelaskan dengan menggunakan terminologi metafisik seperti yang biasa kita temui dalam buku-buku teologi (semisal argumen rasional) tapi beralih menggunakan terminologi sainstifik,"Tuhan" yang sudah beralih jadi energi. Seolah menjadi sesuatu yang bisa diukur, dikalkulasi dan diteori kan oleh hipotesa-hipotesa sainstifik.

Maka citra Tuhan yang personal seperti maha pengasih, penyayang, maha berkehendak sudah lenyap dari "kitab" god is energy sebagai kitab suci baru yang berisi tuntunan untuk mengenal "Tuhan" versi sains quantum.

Dan dengan gagasan "god is energy" itu kaum materialis yang berada dibalik ranah quantum seolah punya amunisi baru untuk meruntuhkan kepercayaan pada Tuhan yang diyakini teis sebagai sosok personal. Mereka seolah ingin menunjukkan sekaligus membuktikan melalui argumenbercorak sainstifik bahwa yang selama ini diyakini teis sebagai Tuhan itu sebenarnya hanya eksistensi energi.

Maka energi pun menggantikan peran Tuhan personal sebagai sebab pertama, dan di klaim sebagai desainer awal dari alam semesta.

"Awal mulanya adalah fluktuasi kuantum, vibrasi dan gelombang berenergi, singularitas lalu bigbang dll. Kalimat demikian seolah ingin mengganti narasi kitab suci "awal mulanya Allah SWT menciptakan langit dan bumi ..."


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال