Meneladani Karakter Pemimpin Nabi Muhammad SAW

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)


KULIAHALISLAM.COM - Kepemimpinan dalam Islam pada dasarnya aktivitas menuntun, memotivasi, membimbing, dan mengarahkan agar manusia beriman kepada Allah swt., dengan tidak hanya mengerjakan perbuatan atau bertingkah laku yang diridhai Allah swt.

Kepemimpinan Islam tercermin sebagaimana ajaran Islam dapat memberi corak dan arah kepada pemimpin itu, dengan kepemimpinannya dapat mengubah sikap mental yang selama ini hinggap menghambat dan mengidap pada sekelompok orang atau masyarakat.

Salah satu tugas pemimpin Islam adalah menasihati kelompok dan mengarahkan apabila memang diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran bersama. Agar efektif, maka pemimpin harus melatih pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang ada di bawah pimpinannya, sehingga mereka dapat menolong diri sendiri, masyarakatnya, dan dalam jangka panjang akan melahirkan manfaat bagi seluruh masyarakat. Kepemimpinan merupakan faktor penentu bagi efektif dan efisiennya suatu organisasi. Sehingga, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya. Sebab, pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, dapat mempengaruhi secara konstruktif orang lain dan menunjukkan jalan yang benar yang harus dikerjakan bersama.

Keteladanan sifat-sifat utama yang harus kita teladani adalah empat sifat nabi Muhammad saw. yang sangat mulia, yang harus ditiru dalam kepemimpinan baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain. Sifat kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan. Beliau selalu memperlakukan lawannya dengan tingkah laku yang baik. Berbagai cara yang dilakukan oleh musuh-musuh beliau untuk menghentikan perjuangannya, tidak pernah berhasil. Rasulullah tetap tabah, sabar, dan sungguh-sungguh.

Rasulullah saw. dikenal istiqamah atau konsisten dan berpegang pada keputusan yang telah disepakati. Mengetahui kekuatan dan kelemahan, teguh memegang prinsip, dan belajar dari pengalaman, bagaimana belajar dari dan bekerja dengan orang lain. Rasulullah saw menjadi panutan dalam melaksanakan nasihat dan saran-sarannya, sehingga menjadikan pribadi Rasulullah saw. sebagai pribadi yang mulia. Beliau adalah orang yang sangat dermawan kepada siapa pun yang datang dan meminta pertolongan.

Perjuangan Nabi Muhammad Saw di Makkah

Secara fakta historis tentang usaha-usaha Nabi dalam membentuk masyarakat islami di Mekkah, Rasulullah menggunakan proses evolusi sosio kultural. Nabi tidak langsung mengubah Mekkah secara cepat, tetapi secara bertahap-tahap yang membutuhkan waktu yang lama yaitu 13 tahun pada periode Mekkah, tahap kedua mengubah paradigma berpikir, dan selanjutnya merubah pola gerakan yaitu setelah mempunyai kekuatan di Negeri Yastrib (Madinah) selama 10 tahun.

Setelah berhijrah ke madinah, pembinaan kekuatan begitu efektif mengubah segalanya. Semua potensi kekuatan penduduk madinah oleh nabi di persatukan dalam satu kesepakatan yang sering disebut Piagam Madinah. Dari sekedar pemimpin agama ketika masih di Mekkah, setelah di kota Madinah Nabi sekaligus tampil menjadi pemimpin negara. Konsolidasi membuahkan sukses besar. Peperangan antara Nabi dan para penentangnya di Mekkah selalu membuah kan hasil gemilang. Puncaknya adalah dengan berhasil direbutnya Mekkah oleh Nabi dalam peristiwa yang disebut “Fathu Mekkah”.

Pada peristiwa, yang boleh para penulis Barat sering disebut “Revolusi Mekkah” ini, semua penentang Nabi diberi amnesti (pengampunan) sehingga terjadilah konversi besar-besaran para penduduk Mekkah ke dalam Islam tanpa sedikit pun terjadi insiden.

Penting untuk melihat tatanan sosial politik yang dibangun Nabi Muhammad di Madinah pada saat awal Islam menjadi penentu peradabannya. Pembentukan masyarakat Madinah pada waktu itu dalam terminologi politik saat ini, menurut para ahli politik, dapat dikategorikan sebagai sebuah negara.

Robert N Bellah dalam karyanya yang berjudul Beyond Belief menyatakan, Muhammad tidak memulai dakwahnya dalam sebuah kerajaan dunia yang besar dan terorganisasikan dengan baik, melainkan hanya dalam sebuah masyarakat kesukuan yang belum mencapai struktur politik yang dapat disebut Negara. Ia tidak terlalu harus banyak menjalin hubungan dengan tatanan politik yang ada untuk menciptakan hubungan yang baru. Lebih jauh, dalam sebuah masyarakat dimana hampir setiap hubungan penting dinyatakan dalam kerangka keluarga, Muhammad harus mengembangkan sebuah organisasi politik yang dapat mengatasi ikatan-ikatan keluarga.

Lebih lanjut, Bellah menegaskan, tidak diragukan lagi bahwa di bawah kepemimpinan Muhammad, masyarakat Arab telah membuat suatu langkah maju yang mencolok dalam hal kompleksitas sosial dan kapasitas politiknya. Ketika struktur yang terbentuk pada masa Nabi itu diperintah oleh para khalifah awal untuk memberikan landasan organisasional bagi sebuah imperium dunia, maka yang diperoleh adalah suatu hal yang benar-benar modern untuk tempat dan masa itu. Masyarakat Islam awal dapat disebut modern dalam hal tingginya tingkat komitmen, keterlibatan, dan partisipasi yang di harapkan dari segenap lapisan masyarakat. Masyarakat Islam awal juga modern dalam hal keterbukaan posisi pimpinannya untuk dapat dinilai kemampuannya berdasarkan landasan-landasan yang universalistik. Adapun hal itu disimbolkan oleh upaya untuk melembagakan jabatan pucuk pimpinan yang tidak berdasarkan garis keturunan.

Sementara itu, Philip K Hitti dalam bahasa yang berbeda mengatakan, dari komunitas keagamaan di Madinah inilah kemudian lahir sebuah negara Islam yang lebih besar. Masyarakat baru yang terdiri atas orang-orang Muhajirin dan Anshar itu dibangun atas dasar agama, bukan hubungan darah. Allah menjadi perwujudan supremasi negara.

Nabinya, ketika masih hidup, adalah wakil-Nya dan penguasa tertinggi di dunia. Dengan demikian, Muhammad di samping menjalankan fungsi keagamaan, juga memegang otoritas duniawi seperti yang dimiliki oleh kepala negara dewasa ini. Semua yang hidup dalam komunitas itu, tanpa melihat afiliasi kesukuan dan loyalitas lama, kini menjadi saudara.

Harun Nasution mengatakan, di Madinah Nabi Muhammad bukan lagi hanya mempunyai sifat Rasul Allah, melainkan juga mempunyai sifat kepala negara. Dalam istilah lain, Nabi Muhammad adalah pemegang kekuasaan spiritual (keagamaan) sekaligus kekuasaan temporal (keduniaan).

Seluruh Jazirah Arab berhasil masuk ke dalam pangkuan Islam pada waktu Nabi Muhammad saw masih hidup dan memimpin kaum Muslimin yang berbasis di Madinah. Sepeninggalnya, satu demi satu wilayah di luar Jazirah Arab seperti Mesir, Syam (sebutan bagi Suriah ketika itu), Irak, Persia, dan Palestina, yang menjadi bagian dari Persia dan Byzantium, tunduk ke dalam pangkuannya. Para pemimpin penerus Nabi bernama Khulafaur Rasyidin kian membuat wilayah Islam bertambah meluas. Bahkan, penguasa setelah mereka berhasil menambah perluasan wilayah itu sampai ke Afrika Utara dan daratan Eropa.

Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya dalam membangun masyarakatnya mengundang kekaguman banyak orang, terutama para penulis sejarah, baik dari Timur maupun Barat. Bahkan, seorang penulis Barat bernama Michael. H. Hart pernah mencengangkan dunia setelah menerbitkan bukunya yang berjudul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah di New York, Amerika Serikat.

Dikatakan mencengangkan karena secara tidak terduga, nama yang ditempatkan sebagai tokoh peringkat pertama sebagai orang yang paling berpengaruh dalam sejarah adalah Nabi Muhammad. Mengapa Nabi Muhammad? Hart beragumen, “Karena saya percaya Muhammad punya pengaruh pribadi lebih besar dalam hal pembinaan agama Islam daripada Nabi Isa terhadap agama Kristen.” Lebih jauh, ia menulis, “dialah Nabi Muhammad satunya manusia dalam sejarah yang meraih sukses-sukses luar biasa, baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.”

Kekaguman berikutnya muncul dari penulis lain bernama Ira. M. Lapidus. Dalam karyanya berjudul A History of Islamic Societies, ia mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang laki-laki yang berbakat dalam bidang keagamaan. Lapidus melanjutkan, sesuatu yang membuat Muhammad sebagai seorang figur yang luar biasa dalam sejarah, sesuatu yang menjadikannya seorang nabi, adalah kemampuannya dalam menyampaikan visinya kepada orang-orang di sekitarnya sehingga konsep-konsep yang telah lama dikenal orang berkekuatan untuk mengubah kehidupan orang lain, sebagaimana konsep-konsep tersebut telah mengubah dirinya sendiri.

Marshall. GS. Hodgson dalam karyanya, The Venture of Islam, juga menyatakan, “Muhammad telah menciptakan pemerintahan lokal yang baru yang didirikan atas dasar pandangan kenabiannya. Namun, segera setelah itu, pemerintahan tersebut mencapai dimensi internasional yang berjangkauan jauh. Dengan cepat ia telah menjadi kekuatan yang bersaing di Arab bukan hanya dengan kaum Quraisy, melainkan juga dengan Kekaisaran Byzantium dan Kekaisaran Sassaniyah. Peperangan-peperangan telah menciptakan Kekaisaran Arab. Ini merupakan prestasi-prestasi yang hebat sekali.”

Lain kali dengan Karen Armstrong, seorang penulis sejarah Islam kontemporer dan mantan seorang biarawati. Dalam salah satu bukunya, ia pernah menulis, “Muhammad adalah seorang manusia yang kompleks, penuh kasih, yang kadang-kadang melakukan hal-hal yang sulit kita terima, tetapi memiliki tatanan yang jenius dan besar, serta telah menemukan sebuah agama dan tradisi budaya yang tidak didasarkan pada pedang". Dan nama “Islam”-nya berarti kedamaian dan rekonsiliasi.

Dalam hal ini Yusuf Qardhawi mengatakan, “Madinah merupakan basis negara Islam yang baru, yang di kepalai oleh Rasulullah, maka beliau menjadi komandan dan pemimpin bagi mereka sebagaimana sebagaimana Nabi dan Rasul Allah kepada mereka.”

At-Tabary dalam tafsirnya mengemukakan bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya saja kata imam digunakan untuk keteladanan.

Karena ia diperoleh dari kata yang mengandung arti depan, berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata belakang. Kita dapat berkata bahwa Al-Qur’an menggunakan kedua istilah ini. Untuk menggambarkan ciri seorang pemimpin, sekali di depan menjadi panutan atau Ing ngarso sun tulodo dan dalam arti lain di belakang untuk mendorong sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh yang dipimpinnya, atau tut wuri handayani.

Kepemimpinan pada Zaman Rasulullah SAW

Seorang pemimpin dinilai bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam kepemimpinannya. Pemimpin adalah seseorang yang diberi kedudukan tertentu dan bertindak sesuai dengan kedudukannya tersebut. Pemimpin juga adalah seorang ahli dalam organisasi/masyarakat yang diharapkan menggunakan pengaruhnya dalam menjalankan misinya. Seorang pemimpin itu bertugas untuk memimpin bukan untuk menggunakan kedudukan kepemimpinannya, Itulah seseorang pemimpin. Jika melihat kebelakang kita melihat sesosok manusia atau sesosok pemimpin yang merupakan contoh terbaik dalam menghayati nilai-nilai kepemimpinan, yang tidak lain yaitu Nabi Muhammad saw. Yang mana sejarah mengajarkan bahwa model kepemimpinan Rasulullah benar-benar telah mampu mengubah raut sejarah dari yang semula primitif menjadi beradab dalam waktu yang relatif cukup singkat. Nabi Muhammad telah mencontohkan bagaimana kepemimpinannya dapat berhasil, beliau sebagai sosok ideal dapat dijadikan role model dalam berbagai hal. Pengengkatan beliau sebagai Rasul adalah untuk memimpin manusia dan alam serta dijadikan teladan (Sakdiah, 2016).

Firman Allah dalam QS. Al-Ahzab; ayat 21 bahwa dalam diri Nabi terdapat keteladanan yang dapat dicontoh oleh orang-orang di zamannya ataupun setelahnya. Namun khilafah setelah beliau memiliki karakter masing-masing dan diantaranya belum melaksanakan kepemimpinan dengan sempurna, misal khalifah Usman bin Affan yang meninggal karena difitnah masyarakat akibat ketidakcakapannya dalam memimpin (Murrad, 2009). Karenanya, untuk melihat kembali bagaimana kepemimpinan Nabi Muhammad dilaksanakan, banyak rujukan yang dapat dijadikan pedoman bagi umat muslim.

Al-Quran, hadis, karya-karya para ulama, sejarah Islam, merupakan beberapa sumber yang dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui kehidupan dan biografi Rasulullah Saw. 

Kepemimpinan Nabi Muhammad sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan rujukan keteladanan kepemimpinan khususnya kepemimpinan dalam pendidikan dan dalam rangka menciptakan pemimpin masa depan yang baik dan bermoral melalui keteladanan Rasulullah Saw. dalam kehidupannya.

Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin spiritual yang berjaya, sebaliknya merupakan ketua negara dan pentadbir yang berjaya. Manakala dalam konteks pembawa perubahan baginda telah Berjaya menghasilkan revolusi yang signifikan dalam cara hidup dan pemikiran masyarakat Arab. Sifat kepemimpinan pendidikan Nabi Muhammad Saw. diantaranya: disiplin wahyu, mulai dari diri sendiri, memberikan keteladanan, komunikasi yang efektif, dekat dengan umatnya, selalu bermusyawarah, memberikan pujian (Fauzi, 2016).

Secara umum, Nabi Muhammad Saw. adalah gudangnya sifat-sifat kesempurnaan yang sulit dicari bandingannya. Sifat tersebut dapat menjadi figur untuk umat Islam. Dalam hal ini, peneliti mengelompokkan sifat nabi menjadi sifat personal (pribadi) dan publik (umum).

Sifat Personal Nabi Muhammad Saw

a. Jujur

Perkataan yang sesuai dengan perbuatan dapat menimbulkan penghormatan dan kepercayaan oleh orang lain. Hal ini disebutkan bahwa Nabi menghimpun kebaikan dalam dirinya yaitu: Rasulullah memiliki sifat yang menonjol karena perkataan yang lemah lembut, akhlak yang utama, sifat mulia, berkepribadian baik, paling terhormat dalam pergaulan dengan tetangga, paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya hingga dijuluki Al-Amin (Al-Mubarakfuri, 2007). Gelar Al-Amin menjadikannya dapat dipercaya oleh kalangan Quraish.

b. Amanah

Amanah dapat diartikan benar-benar menyampaikan sesuatu yang dia tugaskan untuk menyampaikannya. Diantara bukti Nabi Muhammad bersifat amanah adalah menyebarluaskan risalah yang dipercayakan kepada beliau oleh Allah Swt.

c. Tabligh

Nabi Muhammad Saw. Seorang penyampai risalah Tuhan. Rasulullah menyampaikan pesan kepada umatnya dengan diawali adanya perintah dari Allah Swt. Beliau tidak berbicara kecuali sesuai wahyu dari Allah. Perintah berdakwah dating dari wahyu Allah. Dakwah sembunyi-sembunyi dilakukan selama tiga tahun dilanjutkan dengan dakwah terang-terangan. Wahyu yang diturunkan melalui malaikat Jibril yang kemudian disampaikan kepada umat.

d. Fathonah

Nabi Muhammad yang mendapat karunia dari Allah dengan memiliki kecakapan luar biasa dan kepemimpinan yang agung. Kesuksesan Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin umat telah dibekali kecerdasan oleh Allah Swt. Kecerdasan itu tidak saja diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah Swt.

e. Kharismatik

Kepemimpinan Rasulullah merupakan kepemimpinan yang digandrungi oleh setiap hati. Sosoknya bertubuh ideal, berjiwa sempurna, berakhlak luhur, dan sifat yang terhormat. Kesempurnaannya yang tidak dimiliki siapapun bahkan diakui oleh musuh-musuhnya. Hal tersebut menyebabkan hati tertawan dan rela untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Kedudukan Rasulullah ibarat ruh dan jiwa. Keterpikatan hati umat terhadap beliau laksana tarikan magnet terhadap besi (Al-Mubarakfuri, 2007).

f. Keyakinan Diri yang Kuat

Nabi Muhammad berasal dari bangsa Arab. Orang Arab dikenal sebagai orang yang memiliki tekad yang tak pernah pudar.

g. Komitmen Tinggi

Komitmen yang tinggi memberikan pengaruh yang kuat dalam kepemimpinan. Nabi memberikan teladan bahwa beliau selalu bangkit dalam keadaan apapun, bangkit untuk berdakwah kepada Allah, memanggul beban yang berat di pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban dan amanat, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan (Al-Mubarakfuri, 2007).

h. Tekun, Pekerja Keras dan Militan

Dalam diri nabi memiliki jiwa pekerja keras, terbukti ketika awal masa remaja, beliau bekerja menggembalakan kambing di kalangan Bani Sa’ad bin Bakar dan di Mekkah dengan imbalan uang beberapa dinar. Dan ketika berusia dua puluh lima tahun, beliau berdagang ke Negeri Syam dengan modal dari Khadijah, Nabi berdagang dengan jujur dan amanah sehingga dipercaya oleh Khadijah.

Kesimpulan

Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.

Kepemimpinan Nabi Muhammad sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan rujukan keteladanan kepemimpinan khususnya kepemimpinan dalam pendidikan dan dalam rangka menciptakan pemimpin masa depan yang baik dan bermoral melalui keteladanan Rasulullah Saw. Hal ini disebutkan bahwa Nabi menghimpun kebaikan dalam dirinya yaitu: Rasulullah memiliki sifat yang menonjol karena perkataan yang lemah lembut, akhlak yang utama, sifat mulia, berkepribadian baik, paling terhormat dalam pergaulan dengan tetangga, paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya hingga dijuluki Al-Amin.

Sisi positifnya adalah pada saat sekarang ini informasi dan pengetahuan mudah diperoleh meskipun juga mengalami masa yang cepat, sedangkan sisi yang lain bahwa permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari semakin kompleks dan sekaligus tidak pasti . Ini ditegaskan oleh Allah dalam Firman-Nya (Al-Ahzab 33: 21) yang Artinya: “sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

Referensi:

KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM (KAJIAN HISTORIS FILOSOFIS) SIFAT-SIFAT RASULULLAH. Oleh: Sakdiah. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry. Jurnal Al-Bayan / VOL. 22 NO. 33 JANUARI-JUNI 2016.

MEMAHAMI PERAN PEMIMPIN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN. Muhammad Mashuri, Sukarna, Fatimatuzzahroh, Diding Ahmad Kodir, Saepudin. Universitas Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon, Indonesia. Jurnal Syntax Admiration. Volume 4, No. 1 Januari 2023.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال