Melawan Orientalisme dan Menolak Kemunduran Peradaban Islam


Penulis: Afidatul Khusna*

Barat sebagai pengkaji Timur secara istilah dikenal dengan orientalisme, para pemikir Arab Islam mengkritik orientalisme yang sebuah hasil pemikiran Barat. Adanya berbagai variasi bentuk kritik Barat terhadap muslim, seperti; bentuk simpati, kritikan membangun dalam artian solusi yang diberikan Barat pada Timur dengan memberikan argumen yan bersifat ilmiah.

Tidak hanya itu, adapula bentuk kritikan emosional yan membawa sedikit kebencian kepada bangsa Timur, yang disebabkan kegelisahan dan iri. Kegelisahan yang timbul akibat peradaban Timur pada masa itu berkembang pesat khususnya pada bidang keilmuan. Produk orientalisme banyak memengaruhi pemikiran dan budaya Timur yang malah menyebabkan kemunduran pada bangsa Timur.

Mulai muncul dan terkuak lebar kritik ‘pembalasan’ atau dapat dikatakan ‘pembenaran’ atas orientalisme yang melenceng dari fakta yang ada. Dalam bukunya Edward Said seorang pemikir muslim berasal dari Palestina yang memuat kritikannya terhadap orientalis dalam bukunya yang berjudul orientalisme. 

Karya Said sampai menggemparkan dunia keilmuan pada saat itu, serta mendapat pujian dari pelbagai pihak sebagai tonggak baru pemahaman Barat terhadap Timur khususnya terhadap Islam. Said tidak hanya menyeruak selubung-selubung ideologi negatif yang selama ini menghinggapi Barat dalam melihat Timur.

Disebutkan oleh Hanafi bahwasannya karya Said telah membuka kesadaran baru mengenai perlunya menjadikan Barat sebagai kajian diskusi para intelektual muslim yang disebut dengan oksidentalisme. 

Kiri Islam (KI) yang dicentuskan Hanafi sebagai sebutan para revolusioner muslim, disebabkan oleh berbagai hal yang bertujuan untuk memajukan peradaban Timur. 

Dalam gagasannya Hanafi fokus pada perubahan sikap kita terhadap tradisi lama, yang ingin merevitalisasi khazanah intelektual klasik dengan merekontruksi teologis untuk transformasi sosial. Lalu sikap terhadap tradisi Barat.

Sikap kedua ini yang memunculkan banyak kritikan terhadap Barat, dalam artian perlu adanya kajian ulang terhadap peradaban Barat. Terakhir, sikap terhadap realitas, yang mencoba mengembangkan teori serta intepretasianya pada kehidupan.

Ketiga agenda ini juga mewakili tiga dimensi waktu. Agenda pertama mewakili masa lalu yang mengikat kita, agenda kedua mewakili masa depan yang kita harapkan dan agenda ketiga mewakili masa kini dimana kita hidup.

Jika dihadapkan oleh realitas saat ini yang sudah sangat berbeda jauh dengan masa awal munculnya oksidentalisme, apakah pemikiran Hasan Hanafi mengenai oksidentalisme masih efektif untuk diterapkan?

Yang telah diupayakan Hanafi dengan oksidentalismenya yaitu untuk mengakhiri mitos Barat sebagai representasi dan pemegang supremasi dunia. Saat ini dapat dikatakan muslim dalam upayanya membatasi diri dalam menerima dobrakan kemajuan Barat. 

Jadi dapat dikatakan dobrakan pemikiran Barat masih sangat berpengaruh kepada bangsa Timur dan lebih banyak pula serangan-serangan budaya yang diluncurkan.

Yang sangat terlihat ialah pada perkembangan fashion, teknologi dan bernegara. Dalam dunia fashion para pemikir muslim tidak berhenti menginterpretasikan syariat berpakaian dengan mode pakaian terbaru. Sebagaimana mengolah mode berpakaian yang tetap fashionable, namun tidak tertinggal zaman atau sekarang dikenal dengan tren. 

Teknologi merupakan salah satu faktor tebesar mengapa muslim harus terus menerapkan gagasan oksidentalisme. Sebab jika menolak secara mentah-mentah teknologi masa kini, akan semakin mendorong mundur peradaban Timur khususnya Islam. Sebab adanya batasan dalam penyebarannya.

Perlu diketahui bahwasannya oksidentalisme Hanafi merupakan bentuk hubungan dialektis yang saling mengisi dan melakukan kritik antara yang satu terhadap yang lain sehingga terhindar dari relasi hegemonik dan dominatif dari dunia Barat atas dunia Timur. 

Karenanya, upaya-upaya perbaikan yang dilakukan Hanafi tidak dilaksanakan dengan cara-cara yang mendompleng kepada sikap-sikap yang menindas sebagaimana yang dilakukan oleh oksidentalisme selama ini. Namun pada transformasi cara bersikap pada Barat.

Sederhananya tujuan oksidentalisme Hanafi ialah bentuk pembebasan diri dari pengaruh dari budaya lain yang berbeda dengan budaya Timur. 

Sebagai pengguna teknologi masa kini yang kian maju dan berkembang pesat dibandingan masa lalu, perlulah kita memanfaatkan teknologi tersebut untuk mempelajari dan memahami Barat. Namun, perlu ditekankan bahwasannya kita harus berpegang teguh terhadap sikap-sikap yang diajarkan oleh Hanafi. 

Memperteguh sikap dalam diri kita membuat kita lebih antisipasi dalam menerima informasi, dengan meneliti informasi, budaya, doktrin yang kita dapatkan dari Barat merupakan hal yang bijak untuk kita pilih atau kita ikuti atau tidak, apakah informasi yang diberikan merupakan fakta atau fiktif belaka.

Peradaban Islam saat ini terkepung oleh ancaman-ancaman yang datang dari internal dan eksternal, ancaman eksternal sama seperti yang saya jelaskan diatas mengenai budaya, teknologi, hingga doktrin Barat yang dapat memengaruhi. 

Sedangkan ancaman internal berasal dari ketertinggalan, kemiskinan dan ketertindasan yang disebabkan pemahaman turats yang masih kolot. Turats merupakan tradisi atau budaya yang diciptakan manusia yang dipengaruhi ruang dan waktu, dalam artian dapat berubah dan diubah sesuai kebutuhan.

Ancaman internal ini dapat dicegah dengan pembacaan ulang, reformasi terhadap turats tanpa melenceng dari ajaran Alqur’an. Pembangunan terhadap turats ini memiliki tujuan agar penerapan ajaran Islam dapat diterima dan diinterpretasikan dalam kehidupan di masa kini tanpa menyebabkan kemunduran peradaban Islam terhadap majunya bangsa Barat.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال