Pengaruh Macam-macam Qiraat di Zaman Modern

Penulis: Wilda Azzahrotun Nisa' Saidatul Mufarrokhah*

Qira'at adalah bidang yang mempelajari cara membaca Alqur'an oleh seorang ahli atau imam, berbeda dengan cara ulama lain berdasarkan riwayat-riwayat yang sahih dan selaras dengan kaidah-kaidah bahasa Arab sesuai dengan bacaan dalam salah satu mushaf Utsmani. 

Perkembangan ilmu qira'at demikian pesatnya, sehingga memunculkan banyak tokoh ahli qira'at yang mengabadikan ilmunya dalam bentuk karya tulis. 

Dalam artikel ini kita akan membahas sedikit tentang ilmu qiraat serta pengaruh macam-macam bacaan dalam ilmu qiraat.

Imam Az-Zarkasyi dalam buku Al-Burhan Fii Ulumil Qur'an mengingatkan, bahwa al-qira' ah (bacaan) itu berbeda dengan Alquran (yang dibaca). 

Keduanya merupakan dua fakta yang berlainan. Sebab, Alquran adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi keterangan dan mukjizat. 

Sedangkan qira'ah ialah perbedaan cara membaca lafaz-lafaz wahyu tersebut di dalam tulisan huruf-hurufnya yang menurut jumhur cara itu adalah mutawatir. Maka sungguh keliru orang-orang yang menyangka bahwa qira'at sab’ah adalah sab’atu ahruf (tujuh macam bahasa dalam Alquran). Tetapi tetap ada hubungan diantara keduanya.

Qira'at dalam bahasan ini, yaitu cara pengucapan lafaz-lafaz Alquran sebagaimana di ucapkan Nabi atau sebagaimana di ucapkan para sahabat di hadapan Nabi lalu beliau menetapkannya (mentaqrirnya). 

Sebagian ulama mengatakan bahwa macam-macam qira’at itu ada enam, yaitu al-mutawatir, al-masyhur, al-ahad, ash-syadz, al-mawdu’ dan al-mudraj. Dari empat macam qira’at selain al-mutawatir dan al Masyhur, semuanya (al-ahad, al-syadz, al-mawdu’, dan almudraj) tidak boleh dipakai untuk dibaca, baik di dalam salat maupun di luar salat, karena hakikatnya ia bukan Alqur’an.

Berikut ini adalah pembagian tingkatan qira’at para imam qira’at berdasarkan kemutawatiran qira'at tersebut, dalam hal ini para ulama telah membaginya ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: 

(1) qira’at yang telah disepakati kemutawatirannya tanpa ada perbedaan pendapat diantara para ahli qira’at, yaitu para imam qira’at yang tujuh orang (qira’at sab’ah). 

(2) qira’at yang diperselisihkan oleh para ahli qira’at tentang kemutawatirannya, namun menurut pendapat yang sahih dan masyhur, bahwa qira’at tersebut mutawatir, yaitu qira’at para imam qira’at yang tiga (Imam Abu Ja’far, Imam Ya’qub dan Imam Khalaf).

(3) qira’at yang disepakati ketidak mutawatirannya (qira’at syadz) yaitu qira’at selain dari qira’at para imam yang tujuh maupun sepuluh (qira’at arba’a asharah).

Dari segi jumlah, macam-macam qira’at dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam qira’at yang terkenal, yaitu:

1) Qira’at sab’ah, adalah qira’at yang dinisbahkan kepada para Imam Qurra’ yang tujuh yang termasyhur. Mereka ialah Nafi’, Ibn Kathir, Abu ‘Amr al Basri, Abdullah Ibn ‘Amir ash Shami, Asim al Kufi, Hamzah al Kufi dan Al Kisa’i al Kufi. 

2) Qira’at‘ asharah, adalah qira’at sab’ah yang ditambah dengan tiga qira’at lagi, yang disandarkan kepada Abu Ja’far, Ya’qub dan Khalaf al-‘Ashir. 

3) Qira’at arba’a ‘asharah, adalah qira’at ‘asharah yang ditambah dengan empat qira’at lagi yang disandarkan kepada al-Hasan al-Basri, Ibn Muhaysin, Yahya al-Yazidi, dan ash-Shanbudhi. 

Dari ketiga macam qira’at di atas, yang paling terkenal adalah qira’at sab’ah kemudian disusul oleh qira’at ‘asharah. Hukum mengikuti imam qiraat ialah Sunah Muttaba’ah (Sunnah yang harus diikuti).

Terlepas dari pembahasan di atas, sedangkan yang maksud dengan Alqur'an diturunkan dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab, yaitu bahasa Quraisy, Huzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman. 

Pada masa Nabi, Abu Bakar dan Umar terdapat bacaan tujuh huruf tersebut. Kemudian pada masa Khalifah Utsman, dengan ditulisnya Mushaf Utsmani bacaan Alqur'an hanya satu huruf saja, yaitu bahasa Quraisy.

Utsman berpendapat bahwa membaca Alqur'an dengan tujuh huruf itu hanyalah untuk menghilangkan kesempitan dan kesulitan dimasa-masa awal, karena pada zaman dahulu masyarakat Arab berbeda-beda dalam melafazkan ayat-ayat Alquran, dan kebutuhan tentang hal itu sudah berakhir. 

Berdasarkan uraian diatas dapat dimengerti bahwa pengaruh macam macam qiraat di zaman modern ini adalah:

1. Keberagaman yang luas: Berbagai qiraat berasal dari berbagai wilayah di dunia Muslim dan tentunya dari Imam-imam yang berbeda pula, hal ini mencerminkan keragaman budaya dan tradisi dalam masyarakat Islam. Hal ini menguatkan identitas keagamaan komunitas Muslim di seluruh dunia

2. Penafsiran Alquran: Berbagai qiraat dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dalam memahami makna dan pesan Alquran. Hal ini memungkinkan pemahaman yang lebih dalam dan menyeluruh terhadap makna ayat suci Alquran bagi umat Islam. Hal ini dikarenakan setiap perbedaaan pelafalan dalam qiraat pasti berbeda pula hasil maknanya.

3. Pengembangan Ilmu Tajwid: Studi tentang berbagai qiraat membantu dalam pengembangan ilmu tajwid (ilmu bacaan Alquran), yang merupakan aspek penting dalam melafazkan dan memahami Alquran dengan benar.

4. Keberagaman dalam Ibadah: Di beberapa wilayah, beberapa qiraat digunakan dalam salat dan ibadah lainnya, sehingga mencerminkan keberagaman dalam praktik keagamaan di kalangan umat Islam.

Adapun urgency mempelajari ilmu qiraat di zaman ini adalah:

1. Kewajiban dalam Ibadah: Memahami berbagai qiraat membantu umat Islam dalam melafazkan Alquran dengan benar dalam ibadah sehari-hari seperti salat. Ini penting untuk menjaga kesucian ibadah dan hubungan spiritual dengan Allah.

2. Pemahaman yang Mendalam: Studi tentang qiraat sangat penting bagi umat Islam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang makna dan pesan Alquran. Hal ini penting untuk mengembangkan spiritualitas dan pengetahuan yang mendalam tentang kitab suci Alquran

3. Melestarikannya atau menjaganya agar tidak punah: Ilmu qiraat merupakan bagian dari warisan budaya Islam yang kaya. Dengan mempelajarinya, umat Islam dapat membantu dalam pelestarian dan pengembangan warisan Islam di kemudian hari. Misal dengan mengajarkannya di berbagai pondok pesantren.

4. Menghindari Kesalahan Bacaan: Dengan mempelajari ilmu qiraat, umat Islam dapat menghindari kesalahan dalam membaca Alquran yang dapat mengubah makna ayat-ayat tersebut. Ini penting untuk menjaga kesucian dan keakuratan ayat ayat suci Alquran.

5. Pengembangan Keterampilan Tajwid: Studi tentang Qiraat membantu dalam pengembangan keterampilan tajwid, yaitu ilmu tentang cara melafazkan Alquran dengan benar. Hal ini memastikan bahwa pembacaan Alquran dilakukan dengan akurat sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

6. Agar tidak salah menilai, misal di suatu daerah terdapat bacaan yang tidak sama dengan bacaan kita ,lalu kita menghukumi bacaan itu salah padahal tidak.

Secara keseluruhan, mempelajari ilmu qiraat merupakan bagian penting dari pendidikan agama Islam yang membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah, memahami Alquran, dan mendalami ilmu tentang macam macam Qiraat itu sendiri.

*) Alumni pondok pesantren putri Walisongo, sekarang menjadi mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال