Serangan Bangsa Mongol Ke Tanah Jawa

Berdasarkan pemeberitaan Nagarakrtagama, Raja Kartanagara merupakan Raja dari Kerajaan Singhsari yang sangat terkenal. Dalam bidang politik, ia terkenal dengan kebijakannya perluasan Cakrawala Mandala ke luar Pulau Jawa dan ia juga terkenal sebagai penganut agama Budha Tantrayana. Pada tahun 1284 Masehi, ia berhasil menahlukan Bali. Seluruh daerah-daerah Melayu di Sumatra dan Pulau Jawa, Kalimantan tunduk pada kekuasaan Raja Kertanegara. Kekuasaan Raja Kertanegara di Nusantara disebutkan dalam Prasasti yang tertera pada belakang Arca Camundi dari desa Ardimulyo (Singasari) tahun 1292 Masehi.


Sebuah prasasti pada alas Arca Amoghapasa dari Sungai Langsat tahun 1286 Masehi memberi petunjuk bahwa Melayu tunduk pada Singhasari.  Tindakan Raja Kertanegara memperluas kekuasaannya ke luar Jawa didorong oleh ancaman dari daratan China tahun 1260 Masehi yang dipimpin Kaisar Shih-Tsu Khubilai Khan yang pada tahun 1280 Masehi mendirikan Dinasti Yuan. Khubilai Khan meminta pengakuan kekuasaannya dari negara-negara yang sebelumnya mengakui kekuasaan kaisar-kaisar China dari Dinasti Sung. Kalau tidak mengirimkan umpeti maka akan ditahlukan dengan kekuatan senjata.

Utusan Khubilai Khan datang ke Jawa pada tahun 1290 dan 1291 Masehi, menuntut agar ada seorang Pangeran yang dikirim ke Cina sebagai tanda tunduk pada Kekaisaran Yuan. Ancaman dari Khubilai Khan membuat Raja Kertanegara memperluas kekuasaannya. Ia menjalin persahabatan dengan Campa. Petunjuk persahabatan Raja Kertanegara dengan Campa terdapat pada prasasti Po Sah dekat Phanrang tahun 1306 M.

Dalam bidang keagamaan, Raja Kertanegara mengimbangi Khubilai Khan dengan menganut agama Budha Tantrayana dari aliran Kalachakhra, sama dengan yang dianut Khubilai Khan dan raja-raja bangsa Mongol lainnya. Kakawin Nagarakrtagama menggambarkan Raja Kertanegara sebagai seorang raja yang tidak ada bandingnya di antara raja-raja masa lampau. Ia sempurna dalam bidang Sadguna (Ilmu ketatanegaraan), menguasai ajaran Tatwopedesa (Ilmu tentang hakikat), patuh pada hukum, bijaksana dan tekun mematuhi Pancasila, mempelajari ilmu Mantik dan tata bahasa.

Raja Kertanegara mempersiapkan diri secara fisik dan agama untuk menghadapi ancaman Khubilai Khan. Utusan Khubilai Khan yang datang pada tahun 1289 Masehi langsung diludahi mukanya dan dianiyaya oleh Raja Kertanegara. Hal tersebut membuat Khubilai Khan murka dan mengumumkan perang besar. Ia mengirim pasukan jumlah besar untuk menahklukan Jawa. Pada tahun 1292 Masehi, armada bangsa Mongol berangkat menggempur Jawa dengan dipimpin tiga orang Panglima besar yaitu Shih-pi, Ike Mese dan Kau Hsing. Akan tetapi keruntuhan Raja Kertanegara datang dari hal lain.

Runtuhnya Raja Kertanegera

Kerajaan Kediri telah ditahlukan oleh buyut Raja kertenegara yaitu Sri Rajasa namun Kediri tidak dihancurkan. Kediri berada di bawah pimpinan keturunan Raja Kertajaya dengan mengakui kepemimpinan Kerajaan Singhasari. Sejak tahun 1271 Masehi, Kediri diperintah Jayakatwang, keturunan dari Raja Kertajaya. Raja Kertanegara mengambil hubungan baik dengan Jayakatwang yaitu dengan jalan mengambil anaknya bernama Arddharaja sebagai menantunya, demikian pula saudara perempuan Raja Kertanegara yaitu Turukbali menjadi istri Jayakatwang. Akan tetapi karena hasutan patih-nya, Jayakatwang bertekad membalaskan dendam leluhurnya.

Jayakatwang memberontak terhadap Raja Kertanegara, dalam usahanya, ia mendapatkan bantuan dari Arya Wiraraja (Adipati Sumenep). Wiraraja menyerang Singhasari ketika sebagian besar tentaranya sedang berada di Melayu. Serangan Jayakatwang terjadi pada pertengahan Mei dan pertengahan Juni tahun 1216 Saka (11 September 1294 Masehi). Raja Kertenegara gugur bersama para Brahmana saat sedang melaksanakan upacara keagamaan. Dengan gugurnya Raja Kertanegara maka berakhir Kerajaan Singhasari.

Berdirinya Kerajaan Majapahit

Setelah Raja Kertanegara gugur ditangan Jayakatwang, maka Kerajaan Singhasari dikuasai Jayakatwang. Keponakan sekaligus menantu Raja Kartengera yaitu Wijaya berhasil meloloskan diri dan berupaya merebut kembali Singhasari dari Jayakatwang. Kabar dari Kakawin Nagarakrtagama menyebutkan Wijaya  menikahi empat orang putri Raja kertenegara. Pada waktu pasukan Jayakatwang menyerang Singhasari, Wijaya ditunjuk Raja Kertanegara memimpin pasukan Singhasari melawan Pasukan Kediri dari sebelah utara.

Wijaya berhasil lolos dari pertempuran melawan Kediri, ia melarikan diri ke Desa Kudadu. Di dalam prasasti Sukamrta tahun 1218 Saka (29 Oktober 1269 Masehi), disebutkan bahwa Wijaya menyebrangi lautan, hingga akhirnya tiba di Madura. Di Madura, ia diterima Aryya Wiraraja. Aryya Wiraraja mengupayakan agar Wijaya menyerahkan diri ke Jayakatwang dan mengampuninya. Jayakatwang mengampuni Wijaya dan memberikan kepercayaan pada Wijaya untuk membuka hutan Terik menjadi desa dengan dalih akan dijadikan pertahanan terdepan menghadapi musuh yang menyerang Sungai Brantas.

Daerah Terik dibuka Wijaya dengan bantuan Wiraraja dan menjadi desa Majapahit. Di Majapahit,Wijaya berupaya mendapatkan dukungan dari rakyat Tumapel dan Daha. Wijaya memperkuat diri untuk menyerang Kediri. Di Madura, Adipati Wiraraja bersiap-siap membantu ke Majapahit. Saat mereka bersiap menggempur Kediri, akhirnya armada bangsa Mogol tahun 1293 Masehi yang dikirim Kubilai Khan untuk membunuh Raja Kertenegara tiba di Jawa, mereka tidak tahu bahwa Raja Kertanegara dan Singhasari telah runtuh sebelum mereka tiba di Jawa.

Dalam sumber bangsa Mongol disebutkan armada Kubilai Khan berangkat dari Ch’uan-Chou. Dalam bulan pertama tahun 1293 Masehi mereka telah sampai di Pulau Belitung. Panglima mereka Ike Mese lebih dahulu menahlukan raja-raja kecil di Jawa dengan jalan damai. Kedua orang Panglima lain bertolak dengan induk pasukan ke Pulau Karimunjawa dan dari sana ke Tuban. Dari Tuban, mereka menyerbu Daha pusat Kediri. Panglima Shih-Pi memimpin pasukan laut pergi dengan kapal ke Sedayu dan ke Muara Kali Mas. Ike Mese dan Kau Hsing memimpin pasukan darat menyerbu ke pedalaman.

Kerjasama Wijaya dengan Bangsa Mongol

Kedatangan pasukan Mongol terdengar Wijaya sehingga ia memanfatkannya untuk menyerang Kediri. Wijaya mengirim pesan kepada Panglima mereka yang isinya tunduk pada Kaisar Khubilai Khan dan bersedia menggabungkan diri menggempur Daha. Akhirnya pasukan Khubilai Khan bersama Wijaya menyerbu Kediri. Jayakatwang memimpin pasukan berjumlah 100.000 orang. Pertempuran pertama berkobar dengan 5.000 tentara Jayakatwang gugur. Pasukan Khubilai Khan terus menyerang Kediri tanpa henti hingga akhirnya Jayakatwang menyerah dan ia ditahan bersama ratusan pejabat tinggi Kediri.

Ketika Kau Hsing tiba di Daha, ia tidak menemukan Wijaya di Daha. Shih-pi dan Ike Mese pergi ke Majapahit untuk mengambil umpeti Wijaya yang akan diserahkan kepada Kaisar. Kedua panglima itu dikawal 200 pasukan elit Kaisar. Akan tetapi dengan tipu muslihat Wijaya, ia membunuh 200 tentara Khubilai Khan di jalan. Setelah itu Wijaya memimpin pasukan dengan jumlah besar menggempur pasukan Cina di Daha dan Canggu. Lebih dari 3.000 tentara Mongol tewas diserang pasukan Wijaya. Pasukan Mongol mundur dan meninggalkan Jawa untuk selama-lamanya.

Wijaya berhasil menipu pasukan Khubilai Khan untuk menghancurkan Kediri dan setelah itu ia serang pasukan Mongol hingga mundur dari Jawa. Setelah itu Wijaya langsung menobatkan dirinya sebagai Raja Kerajaan Majapahit. Wijaya menjadi Raja Majapahit pada tahun 1215 Saka (10 November 1293 Masehi).

Sumber : Sejarah Nasional Indonesia II, Balai Pustaka.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال