Meneladani Al Biruni Sang Bapak Geodesi

Penulis: Azizah Niki Purnami*

Siapakah yang tak kenal dengan Al Biruni? Ia adalah salah satu tokoh fenomenal pada masa perabadan Islam. Sosoknya dikenal jenius dan memiliki banyak keahlian. Setiap karyanya masih digunakan hingga saat ini. 

Al Biruni dijuluki guru segala ilmu karena menguasai banyak bidang keilmuan. Sejak kecil, ia sudah rajin belajar. Ia menguasai berbagai bahasa sehingga membuatnya mampu belajar dari guru segala penjuru. 

Al Biruni merupakan ilmuwan muslim yang patut kita teladani. Dalam perjalanannya mencari ilmu, ia telah melewati ratusan kota. Ia menunjukkan arah kiblat yang benar saat ia singgah di kota yang dilaluinya. 

Abu Al Raihan Muhammad bin Ahmad Al Biruni. Nama Al Biruni adalah nama populer yang dikenal banyak orang di seluruh penjuru. Ia lahir di kota Kath yang kini dikenal dengan kota Khiva di negara Uzbekistan, pada 4 September 973 M. 

Al Biruni telah mempelajari ilmu Keislaman sejak kecil. Ia mampu berbahasa dengan baik dan menguasai bahasa selain bahasa Arab. Al Biruni mahir berbahasa Yunani, Sanskerta, Iberia, dan Suryani. 

Dengan kemampuan berbahasa yang baik, Al Biruni telah membaca banyak buku ilmu pengetahuan. Karena rasa ingin tahunya yang tinggi, ia berguru kepada siapa saja untuk memperkaya khazanah keilmuannya. 

Saat menginjak usia 20 tahun ia melakukan perjalanan dan meninggalkan kampung halamannya. Ia berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya. Dari perjalanannya tersebut ia bertemu banyak guru. 

Dalam perjalanan panjangnya ia menetap di kota Jurjan. Di sana ia berhasil membuat karya yang terkenal yaitu Al Atsar Al Baqiyah min Al Qurun Al Khaliyah. Buku ini berisi tentang sejarah bangsa-bangsa kuno. Di dalamnya juga dikaji sejarah ilmu pengetahuan, astronomi, politik, budaya, dan sistem hukum. 

Pada tahun 1030 M, sepulangnya dari India, Al Biruni telah menulis sebuah buku lagi. Buku ini terkenal sangat bagus dan menjadi rujukan dalam ilmu astronomi. Judul buku tersebut adalah Al Masudi fii Al Hawai Al Nujum. Di dalamnya membahas tentang pengetahuan teori trigonometri. Buku ini juga mengkaji ilmu astronomi, lunar, planet, dan solar. 

Orang zaman dahulu telah berusaha mengukur diameter lingkar bumi. Mereka mengamati matahari dari dua lokasi. Cara ini membuat hitungan pada diameter lingkar bumi meleset jauh. 

Al Biruni menemukan cara mudah untuk menghitung diameter lingkar bumi. Ia menghitung sudut antara satu tempat di dataran rendah dengan puncak gunung. Cara ini cukup dilakukan satu orang dari satu tempat dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. 

Setelah keberhasilannya menemukan cara untuk mengukur diameter lingkar bumi, ia menulis buku lain. Buku ini berjudul Thadid Nihayat Al Amakin Li Tashih Masafat Al Masakin. Dalam buku ini ia menjelaskan tentang koordinat tempat dan manfaatnya untuk mengoreksi hitungan jarak antar kota. 

Buku ini juga cukup fenomenal dan menakjubkan. Di dalamnya memuat peta dunia. Ia menjelaskan bukti-bukti bahwa di bumi ini terdapat lautan yang luas di timur dan barat. Pada peta tersebut digambarkan bahwa daratan dikelilingi lautan yang luas. 

Al Biruni dijuluki sebagai “Bapak Geodesi”. Ia dijuluki demikian karena keilmuannya terhadap pemetaan bumi sangatlah luas. Ia rajin meneliti dan menghabiskan hidupnya untuk menuntut ilmu, berpetualang, dan membagikan ilmu kepada muridnya. 

Setiap meneliti hal baru, Al-Biruni selalu menuliskannya sehingga menjadi buku. Ia sudah menulis ratusan buku ilmiah semasa hidupnya. Ia menulis 35 buku astronomi, 10 buku geodesi, 9 buku geografi, dan 4 buku astrolab. 

Bahkan Al Biruni menuliskan 15 buku matematika dan 2 buku mekanika. Ia juga telah menuliskan 2 buku farmasi, 2 buku mineralogi, dan 1 buku metereologi. Beberapa buku filsafat dan sejarah juga telah ditulisnya. 

Ia adalah seorang ilmuwan islam dengan banyak karya dan pemikiran menakjubkan. Karya-karyanya telah membantu peneliti lain untuk memperdalam ilmu kebumian. Ia tidak pernah mengenal kata lelah dalam belajar. Bahkan, di penghujung hayatnya ia masih mendalami ilmu farmasi. Ia menulis buku Al-Saydanah fi Al-Thib. Al-Biruni wafat di usia 75 tahun pada 13 Desember 1048 M di kota Ghazna.

*) Alumni Pascasarjana IAIN Surakarta (saat ini menjadi UIN Raden Mas Said) jurusan Pendidikan Agama Islam. Aktif menjadi penulis dan editor buku teks dan nonteks di salah satu perusahaan penerbitan Indonesia.


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال