Rencana Jahat Terhadap Sayyidah Aminah dan Nabi

KULIAHALISLAM.COM–Sayyidah Aminah merupakan ibunda dari Nabi Muhammad Salallahu Alahi Wassalam. Ayahanda Nabi yaitu Abdullah telah wafat di kota Yatsrib (Madinah). Betapa hancur hati Sayyidah Aminah mendengar berita yang menyedihkan itu. 

Dua bulan ia menunggu kedatangan suaminya yang meninggalkan rumah untuk berdagang tetapi yang datang bukan Abdullah melainkan berita wafatnya yang disampaikan oleh Al-Harits bin Abdul Muthalib.

Setelah Sayyidah Aminah melahirkan Nabi, Nabi yang masih bayi diasuh oleh Halimah As-Sa’diyah hingga Nabi berumur 5 tahun. Ketika Nabi berumur 6 tahun, Sayyidah Aminah membawa Nabi dari kota Makkah ke Yatsrib untuk menziarahi kuburan Abdullah. Di hadapan kuburan Abdullah, tangis Sayyidah Aminahpun meledak, ia berbicara kepadanya seakan-akan Abdullah masih hidup.

Sayyidah Aminah berkata “Lihatlah Abdullah ! Inilah Muhammad anakmu, datang menghadap berkunjung ke kuburan ayahnya yang belum pernah ia lihat. Lihatlah Abdullah ! ia adalah cahaya yang memancar dari dirimu. Ingatkah engkau saat aku bercerita kepadamu tentang cahaya itu, dan engkau menafsirkannya dengan menjawab : kebaikan dan berkah wahai Aminah, sebuah cahaya terang yang akan menyinari dunia dan seisinya”.

Nabi Muhammad SAW berjalan mengelilingi kubur ayahnya, merasakan semacam ketenangan, beliau kemudian duduk mengusap kuburan dengan kedua tangannya dan mengusap pohon yang menaunginya. 

Keberadaan Sayyidah Aminah dan Nabi Muhammad SAW di Yatsrib membuat para pemuka kota Yatsib terpukau, mereka terpukau dengan kecantikan Aminah berharap dapat menikahinya, disisi lain para pendeta Yahudi tercengang melihat Muhammad dan mengamati tanda-tanda pada dirinya mengisyaratkan keagungan yang besar.

Para Pendeta Yahudi saling bertanya-tanya, “Apa yang kita lihat?, bukankah sifat-sifat si kecil ini persis sama dengan apa yang tertulis dalam Kitab Taurat yang diturunkan pada kita, sifat-sifat seorang Nabi yang akan diutus dari bangsa Arab dengan membawa agama baru ? Taurat menyatakan bahwa Nabi tersebut sangat tampan dan berasal dari keturunan darah yang suci, si kecil ini berasal dari keturunan yang suci”.

Rencana Jahat

Para pemuka agama Yahudi pun mengatur rencana jahat terhadap Nabi Muhammad SAW, Pendeta Agung Yahudi berkata “Kita ambil dia, kita didik dan besarkan ditengah-tengah kita dengan agama yang kita anut, suatu hari nanti ia akan tumbuh dewasa sebagai seorang Yahudi dan hanya mengenali kita. Saat ia diangkat sebagai Nabi, ia akan menjadi Nabi orang-orang Yahudi”.

Pendeta Agung Yahudi pun berencana menculik Nabi Muhammad SAW saat beliau bermain dengan teman-temannya dan menyembunyikannya disebuah benteng yang kuat sehingga beliau tumbuh besar dan tidak mengetahui apapun selain tradisi dan agama Yahudi.  

Mereka memilih orang-orang yang akan melaksanakan misi tersebut. Para pengemban misi telah siap beraksi, mereka berkerumun sekitar Nabi Muhammad SAW mengawasi dan menantikan kesempatan untuk dapat menculiknya tanpa diketahui siapapun.

Hampir lewat sebulan sejak Aminah tiba di Yatsrib, kerinduaan terhadap Abdullah belum sepenuhnya tuntas, Nabi Muhammad SAW juga betah tinggal di kota ini. Sayyidah Aminah berkeinginan tinggal lebih lama di Yatsrib sembari tetap mewaspadai orang-orang yang terus mengintai untuk menculik putranya.

Namun suara lembut berbisik kepadanya dan berkata “Cukup wahai Aminah, kembalilah ke Makkah bersama Muhammad. Bergegaslah!, hindarkan ia dari bahaya-bahaya yang mengintai dari dekat”. Suara lembut yang selalu berbisik kepada Aminah terus terjadi, hingga pada akhirnya Aminah memutuskan kembali ke kota Makkah.

Sayyidah Aminah pun berangkat menuju Makkah bersama Muhammad SAW, kota Yatsrib tenggelam hilang dari pandangan mata. Aminah sangat sedih meninggalkan kota Yatsrib dan terus membisikan kata-kata perpisahan pada Abdullah. Ketika diperjalanan, Aminah pun menangis semakin menjadi, tangan Aminah menggapai Muhammad dan merangkulnya.

Wafatnya Sayyidah Aminah

Saat itu, panas Matahari sedang memuncak dan angin menghembus hawa panas yang menyengat. Semua orang dalam rombongan perjalanan itu mengeluh derita yang sedang melanda, tiba-tiba Aminah merasakan kesakitan yang menusuk dada. Muhammad SAW segera mengambil air lalu menyeka ke wajah ibunya, dan berkata “Ada apa ibuku ? Bukalah matamu dan lihatlah aku”

Namun Aminah tetap tidak sadarkan diri. 
Para Tabib segera bertindak mengobati Aminah, berusaha menyelamatkan bidadari kafilah. Aminah pun membuka matanya dan memandangi Muhammad SAW dan berkata “ Aku titipkan engkau kepada Allah, wahai anaku, Dzat yang menghendakimu hidup sendirian tanpa Ayah dan ibu semata-mata karena hal yang hanya diketahui oleh-Nya, Dialah Dzat yang Maha pemurah. Dia akan melindungimu dengan kasih sayang melebihi kasih sayang Ayah dan Ibumu”.

Sayyidah Aminah menatap pembantunya yaitu Barakah dan berkata “Wahi Barakah, Engkau akan menggantikanku sebagai Ibunya, jagalah ia, kembalilah ke kota Makkah dan serahkan ia kepada kakeknya, Abdul Muthalib, bukalah matamu lebar-lebar, awasi penjahat yang akan menculik Muhammad”.

Aminah menoleh kembali putranya dan berkata “Allah telah memanggilku anaku dan aku memenuhi panggilannya, aku tidak bisa menundanya lagi, jangan engkau lupakan ibumu yang telah bersemayam di padang pasir dan jangan engkau lupakan Ayahmu yang terbaring di Yatsrib, berhentilah sejenak untuk mendoakan kami, ruh kami selalu bersama mu Muhammad, kami akan bahagia saat engkau berdiri disisi kuburan kami dan menyampaikan salam kepada kami”.

Sayyidah Aminah pun meninggalkan dunia yang fana ini. Jasadnya dikafani dan dikuburkan di tengah padang pasir Abwa’. Disana mereka menaruh jasad suci itu. Sejenak mereka berdiri disisi kuburan, menangis, berdoa dan meminta rahmat. 

Makam Sayyidah Aminah (sumber gambar : youtube Alman Mulyana)

Setelah itu mereka kembali ke Kota Makkah. Barakah pun tidak berhenti meratap, ia memeluk Muhammad. Bersama si kecil, ia menaiki unta milik Aminah, mereka meninggalkan Aminah di padang pasir tanpa harapan untuk kembali bertemu.

Sejarah ini diringkas oleh Saya dari “Aminah The Greatest Love” karya Abdul Salam Al ‘Asyri, penerbit asli Nahdlat Mishr, Kairo, Mesir dan Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW karya H.M.H Al-Hamid al Husaini. Jadi, tampak jelas perjuangan Sayidah Aminah dalam menyelamatkan Muhammad SAW dari rencana jahat yang ingin menculik Nabi. 

Aminah dan Abdullah telah mengetahui Muhammad SAW akan menjadi Nabi sebelum Muhammad SAW lahir. Ketika Aminah mengandung, Ia sering bermimpi melihat cahaya dan cahaya itu ditafsirkan Abdulah sebagai isyarat bahwa Aminah akan  melahirkan Nabi.
 
Begitupun ketika Aminah melahirkan, terjadi peristiwa serangan tentara bergajah dan peristiwa langit bercahaya serta runtuhnya istana Kisra di Persia (lihat Fiqus Sirah karya Imam Al Ghazali). 

Tetapi sangat disayangkan, ada saja pihak yang menghina Ibunda Nabi dan menyatakan ibunda Nabi sebagai ahli neraka serta kuburannya yang dibangun oleh Dinasti Ottoman Turki diratakan dengan tanah dengan berbagai dalih.

Mereka itu adalah orang yang tidak menghargai sejarah dan perjuangan orang tua Nabi untuk Islam. Semoga dengan membaca sejarah ini, kita lebih mencintai Sayyidah Aminah dan Abdullah serta Rasulullah Muhammad Salallahu alaihi wassalam. Saya mengajak untuk mempelajari lagi sejarah Nabi kita. 




Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال