Menggali Makna Kurban di Tengah Pandemi

Sumber gambar: tribunnews.com

 

Sejarah Kurban

KULIAHALISLAM.COM - Kurban secara sederhana adalah mempersembahkan sesuatu kepada Sang Pencipta. Kurban sudah dipraktikan sejak masa Qabil dan Habil, putra Nabi Adam as. Dikisahkan Qabil mengurbankan hasil pertaniannya. Sementara Habil mengurbankan hewan ternak. Tuhan menerima kurban Habil namun tidak menerima kurban Qabil.

Qabil tidak menerima, dia iri kepada saudaranya Habil. Imbasnya, Habil harus terbunuh di tangan saudaranya sendiri. Peristiwa tersebut menjadi pembunuhan pertama yang dilakukan umat manusia. Qabil tidak tahu harus diapakan jenazah Habil. Allah SWT memberi petunjuk melalui seekor gagak yang berkelahi dan salah satunya mati. Gagak yang menang mengubur lawannya. Qabil pun mengubur Habil di tanah.

Kurban pun dapat kita temukan dalam berbagai peradaban di dunia. Suku Maya di Amerika mempraktikan pengorbanan manusia untuk menyenangkan dewa-dewa. Mereka percaya bahwa pengorbanan manusia adalah derajat tertinggi dari kurban. Korban manusia berasal dari kalangan tawanan. Mereka dibunuh dengan cara dipenggal atau dambil jantungnya, ada pula yang dikubur hidup-hidup.

Pengorbanan manusia dapat ditemukan juga dalam peradaban Aztec di Meksiko, Inca di Amerika Selatan, Jepang Kuno, Tiongkok Kuno, Mesir Kuno, Mesopotamia, India dan Yunani Kuno. Artinya pengorbanan seolah menjadi ritual yang universal karena dapat ditemukan di berbagai belahan dunia.

Kurban dalam Islam

Ajaran Islam mengenal kurban. Hal ini dapat kita temukan dalam kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang terdapat dalam Al Qur’an QS. Ash Shaffaat: 101-108

فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيْمٍ ١٠١ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢ فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ ١٠٣ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ ١٠٤ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ ١٠٥ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ ١٠٦ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ ١٠٧ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ ١٠٨

Artinya:
101.  Maka, Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak (Ismail) yang sangat santun.

102.  Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.

103.  Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah),

104.  Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim,

105.  sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.

106.  Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

107.  Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar.650)

108.  Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian,

Dari ayat tersebut, jelas bahwa syariat Islam mengenai kurban diambil dari peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim bersama anaknya Ismail. Allah SWT bermaksud menguji terlebih dahulu dengan menyuruh Ibrahim menyembelih anak yang selama ini dia idam-idamkan. Namun pada akhirnya Ismail diganti dengan seekor kambing besar. Penyembelihan hewan ternak seperti kambing, domba, sapi atau kerbau menjadi tradisi sampai hari ini yang dijalankan pada Hari Raya Idul Adha.

Menggali Makna Kurban

Dalam Islam, kurban tidak hanya berdimensi hablun minallah semata, namun juga ada dimensi hablun minan naas di dalamnya. Hewan kurban dibagi-bagi kepada masyarakat yang tidak mampu. Masyarakat yang tidak mampu membeli daging dalam kehidupan sehari-harinya dapat merasakan kelezatan daging pada saat Hari Raya Idul Adha.

Dalam QS. Al Hajj: 37 Allah SWT berfirman:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ ٣٧

Artinya:
37.  Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.

Ayat di atas menunjukan bahwa kurban adalah pembuktian ketakwaan kepada Allah SWT. Dimana ciri ketakwaan kepada Allah SWT adalah mau mengorbankan hal yang berharga untuk dipersembahkan kepada Allah SWT. Cara mempersembahkan kepada Allah SWT dengan berbuat baik kepada manusia.

Kurban di Tengah Pandemi

Pandemi yang melanda dunia hari ini telah menghabiskan banyak energy baik fisik maupun mental. Momentum kurban bisa dijadikan pengingat kepada manusia agar mau berkorban untuk sesamanya. Salah satunya adalah dengan saling menolong dan membantu di kala pandemic. Pandemi menyisakan banyak kehilangan dan kesedihan bagi banyak orang dunia. Diperlukan solidaritas sosial kemanusiaan untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat.

Bagi yang belum pernah berkurban, maka dipersilahkan untuk berkurban. Namun bagi yang sudah sering berkurban, alangkah baiknya uang kurbannya dialihkan kepada dana kemanusiaan untuk membantu kawan kita yang terkena pandemic. Pahalanya akan sama, karena sama-sama berkorban.

Penulis: Robby Karman

Robby Karman

Alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut dan Institut Agama Islam Tazkia Bogor.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال