Ingatkan Anak Saya

Anak dingatkan orang tua (Ilustrasi) Sumber gambar : Republika.co.id
Oleh: Budi Handrianto

KULIAHALISLAM.COM - Sebagai orang tua, kita selalu mendoakan anak-anak kita. Orang tua kita juga mestinya mendoakan kita -anak-anaknya, bahkan sampai ke cucu-cucu. Demikian pula guru mendoakan murid-muridnya agar sukses dan menjadi orang baik. 

Doa yang kita dan mereka panjatkan pasti baik-baik semua, tidak ada yang mendoakan keburukan. Saya ingat pertama kali belajar mengaji kepada ustaz Umar Khirid di Ma'had Islam Jalan Kintamani Pekalongan, seorang saleh yang tidak banyak dikenal orang. Setiap selesai mengaji saya pamit pulang dan beliau mencium kening saya sambil berkata pelan, “Semoga kamu jadi anak yang saleh.”

Namun doa orang tua, bahkan orang tua yang saleh kadang kenyataannya tidak sama dengan doa mereka. Apakah doa mereka tidak dikabulkan? Tentu tidak. Tapi pasti Allah punya maksud dan rencana lain. 

Seringkali kita menyaksikan ada orang yang keliru dan mengelirukan (kalau parah: sesat dan menyesatkan) padahal dia adalah anak atau cucu seorang Kiai, misalnya. Biasanya karena pergaulan, pola pikir berubah dan mengubah sikapnya terhadap kebaikan, terutama dalam Islam. 

Dulu dia taat pada agama, tapi saat dewasa pola pikirnya berubah menjadi liberal. Ketika ada aliran sesat atau sesuatu yang salah dalam pandangan agama malah dia bela. Allah marah pada kelompok ini, tapi malah dia mendukung dan membelanya dengan dalih toleransi atau HAM. Bagaimana Allah tidak murka dan menurunkan adzab-Nya? 

Di sisi lain, ada orang yang dulunya tukang maksiat dan tidak peduli kebenaran, tiba-tiba berubah. Ia hijrah, meninggalkan kemaksiatan yang selama ini dilakukan dan berubah menyerukan kebenaran. Dia tidak saja peduli dengan Islam tapi sekaligus mendakwahkannya. 

Mengapa bisa demikian? Dari mana datangnya keinginan untuk hijrah? Apakah murni itu hak prerogatif Tuhan? Ya, segala sesuatu di muka bumi ini tidak akan terjadi tanpa iradah dari Allah, termasuk hijrahnya seseorang. 

Namun, Allah juga memberikan “hukum-hukum kausalitas” (sunatullah) dalam menjalankan kehidupan di alam raya ini. Di antaranya, hijrahnya seseorang karena ada sebab atau stimulus. Mungkin karena dia mendengar alunan adzan yang syahdu. 

Mungkin ia melakukan perenungan atas perilaku seseorang. Mungkin dia diingatkan oleh orang lain, dan sebagainya. Sering kita mendengar kata-kata bijak, “Dia berubah mungkin karena doa orang tua atau kakek buyutnya.

Doa orang tua atau guru bisa menjadi kenyataan bila ada sebab-sebab itu. Itulah pentingnya kita saling mengingatkan, saling mengajak pada kebaikan. Itulah pentingnya kita membuat stimulus-stimulus perubahan menuju kebaikan. 

Jika ada saudara kita yang salah, diingatkan saja. Kalau perlu diajak kembali ke jalan yang benar. Tentu dengan cara yang bijak. Jika tidak diingatkan, bisa jadi dia merasa benar dan makin terjerumus. 

Namun perlu diingat, sebagaimana sunatullah di alam semesta, adanya sebab-sebab perubahan itu tidak akan menjadi akibat jika tanpa qudrat dan iradat Allah. Itu keyakinan kita, ahlus sunah wal jamaah. Maka, kita yang membuat sebab-sebab itupun seyogyanya tidak boleh sombong jika berhasil karena hanya Allah-lah penentu setiap kejadian.

Bayangan saya, arwah orang tua dari alam barzah sana yang mendoakan anaknya menjadi baik sementara ternyata tidak demikian, ingin sekali ada orang yang mengingatkannya agar doanya menjadi kenyataan. Karena sedikit lagi, anaknya itu menjadi baik dengan wasilah doanya dan peringatan orang lain. 

Mereka di alam kubur berharap ada yang mengingatkan anak cucu mereka agar doa mereka makbul. Ketika ada orang jahat, sementara orang tuanya yang dulu sering mendoakannya, di alam kubur melihat kondisi tersebut seakan-akan ingin mengatakan kepada kita, “Tolong ingatkan anak saya!

Seperti perintah Allah di dalam Alquran, “Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, jangan dalam dosa dan permusuhan.” Jadilah orang yang tidak saja saleh (baik) tapi juga muslih (membuat dan mengajak kebaikan). Mari kita saling mengingatkan agar doa-doa orang tua dan guru-guru kita menjadi kenyataan. 
Mari…..

Penulis adalah Ketua Bidang Kaderisasi Ulama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال