Jawaban Jika Anak Bertanya Mengapa Tuhan Menciptakan Kulitku Hitam

Tak seperti biasanya sepulang sekolah langsung main kelereng. Sekarang Efriyanto pulang dengan tangis tersendat-sendat menghampiri ibu. “Kenapa menangis nak?” Tanya ibu dengan raut muka sedih.


“Teman-teman sekolah pada bilang kalau aku kulitnya hitam seperti orang Afrika.” Jawab Efri sambil mengusap air matanya.

“Kenapa sih Tuhan memberikan kulit hitam ini kepadaku, kenapa tidak sama mereka-mereka saja, Buk?” Tanya Efri.

“Mungkin ini sudah yang terbaik bagi Efri dikasih sama Tuhan. Sabar ya nak sayang.” Jawab ibu sambil mengelus-elus kepala Efri.

Sudah mafhum, bahwa salah satu kemerosotan akhlak dan moral umat Islam dapat dilihat dari sikap umat Islam yang tidak lagi saling menghargai dan menghormati sesama. Berbagai aksi yang terjadi, yang pada prinsipnya aksi tersebut sangat bertentangan dengan norma-norma kehidupan beragama yang telah diatur oleh Allah SWT.

Terkadang, manusia tanpa sadar telah melakukan perbuatan yang menjurus kepada perbuatan akhlak yang tercela. Seperti, saling mengejek sesama muslim, saling berburuk sangka dan saling mengunjing. Begitu pula perilaku-perilaku muslim yang saling menghina dan saling merendahkan antara satu dengan yang lainnya. Tentu saja, perbuatan seperti ini sangat bertentangan dengan Alqur’an.

Syahdan. Tuhan menciptakan ciptaan dengan keberagaman dan perbedaan untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Tuhan Yang Maha Kuasa telah menegaskan bahwa tolok ukur pembeda manusia adalah ketakwaan dan amal shaleh, bukan citra dan penampilan manusia. Bukankah dalam Alqur’an surat Al-Hujurat ayat 13 sudah jelas, Allah Swt. berfirman:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13).

Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan meminta pertanggungjawaban Anda atas sesuatu yang Anda tidak punya pilihan, seperti warna kulit Anda (sebab sudah ketentuan Tuhan). Warna hitam bukanlah suatu cacat, bukan pula hal yang buruk, dan bukan pula bahan cemoohan. Berapa banyak orang-orang kulit hitam yang telah memberi manfaat bagi dunia dengan pengetahuan dan usahanya?

Dalam hal ini, seseorang dibedakan berdasarkan kinerja, pemikiran, dan usahanya, bukan berdasarkan warna kulit atau garis keturunannya. Antarah bin Shaddad (seorang ksatria dan penyair yang cukup masyhur pada zaman jahilliyah) berkulit hitam. Suatu waktu Antarah pernah dicaci maki karena warna kulitnya yang hitam. Ia kemudian bersyair:

لَئِن أَكُ أَسوَداً فَالمِسكُ لَوني # وَما لِسَوادِ جِلدي مِن دَواءِ
وَلَكِن تَبعُدُ الفَحشاءُ عَنّي # كَبُعدِ الأَرضِ عَن جَوِّ السَماءِ

Artinya: “Jika Anda berkulit hitam, maka musk adalah warna saya. Tidak ada obat untuk kulit saya yang hitam, tetapi jauhkanlah perbuatan amoral dariku sejauh bumi dari atmosfer langit.”

Antarah tidak sedih atau patah hati karena ada yang menghina warna kulitnya yang hitam. Di sini kami, kata Antarah, hanya memperingatkan setiap orang yang mengolok-olok siapapun. Karena, dengan berbuat demikian ia melanggar perintah Tuhan Yang Maha Esa dan berhak untuk mendapatkan dosa. Allah Swt. berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِ ۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).

Sama sekali tidak boleh (haram) menghina atau melecehkan (bullying) orang lain karena kemiskinannya, keturunan agama tertentu seperti Yahudi, atau karena keluarganya memiliki cela. Merusak kehormatan orang lain, memiliki perasaan sombong lebih baik dari orang lain, jelas tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Nabi Saw. bersabda:

يا رسول الله ، أنا من أهل البادية ، وفي جفاؤهم ، فأوصني . فقال : ” لا تحقرن من المعروف شيئا ، ولو أن تلقى أخاك ووجهك منبسط ، ولو أن تفرغ من دلوك في إناء المستقي ، وإن امرؤ شتمك بما يعلم فيك فلا تشتمه بما تعلم فيه ، فإنه يكون لك أجره وعليه وزره . وإياك وإسبال الإزار ، فإن إسبال الإزار من المخيلة ، وإن الله لا يحب المخيلة ، ولا تسبن أحدا ” . قال : فما سببت بعده أحدا ، ولا شاة ولا بعيرا

Artinya: “Wahai Rasulullah Saw. Aku berasal dari pedesaan, beri aku wasiat.” Beliau bersabda: “Jangan meremehkan kebaikan sedikitpun walaupun dengan tersenyum di wajah saudaramu, walaupun dengan menuangkan air ke bejana orang yang meminta air. Jika ada yang mencacimu dengan aib yang ia ketahui ada pada dirimu, janganlah membalas mencacinya dengan aib yang kamu tahu ada pada dirinya, karena pahalanya untukmu dan dosanya untuk dia. Jangan memakai kain melebihi mata kaki karena itu termasuk kesombongan dan Allah tidak menyukai kesombongan, dan jangan memaki siapapun.” Jabir berkata, “Semenjak itu aku tidak pernah memaki siapapun walaupun kepada kambing dan unta.” (HR Abu Dawud dan An-Nasai).

Anakku, lanjut sang ibu, bersabarlah dan mintalah pertolongan sama Allah Swt. terus-menerus untuk melepaskan diri dari dampak perilaku buruk orang lain. Jangan biarkan setan dengan cara apapun mendatangkan kesedihan dan kesakitan pada kamu. Jangan tergoda dengan bisikan setan.

Wahai anakku! Ingatkanlah mereka-mereka yang mencaci-maki itu dengan ayat-ayat Allah Swt. Siapa tahu dengan cara itu mereka sadar bahwa kulit hitam juga ciptaan Allah Swt., dan dilarang untuk memakinya, apalagi sampai meneteskan darahnya. Dalam al-Qur’an Allah Swt. berfirman:

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَ لَا السَّيِّئَةُ ۗ اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ. وَمَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا ۚ وَمَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ

Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fussilat [41]: 34-35).

Sebagai penutup, nilai pendidikan tertinggi adalah menjunjung tinggi kehormatan kaum Muslimin, yaitu mendidik manusia untuk selalu menghargai dan menjaga kehormatan sesama mereka. Tentunya dengan cara tidak mengolok-olok, mengejek, apalagi sampai memanggil orang lain dengan panggilan yang buruk.

Jika pendidikan seperti ini ditanamkan kepada anak-anak kecil, maka besar kelak selain akan terwujud kehidupan masyarakat yang harmonis dan penuh dengan kedamaian, juga akan terwujud pemuda-pemudi yang berakhlak karimah. Wallahu a’lam bisshawaab.

*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf. Alumni Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo. Sekarang nyantri di Ponpes Nurul Jadid, sekaligus kader PMII Universitas Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال