Surga Itu Dekat dengan Rumahmu

Sumber gambar : Islampos.com


KULIAHALISLAM.COM - Banyak orang mencari surga. Caranya beragam. Salah satunya adalah suka memperhatikan yang jauh, tapi menelantarkan yang dekat. Baginda Nabi Muhammad bersabda:

Artinya: “Tidaklah mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (112). Al-Hakim menilai, hadis itu sanadnya sahih.

Ada dua kesalahan fatal yang dilakukan orang yang kenyang tersebut sehingga dicela oleh Rasulullah dalam hadis ini. 

Pertama, ia tidak peduli terhadap orang lapar, sedangkan ia bisa merasakan kenyang dan mampu berbagi makanan.

Kedua, ia tidak peduli dengan tetangganya. Orang paling dekat rumahnya dengan dirinya. Seharusnya, dialah orang pertama mengetahui keadaan tetangganya sehari-hari.

Allah Ta’ala menyebutkan bahwa termasuk orang bodoh adalah orang yang tidak jeli melihat tanda-tanda kemiskinan pada seseorang.

Artinya: (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang tidak mampu berjihad di jalan Allah; mereka tidak dapat berusaha di muka bumi; orang yang jahil menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu bisa mengenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. (QS. Al Baqarah: 273)

Kalau sering berkunjung ke rumah tetangga, dan membuka mata dengan jeli, membuka hati dengan teliti, pasti akan terlihat tanda-tanda yang dibutuhkan oleh tetangga kita.

Apakah kita masih menunggu agar tetangga kita datang untuk meminta di depan pintu rumah kita? Sungguh kita orang tidak berperasaan bila bersikap seperti itu.

Dalam Al Quran Surat Az Zariyat ayat ke-19, Allah Ta’ala sebutkan salah satu sifat orang bertaqwa adalah:

Artinya: "Di dalam harta mereka ada hak yang ditunaikan untuk peminta-minta dan juga orang mahrum".

Yang dimaksud orang mahrum adalah orang yang butuh tapi tidak mau meminta pada orang lain.

Dari Ibnu Umar ra bahwasanya Rasulullah bersabda, “Dan barangsiapa yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah juga akan berusaha memenuhi kebutuhannya.” (HR. Bukhori: 2442)

Dalam sebuah kesempatan, Baginda Rasulullah berdoa kepada Allah, "Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah Aku dalam keadaan miskin, serta kumpulkanlah aku bersama orang-orang yang miskin pada hari kiamat nanti." 

Siti Aisyah kemudian bertanya, "Mengapa Anda berdo'a demikian, wahai Nabi?"

Nabi menjawab, "Karena orang-orang miskin itu akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya dengan jarak waktu 40 masa. Wahai Aisyah, janganlah kamu menolak orang miskin meskipun dengan memberi separuh buah kurma. Wahai Aisyah, cintailah orang-orang miskin dan dekatilah mereka, maka Allah akan mendekatkan kamu pada hari kiamat".

Boleh-boleh saja membantu tetangga yang jauh. Namun, apakah kita sudah membantu tetangga kita yang fakir, miskin, atau tak berdaya bekerja? Ketahuilah bahwa orang-orang miskin itu kelak akan bersaksi di hadapan Allah atas apa yang dilakukan kita terhadapnya. 

Mari Berebut Surga

Tujuan akhir kehidupan di dunia adalah dosa diampuni Allah dan kebaikan kita diterima-Nya. Akhirnya kita dimasukkan ke surga-Nya. Ada 3 golongan yang dijamin masuk surga, yaitu:

Pertama, penyantun Anak Yatim "Barangsiapa menyantuni anak yatim, kelak ia akan berdampingan denganku seperti dua jari  telunjuk dan tengah" (HR Bukhori Muslim).

Orang yang gemar menyantuni anak yatim tidak hanya masuk surga, tetapi bisa berdampingan dengan Rasulullah. Mari kita perhatikan lingkungan di sekitar kita. Adakah anak yatim? Bila ditemukan, buruan diurus.

Kedua, orang yang menafkahi orang miskin, "Tidaklah mukmin orang yang kenyang sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya.” (HR Al- Bukhari).

"Tidaklah mencium baunya surga bagi mereka yang membiarkan tetangganya kelaparan, sedangkan ia kekenyangan" (HR Muslim)

Coba kita lihat di sekitar kita. Adakah orang miskin yang kelaparan? Kesusahan? Buruan diurus bila ingin masuk surga. Tak perlu jauh-jauh mencari kunci surga karena kuncinya ada di sekitar kita.

Ketiga, Jihad. Orang yang mati syahid adalah orang yang sebelum meninggal dunia bersaksi dan beriman tiada Tuhan selain Allah, dan setelah mati dia menyaksikan semua janji Allah adalah benar. 

Artinya: “Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah saw bersabda: Apa yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian? Para sahabat menjawab, Wahai Rasulullah, orang yang mati terbunuh karena berjuang di jalan Allah itulah orang yang mati syahid. Beliau bersabda: Kalau begitu, sedikit sekali jumlah ummatku yang mati syahid. Para sahabat berkata, Lantas siapakah mereka wahai Rasulullah?

Beliau bersabda: Barangsiapa terbunuh di jalan Allah maka dialah syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena suatu wabah penyakit juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid. Ibnu Miqsam berkata, Saya bersaksi atas bapakmu mengenai hadits ini, bahwa beliau juga berkata, orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid,” (HR. Muslim).

Ibadah wajib dan sunah itu jalan Allah. Mencari nafkah atau bekerja itu jalan Allah. Menjaga kebersihan itu jalan Allah. Sedekah itu jalan Allah. Semua perbuatan baik dengan cara yang baik itu berada di jalan Allah. 

Mari kita berebutan tiket ke surga dengan cara termudah. Perhatikan lingkungan dan temukan ketiganya. Jika perbuatan baik itu hanya karena mengharap ridho Allah, insya Allah kita akan menjadi salah satu penghuni surga. Aamiin.

Waallahu alam.

Oleh : Johan Wahyudi, S.Pd, M.Pd.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال