Sejarah Lahirnya Surat Al-Kafirun


Penulis: Muhammad Luqman Hakim Al Qindi*

Surat Al-Kafirun merupakan surah ke-109 dalam Alqur’an yang memiliki 6 ayat. Surah ini merupakan wahyu ke-18 yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Secara bahasa, Al-Kafirun memiliki makna ‘orang-orang kafir’. 

Surah ini tergolong surah Makkiyah karena diturunkan ketika Rasulullah SAW masih berada di Makkah. Di balik sedikitnya ayat dalam surah ini, terdapat banyak pelajaran dan makna tersirat yang harus diketahui, terutama dalam segi asbab al nuzul.

Ada beberapa julukan yang diberikan pada surat Al-Kafirun, diantaranya adalah surat Al-'Ibadah karena menegaskan bahwa ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah. 

Selain itu, julukan lainnya adalah surat Ad-din karena ayat terakhirnya menegaskan bahwa agama yang diterima oleh Allah hanya Islam. 

Nama lain yang dikenal adalah surat al-munabazah dan surat Al-Muqasyqasyah karena isinya dapat menyembuhkan dan mengurangi penyakit kemusyrikan.

Ketika dilihat dari segi asbab al nuzul, surat Al-Kafirun adalah penjelasan mengenai latar belakang turunnya surah tersebut. Surah ini termasuk dalam kitab suci Alquran yang membahas tentang penolakan orang kafir terhadap ajaran Islam dan kepercayaan yang teguh dari umat Muslim dalam agama mereka. 

Surah ini menyajikan pelajaran tentang pentingnya memegang teguh keyakinan dalam agama Islam walaupun mengalami penolakan atau permusuhan dari orang lain.

Pada waktu sebelum turunnya surat Al-Kafirun, kaum kafir Quraisy memperlihatkan usaha untuk membatalkan penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. 

Mereka juga menawarkan kesepakatan dengan cara mengajak Nabi Muhammad SAW untuk menyesuaikan diri dengan keyakinan mereka, sehingga mereka bersedia memeluk agama Islam dan menyembah Tuhan sesuai dengan cara mereka sendiri.

Sejarah lahirnya surah ini diawali dengan pemberian Allah SWT yakni surat Al-Kafirun, sebagai tanggapan atas tawaran kesepakatan dari kaum musyrik Quraisy untuk bergantian menyembah dewa-dewa mereka dengan Allah selama satu tahun. 

Tawaran ini ditolak oleh Nabi Muhammad SAW dan dijelaskan oleh ayat-ayat tersebut bahwa ada perbedaan yang tidak dapat disepakati antara tauhid dan kemusyrikan.

Dalam surah ini, ayat pertama yang berbunyi, "Katakanlah: Hai orang-orang kafir," secara khusus merupakan instruksi Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW agar menyampaikan ayat-ayat tersebut kepada komunitas musyrik Quraisy. 

Dari ayat ini, terlihat bahwa Nabi Muhammad SAW harus terus menguatkan pesan Islam serta menekankan bahwa tidak ada kaitan antara Islam dan praktek kemusyrikan.

Ayat lanjutan memberikan konfirmasi bahwa orang-orang yang tidak beriman tidak akan menerima ajaran Islam dan Islam tidak akan merujuk pada kepercayaan mereka. Ayat kedua hingga ketiga menunjukkan bahwa orang-orang Quraisy tidak akan menyembah Allah SWT.

Ayat keempat hingga kelima menyatakan bahwa orang Muslim tidak akan menyembah dewa orang-orang itu. Ayat terakhir menguatkan bahwa setiap orang memiliki keyakinan sendiri dan bahwa orang-orang yang tak beriman tidak akan diterima dari orang-orang yang beriman.

Ayat 1-6 surat Al-Kafirun dalam asbab al nuzul nya dipahami sebagai jawaban Allah SWT terhadap perjanjian yang diajukan oleh orang-orang musyrik Quraisy untuk mengakhiri perselisihan dengan umat Islam. 

Isi ayat-ayat tersebut menekankan bahwa Islam tidak pernah akan mengakui kepercayaan lain di samping tauhid dan tidak ada ruang untuk kesepakatan antara tauhid dan penyembahan berhala.

Di samping asbab al nuzul yang sudah dijelaskan di atas, terdapat beberapa riwayat lain tentang asbab al nuzl surat Al-Kafirun. Dalam artikel ini akan dibahas tiga riwayat lain tersebut, yakni riwayat At-Tabrani, Ibnu Hatim dan ‘Abdu ar-Razaq.

Menurut penjelasan Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh At-Tabrani dalam asbabun nuzul surat Al-akafirun, mereka berusaha sungguh-sungguh untuk menghentikan penyebaran ajaran Nabi Muhammad SAW dengan berbagai cara, termasuk dengan menawarkan kekayaan padanya. 

Mereka menyatakan bahwa mereka siap memberikan segalanya pada Nabi Muhammad SAW dengan satu syarat, yakni Nabi Muhammad SAW tidak boleh mencela Tuhan mereka. Namun, Nabi Muhammad SAW memberikan respons bahwa ia masih menanti wahyu dari Allah.

Menurut riwayat Ibnu Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas menceritakan bahwa orang kafir mengajak Nabi Muhammad SAW untuk bergabung dengan mereka dalam segala hal. Mereka juga menyampaikan bahwa saat ini Nabi Muhammad SAW beribadah kepada Tuhan yang sama dengan mereka, namun besok mereka akan beribadah kepada Tuhan yang berbeda dan bergantian dengan Nabi Muhammad SAW.

Dalam riwayat ‘Abdu ar-Razaq, ceritanya hampir sama dengan sebelumnya, yaitu ketika orang kafir berusaha mempengaruhi Nabi Muhammad SAW agar menyembah Tuhan mereka dengan cara yang beragam. 

Sebagai contohnya, saat ditanya apakah Nabi Muhammad SAW mau menyembah Tuhan mereka selama satu tahun, mereka akan sama-sama menyembah Tuhan yang Nabi Muhammad SAW sembah selama kurun waktu yang sama. Namun, Nabi Muhammad SAW tidak memberikan jawaban langsung pada saat itu.

Demikian sejarah lahirnya surat Al-Kafirun. Di samping banyaknya riwayat tentang asbab al nuzul surat Al-Kafirun, setidaknya pembaca dapat mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW sangat berpegang teguh kepada ajaran Islam dan tidak mudah terpengaruh oleh keadaan untuk meninggalkan ajaran Islam. 

Di kehidupan zaman sekarang, perilaku Nabi tersebut harus dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan 


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال