Allah Cinta, Derita Tak Terasa

Sumber gambar : kalam.sindonews.com


KULIAHALISLAM.COM - Abu Warrad mendapat berita dari Muhammad bin Muslim, ia berkata Seseorang mengunjungi Muhammad Nabi mulia dan berkeluh kesah kepadanya "Wahai Nabiku, telah habis harta kupunya pula sakit segenap raga."

Nabi pun menenangkannya dan Beliau bersabda

"Tidaklah baik seseorang hamba hartanya telah habis binasa badannya sakit terkena bala sungguh, Allah jika cinta hamba kekasih-Nya Diberi ia ujian lara. Lalu saat sang hamba tertimpa Allah berikan kesabaran Kepada dirinya."

Orang-orang yang saat ini sedang sakit, terutama terkena wabah COVID-19, atau keluarganya ada yang sakit, atau ditinggal selamanya oleh orang yang dikasihinya, pada dasarnya sedang diuji oleh Allah. 

Ujian yang Allah berikan ini adalah bukti cinta kepadanya. Mengapa Allah cinta pada seseorang namun sepertinya membuatnya sengsara? Bagi orang kebanyakan, khususnya yang tidak beriman atau lemah iman, barang kali akan berpikiran seperti itu. Namun tidak demikian bagi orang beriman yang diuji tersebut. 

Orang seperti ini yakin, pertama : Allah tidak akan memberikan beban ujian kecuali kita sanggup menanggungnya. Allah berfirman ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya....” (QS Al Baqarah : 286)

Kedua, orang itu yakin seiring dengan musibah yang Allah berikan padanya maka Ia juga menurunkan kesabaran bagi dirinya, sebagaimana penjelasan Nabi di atas. 

Kesabaran itulah yang membuat ia mampu menanggung beratnya beban musibah dan berhasil melewatinya dengan sukses. Seperti dalam mengendarai mobil, orang biasa diberikan ”mode eco” saja. Tapi orang yang Allah uji dengan sakit, Allah beri mobilnya dengan ”mode power”. Dengan mode ini kita akan lebih mudah mengarungi medan yang sulit.

Ketiga, orang ini yakin ujian yang tengah diberikan kepada adalah bentuk kecintaan Allah padanya. Ujian tersebut adalah bukti bahwa Allah memberikan perhatian luar biasa kepada dirinya. Allah punya maksud ”sesuatu” pada dirinya. Kalau Allah cinta maka ujian bukan sebuah derita. Kita akan sabar, ikhlas dan ridha menjalaninya. Itulah pola pikir (worldview) yang ada pada diri seorang muslim. Jika Allah sudah cinta, maka ujian apapun sudah tidak dia rasakan sebagai derita.

Dalam dunia kerja, hal seperti itu biasa. Ketika ada sebuah projek, misalnya perusahaan ingin menerapkan sebuah sistem komputerisasi, pimpinan perusahaan menunjuk seorang karyawan terbaiknya untuk menangani projek tersebut. 

Sang karyawan, meskipun tidak tahu imbalan mengerjakan projek itu apa, tetap ia akan mengerjakannya. Sebab ia tahu, keikutsertaan dirinya dalam projek akan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dirinya terhadap proses keseluruhan bisnis perusahaan tersebut. 

Artinya ’harga’ dirinya akan semakin mahal karena mempunyai kompetensi yang jarang dimiliki orang. Ia juga yakin, keberhasilan projek tersebut akan menentukan promosi atau karir dirinya ke depan. Jika projek berhasil, meskipun tidak ada perjanjian tertulis, pasti ia akan dipromosikan ke jabatan atau golongan yang lebih tinggi.

Demikian pula seseorang mukmin yang dicintai Allah. Ibarat ia seperti karyawan terbaik tersebut, ia mendapatkan beban pekerjaan atau ujian kehidupan. Jika sabar dan berhasil mengarungi ujian tersebut maka ia akan naik derajatnya di mata Allah. 

Ada yang bilang penyintas COVID-19 ini mendapat gelar Lc, yaitu Lulusan COVID-19. Sama dengan gelar sarjana agama yang disandang lulusan dari Timur Tengah, mereka juga mempunyai kelebihan telah berhasil melewati ujian itu, setidaknya dibanding yang tidak mendapatkan ujian tersebut. 

Selain itu, dengan keimanan dan keridhaan atas ujian tersebut kelak di akhirat ia akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. 

Oleh karena itu, janganlah bersedih jika Allah masih mempercayakan kepada kita untuk menerima ujian-Nya berupa masalah-masalah yang tiap saat muncul. Itu artinya Allah sayang pada kita. Allah ingin jika kita selesai menghadapi ujian ini, kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Allah tidak saja memberikan kesempatan kedua, tapi Allah ingin nantinya para Lc-Lc ini membangun dunia menjadi lebih baik.

Oleh: Budi Handrianto M.Pd.I (Ketua Bidang Kaderisasi Ulama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)

Editor : Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال