Perdana! SYE NTB Regional Mbojo Menggelar Workshop Kebudayaan Bima

(Sumber Gambar: dok internal, SYE NTB Regional Mbojo)


KULIAHALISLAM.COM - Sasambo Youth Education Nusa Tenggara Barat, Regional Mbojo perdana menyelenggarakan agenda workshop dengan mengangkat tema "Perspektif Millenial Terhadap Kebudayaan Mbojo", bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Bima, dan Lembaga Pers Mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Bima. Acara diselenggarakan, hari Ahad, 3 Maret 2024, mulai 08:00 - selesai. Aula Kampus Universitas Muhammadiyah Bima. Dengan mengundang narasumber, yakni Dewi Ratna Muchlisa (Kepala Museum Samparaja Kota Bima, dan Budayawan Bima).

Sasambo Youth Education Nusa Tenggara Barat adalah organisasi yang lahir atas inisiatif kaum muda NTB, khususnya salah seorang generasi berprestasi dari daerah Sumbawa, beliau adalah Fadil Ahmad Nur, SPd, MPd. Organisasi yang lahir dan berdiri ini bergerak pada wilayah pulau Sumbawa saja sebagai lahan kegiatan awal pendiriannya, organisasi bergerak di bidang pendidikan, sosial dan budaya. Menyasar kaum pemuda dan remaja dalam berpartisipasi setiap kegiatan melakukan perubahan kondisi sekitarnya. 

SYE NTB ini salah satu organisasi kepemudaan yang dibentuk oleh murni dari putra putri NTB, bergerak di bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. SYE Regional Mbojo baru berdiri beberapa waktu lalu, setelah proses pelantikan pengurus dan anggota baru periode 2024-2025. Memiliki tugas pengurus inti, yakni Ketua Umum, sekretaris umum dan bendahara umum. Serta pengurus dan anggota berjumlah sekitar 50 orang. Perwakilan dari kaum mahasiswa di daerah Bima dan Dompu. SYE NTB tidak berafiliasi dengan organisasi mana pun, tetapi bernaung dibawah Dikpora provinsi NTB. 

Dalam sambutannya, Ketua Umum sasambo Youth Education NTB regional Mbojo, saudara Bimantara Pratama. Beliau mengatakan bahwa, "Adapun tujuan diselenggarakannya acara workshop kebudayaan Mbojo ini adalah ingin mengkilas kembali kebudayaan Bima yang hampir terkikis, jadi kami ingin melek dan menyadarkan kepada teman-teman peserta yang hadir, dan kaum muda di wilayah Bima untuk belajar kembali memahami kebudayaan Mbojo agar bisa memberikan sumbangsih bagi kemajuan budaya Daerah Bima dan nasional".

"Semoga kepada semua peserta yang hadir dalam workshop kebudayaan Mbojo ini untuk membaca, memahami dan merawat dan melestarikan kebudayaan Mbojo yang pernah merasakan kejayaan dan gemilang dalam sejarah negara Indonesia ini, agar supaya kita semua sebagai generasi kaum muda daerah Bima mampu memahami, mewarisi dan merenovasi nilai-nilai falsafah budaya Bima pada masa lampau tersebut bisa terus hidup tumbuh dan berkembang dalam aktifitas kehidupan beragama dan bermasyarakat masa kini, kemudian akhirnya menciptakan kondisi tatanan yang beradab dan berkemajuan di masa kini dan nanti". Harapnya dalam sambutan

(Sumber Gambar: dok internal, SYE NTB Regional Mbojo)


Dewi Ratna Muchlisa (Budayawan Bima), dalam sambutan awal uraian menceritakan bahwa, "Pada dasarnya, daerah Bima sejak awal pra-kemerdekaan, kemerdekaan dan pasca kemerdekaan selalu mengalami perkembangan dalam aspek politik tata pemerintahan kenegaraan, kondisi politik sosial dan budaya, bahkan di bidang agama dan pendidikan".

Lanjut misalnya, "Daerah Bima pernah membentuk sebuah tata pemerintahan bercorak kerajaan, di pimpin oleh para raja-raja, lalu berubah corak dalam sistem kesultanan, melahirkan kesultanan-kesultanan yang turun temurun, meninggal aneka warisan dalam bentuk falsafah adat istiadat, norma-norma agama, nasehat-nasehat, nilai-nilai agama petuah dan kebijakan yang menyangkut masyarakat dan agama sejak masa pemerintahan kesultanan tersebut".

Dengan demikian, daerah Bima adalah daerah yang menjadi bagian dari sejarah panjang terbentuk berdiri dan berjalan sebuah tatanan keindonesiaan melalui perjuangan dalam melawan penjajahan dari luar, pergolakan dari dalam daerahnya, dan beragam gejolak konflik yang dihadapi oleh pemimpin kerajaan, kesultanan hingga menjadi sebuah pemerintahan yang merdeka, berdaulat dan demokratis hingga masa kini.

Karena itu, banyak upaya yang harus dilakukan untuk menjaga, merawat dan memajukan falsafah, norma dan nilai-nilai politik, sosial, budaya, agama dan pendidikan yang berkaitan dengan daerah Bima ini adalah, setiap pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan warga masyarakat lainnya untuk terus menghidupkan, membudayakan, dan mengimplementasikan falsafah hidup dan nilai budaya mulia daerah Bima tersebut dalam aktivitas kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara berbangsa.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال