Potret Pembangunan Kota Bima Masa Kini

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Kota Bima merupakan salah satu wilayah Nusa Tenggara Barat yang berada pada bagian timur Pulau Sumbawa dengan koordinat Lintang Selatan antara 8020’- 8030’ dan antara 118041’ - 118048’ Bujur Timur. Luas wilayah Kota Bima adalah sebesar 222,25 km2 yang terbagi dalam 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Rasanae Barat, Rasanae Timur, Asakota, Mpunda dan Raba dengan batas wilayah: -Sebelah Utara: Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, -Sebelah Timur: Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, -Sebelah Selatan: Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima, -Sebelah Barat: Teluk Bima. Tersebar dalam sekitaran wilayah, kota Bima.

Pada tahun 2002 wajah Bima kembali di mekarkan sesuai amanat Undang-undang Nomor 13 tahun 2002 melalui pembentukan wilayah Kota Bima. Hingga sekarang daerah yang terhampar di ujung timur pulau sumbawa ini terbagi dalam dua wilayah administrasi dan politik yaitu Pemerintah kota Bima dan Kabupaten Bima. Kota Bima saat ini telah memliki 5 kecamatan dan 41 kelurahan dengan luas wilayah 437.465 Ha dan jumlah penduduk 419.302 jiwa dengan kepadatan rata-rata 96 jiwa/Km². Sebagai sebuah daerah yang baru terbentuk, Kota Bima memiliki beragam karakteristik perkembangan wilayah yaitu: pembangunan infrastruktur yang cepat, perkembangan sosial budaya yang dinamis, dan pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi.

Sudah 22 tahun ini Kota Bima dipimpin oleh seorang Walikota (H. M. Nor Alatif-H. Quraish 2002-2010, H. M. Quraish-H. Arahman 2010-2014), H. M. Lutfi-Feri Sofyan 2015-2024), (PJ. Walikota Bima, Ir. Muhammad Rum 2023-2024) dengan peradaban Budaya Dou Mbojo yang sudah mengakar sejak jaman kerajaan hingga sekarang masih dapat terlihat dalam kehidupan masyarakat Kota Bima dalam kesehariannya. Baik sosial, Budaya dan Seni tradisional yang melekat pada kegiatan Upacara Adat, Prosesi Pernikahan, Khataman Qur’an, Khitanan dan lain-lain serta bukti-bukti sejarah Kerajaan dan Kesultanan masih juga dapat dilihat sebagai Situs, Kepurbakalaan dan bahkan menjadi Objek Daya Tarik Wisata yang ada di Kota Bima dan menjadi objek kunjungan bagi wisatawan lokal, nusantara bahkan mancanegara.

Kota Bima merupakan kota yang terletak dibagian tengah wilayah Bima, dan Utara wilayah Bima berbatasan dengan teluk Bima, menuju lautan samudera Sulawesi. Sehingga kota Bima dan kabupaten Bima menjadi daerah transit arus perdagangan barang dan jasa, maupun lalu lintas interaksi manusia antar pulau, baik yang sekadar berwisata, jelalah Nusantara dan yang menetap di wilayah Bima. Kota Bima secara geografis memang terletak diatas tanah perbukitan, dibagian timur berbatasan dengan kec. Wawo, dan sape. Dibagian selatan berbatasan dengan kec. Woha, dan Langgudu. Dibagian Utara berbatasan dengan kec. Wera dan Sedangkan bagian barat berbatasan dengan kec. Soromandi dan Donggo yang dipisahkan teluk Bima. Berdasarkan kondisi geografis tersebut, mayoritas warga masyarakat kita Bima, dalam keseharian nya berkerja dibidang pertanian, peternakan, jasa-jasa industri perdagangan dan pemerintahan. bidang pendidikan agama dan perkantoran/perbankan. Pun, muncul juga aktivitas lainnya sebagai penopang agenda pembangunan daerah di bidang sosial, budaya, komunitas. Industri seni, kreatif dan kriya.

Saat ini, kota Bima terus-menerus mengalami perkembangan dalam bidang infrastruktur dan suprastruktur yang menunjang aspek sarana prasarana aktivitas warga masyarakat. Seperti pembangunan area ruang hijau, penataan Taman Ria, Taman Kodo, Taman dan lapangan Manggemaci, Taman Pantai Amahami. Taman Batas Kota, Destinasi Pantai Lawata, Pasar-pasar, Alun-alun/Lapangan Serasuba, Lapangan Pahlawan, Area publik Paruga Na'e. Baik wilayah jantung kota, daerah pinggiran dan menyasar ruang-ruang strategis yang memungkinkan warga masyarakat berinteraksi, menikmati sarana dan bebas ekspresi dan berkarya untuk kemajuan daerah. Namun, yang terpenting dan utama adalah keberadaan pihak untuk menjaga keamanan, dan kenyamanan warga. Tidak kejam, semrawut, menindas dan semena-mena pada warga kota, pun ketertiban dari pengunjung untuk merawat fasilitas publik. Tidak vandalis, tidak sembarangan, tidak anarkis dan premanisme.

Pemerintah daerah terus menggenjot pembangunan fasilitas sarana prasarana di setiap wilayah strategis tersebut untuk menunjang kemajuan daerah dan kebutuhan masyarakat, karena kedua aspek tersebut saling membutuhkan simbiosis mutualis dan humanis dalam bermasyarakat dan bernegara. Karena, pemerintah berikhtiar untuk memajukan daerah melalui kebijakan dan program kerja yang menyasar ruang-ruang kebutuhan warganya, dan warga masyarakat bisa menikmati segala kemudahan, kenyamanan atas fasilitas sarana yang tersedia untuk menunjang aktivitas, interaksi sosial dan bebas berkreasi kontribusi untuk kemajuan daerah tersebut.

Selain itu, setiap pemimpin daerah/kepala pemerintahan yang terpilih memiliki konsep gagasan yang tertuang dalam visi-misi dan program kerja terkait arah tujuan pembangunan daerah kota Bima dimasa kini dan masa depan nanti. Ada yang mengusung konsep Bima ramah, kota Bima berteman, kota Bima mandiri dan kota Bima setara berdaya saing. Bahkan, muncul slogan-slogan terkait julukan suatu daerah terutama Kota Bima. Kota Bima, kota tepian air. Kota Bima kota Maja labo dahu. Kota Bima kota kecil sejuta cerita dan beragam julukan lain terkait kondisi kita Bima.

Pada dasarnya, gagasan dan konsep yang diusung oleh pemimpin daerah atau calon kepala pemerintahan/daerah tersebut adalah konsekuensi logis dari arah pembangunan untuk mewujudkan visi-misi tujuan suatu daerah. Karena, posisi pemimpin daerah seperti kepala atau nahkoda, yang mengarah, memimpin dan melindungi kebutuhan hajat hidup warga masyarakat untuk menuju kepada sesuatu yang menjadi impian bersama. Maka, supaya pemimpin kepala daerah tidak secara sembrono, secara tiba masa tiba akal, (muncul agenda terselubung lain) dalam menata dan membangun infrastruktur suprastruktur daerah dan kebutuhan hidup dari warga masyarakat. Yang rentan tidak berdaya terbelakang, fakir miskin, minim literasi agama, dan sosial.

Saat ini, kondisi kota Bima kerapkali dibanding-bandingkan dengan eksistensi pembangunan daerah kota-kota besar, yang pertumbuhan ekonomi maju, aspek sarana prasarana pendidikan maju, sosial budaya industri kreatif semakin maju, maupun penataan tata ruang wilayah di jantung kota dan area pinggiran semakin rapi, dan bersih. Sehingga, pemerintah daerah dalam setiap kampanye sosialisasi pada acara-acara besar tahunan dihadapan warga masyarakatnya, bertekad untuk membangun dan menggenjot akselerasi infrastruktur sosial bisa berdaya saing, setara, maju dan beradab dengan daerah-daerah di Indonesia dan dunia.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال