Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan


Penulis: Ali Ahmadi*

Hakikat Filsafat

Filsafat digambarkan sebagai upaya pencarian kebenaran untuk mendapatkan kebijaksanaan. Jika dikatakan sebagai kebenaran maka segala hal yang memiliki kebenaran dalam kehidupan manusia merupakan kajian dalam filsafat atau produk filsafat. Kehidupan manusia membutuhkan segala sesuatu untuk menyelesaikan masalahnya dan hal tersebut tidak dapat dipenuhi hanya dengan kehadiran filsafat. 

Ada pemahaman berbeda dalam dua frase yaitu, filsafat ilmu dan ilmu filsafat. Jika upaya mencari temukan pemahaman pada pengetahuan indriawi maka bisa disimpulkan hal tersebut sebagai filsafat ilmu sedangkan bagaimana mendapatkan pemahaman hal yang tidak bersifat indrawi bisa dikatakan sebagai ilmu filsafat.

Hakikat Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dibentuk dari padanan 2 kata yatu ilmu dan pengetahuan. Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘Alima, Ya’lamu, ‘Ilman yang dimaknai sebagai pengetahuan yang mendalam atau benar-benar mengetahui. Objek ilmu pengetahuan sebenarnya tidak terlepas dari objek penyelidikan manusia untuk menjadikan dirinya paham terhadap hal-hal yang ditemui. 

Objek tersebut dibagi menjadi objek materil dan formal. Objek materil adalah sasaran penelitian sedangkan bagaimana seseorang menyelidiki sasaran tersebut dapat dijelaskan pada objek formal. Objek formal diartikan bagaimana sudut pandang, prinsip, hakikat dan esensi. Bisa juga dikatakan objek formal bicara mengapa sebuah objek penyelidikan.

Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

Pada premis bahwa segala sesuatu hasil dari campur tangan manusia. Dengan demikian, tindakan manusia adalah proses dan hasil dalam konteks ini. Ketiganya, tampaknya, adalah produk pemikiran manusia yang disengaja. Filsafat dan sains, ketika dievaluasi melalui lensa proses, mengungkapkan upaya untuk mengatasi masalah yang mengganggu keberadaan manusia. 

Para filsuf telah membahas setiap cabang sains dan bahwa beberapa sains yang membedakan dirinya dari filsafat dapat ditelusuri kembali ke asal-usulnya. Studi seperti matematika, astronomi, dan sosiologi. Sifat analitis sains dicontohkan dengan fokusnya pada satu bidang studi sebagai objek formalnya. 

Sementara itu, fisafat mengambil isyarat dari sains dengan memusatkan perhatian pada gambaran besar (sinoptik), karena keseluruhan sering kali mengungkapkan ciri-ciri yang tidak ada pada bagiannya. Ilmu pengetahuan melakukan koreksi terhadap filsafat, dengan mereduksi ide-ide yang tidak mampu dijelaskan dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan filsafat menggabungkan beberapa pengetahuan hingga menjadi utuh dalam sebuah ilmu.

Didalam buku Pengantar Filsafat karangan Loekisno Warsito dkk, mengungkapkan bahwa sejarah filsafat merupakan pengetahuan yang banyak digunakan dan sangat penting dalam mempelajari hubungan subject matter dalam belajar filsafat yang merupakan alat untuk mengenal filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya. 

Dengan melihat sejarah sebagai suatu urutan kejadian yang saling berhubungan sehingga suatu kejadian tidak terjadi begitu saja dan diartikan sebagai fenomena tersendiri, tetapi harus mencermati makna dibalik urutan kejadian pemikirannya. Sejarah sebagai suatu alat untuk mempelajari filsafat yang pada akhirnya dapat juga dipelajari ilmu pengetahuan secara mendalam.

Filsafat menurut sejarah filsafat Yunani, mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren, dan mempunyai objek material yang formal. 

Perbedaan diantara keduanya adalah, filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan yang memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. 

Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa yang sebenarnya, dan dari mana asalnya, dan hendak kemana perginya. Sedangkan ilmu tidak harus menjawab pertanyaan bagaimana dan apa sebabnya. Sebagian orang menganggap bahwa filsafat merupakan ibu dari ilmu-ilmu. 

Alasannya ialah bahwa ilmu pengetahuan sering menghadapi kesulitan dalam menentukan batas-batas lingkungannya masing-masing. Misalnya, batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan antropologi. 

Ilmu-ilmu itu seringkali kesulitan menentukan batas masing-masing. Suatu induk yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat, itulah yang mengatur dan menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas antar ilmu-ilmu pengetahuan tersebut.

Simpulan ilmu pengetahuan yang mengklaim  filsafat  berguna  maka  akan disebarkan  dan digunakan  oleh  banyak orang.  Sedangkan filsafat   yang   tidak sesuai akan ditinggalkan walaupun filsafat sebagai   pemikiran   tidak akan   mampu dihilangkan   melainkan   hanya berguna pada kondisi yang tepat.

*) Mahasiswa Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال