Gaya Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Gaya kepemimpinan adalah perilaku seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Karena seorang pemimpin selalu menghadapi orang dan tugas, maka dua hal tersebut merupakan orientasi yang menjadi tantangan dan seni memimpin yang selalu dihadapi oleh pemimpin. Jadi orientasi orang dan tugas ini merupakan kombinasi yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin. Orang merupakan sumberdaya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas. Bagaimana keduanya agar berjalan simultan sangat diperlukan jiwa seni kepemimpinan.

Seorang pemimpin yang hanya memperhatikan orang atau berorientasi kepada kepentingan seseorang saja akan menghasilkan produk yang tidak memadai, pertimbangan kemanusiaan lebih dipentingkan, motivasi akan selalu dilakukan untuk mendorong karyawan atau bawahan dapat menyelesaikan pekerjaannya, partisipasi anggota organisasi atau masyarakat ditampung sedemikian rupa dan kepemimpinan berorientasi orang ini sangat cocok untuk gaya kepemimpinan yang demokratis, namun akan menghasilkan produksi yang lamban.

Sebaliknya pemimpin yang berorientasi hanya kepada tugas menghasilkan produk yang tinggi dan cocok untuk orang yang bergaya kepemimpinan yang bersifat otoriter. Kepemimpinan otoriter sangat tidak tepat untuk diterapkan di era demokrasi dan globalisasi seperti sekarang ini di mana kemajuan dunia sudah sangat bersaing dari sektor apapun dan kepemimpinan yang berorientasi tugas ini akan tersingkir.

Pimpinan yang berorientasi tugas selalu mengawasi bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya secara ketat agar dapat menyelesaikan produk dengan cepat. Oleh karena itu pemimpin yang efektif harus bisa menerapkan keseimbangan antara orientasi tugas dan orientasi orang dalam arti keseimbangan yang proporsional yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu.
Menurut Likert (Blake and S. Mouton, 1978: 302) pemimpin atau pengawas yang berorientasi pada orang atau karyawan mempunyai semangat kerja yang lebih tinggi dan produktifitas yang lebih besar dari pada pemimpin atau pengawas yang berorientasi tugas. Mungkin saat mempraktikkan atau meneliti hal ini bertepatan dengan situasi dan kondisi yang demokratis. Orang lebih senang diperhatikan, dimotivasi dan dihargai pendapatnya. Namun secara umum perilaku dan gaya kepemimpinan harus mengacu kepada kesadaran bahwa saling ketergantungan antara pemimpin dan anggotanya harus ditanamkan (KEPEMIMPINAN ISLAM DAN KONVENSIONAL (Sebagai Studi Perbandingan). Siti Aminah Caniago*. Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan. RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010. Hlm 245-246).

Syarat Kepemimpinan Islami

Kitab suci umat Islam yaitu Alqur’an banyak membahas masalah kehidupan. Salah satu pembahasan yang ada dalam Alquran adalah tentang kepemimpinan. Di dalam Al Qur’an kepemimpinan diungkapkan dengan berbagai macam istilah antara lain Khalifah, Ulil Amri, Auliya/Wali dan masih banyak lagi yang lainnya Khalifah (Q.S Al-Baqarah: 30), Ulil Amri (Q.S An-Nisa: 59), dan Auliya/Wali (QS. Al Maidah: 51).

Rasulullah diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan satu risalah yang sempurna. Risalah inipun hendaklah ditunaikan dengan sempurna, dan menjadi bekal hidup manusia. Islam sebagai rahmatan lil’alamin memang datang untuk membawa rahmat bagi seluruh alam tanpa terkecuali. Sebagai seorang pemimpin umat Islam, Rasulullah memiliki pola kepemimpinan yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat yang multi etnis, multi ras dan multi agama.(Mubasyaroh, 2018).

Dalam Islam, banyak sekali ditemukan syarat, ciri, tipe, maupun kualifikasi seseorang untuk menjadi pemimpin. Serupa dengan beberapa teori kepemimpinan yang dijabarkan di atas, pemimpin Islami bukan hanya sekedar istimewa dengan bakat/bawaan dari lahir maupun dengan tempaan/didikan akan tetapi harus mengikuti dan mempunyai komitmen pada prinsip Islam. Syarat utama menjadi pemimpin dalam Islam adalah dengan mengikuti sifat-sifat Rasulullah SAW, yaitu Shiddiq yang berarti jujur, benar dalam ucapan dan tindakan.
Rasullullah SAW ketika melakukan dakwah menyebarluaskan Islam mempraktikkan pola kepemimpinan, seperti akhlak terpuji, karakter yang tahan uji dan pantang menyerah, ulet, hidup dengan sederhana dan bersemangat baja, sistem arahan dengan metode hikmah, tujuan organisasi jelas, prinsip kebersamaan dan kekeluargaan, mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, memberikan kebebasan berkreasi, berinovasi, berpendapat dan pendelegasian wewenang (Mahmuddin dalam Akbar, 2018).

Dalam mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh sebuah organisasi, seorang pemimpin menurut Alquran dan Hadits memiliki sifat sebagai berikut: Islam, adil, jujur, ditaati, demokratis, wibawa, ahli, dewasa, waras, bekerja sama, saleh, berpendirian, menegakkan hukum, kasih sayang, seimbang sufi dan jihad, sabar dan tanggap, cerdas dan mampu fisik (Syafiie, 2000 dalam Akbar, 2018).
Menurut Usman dalam Muzammil (2017) pada jurnalnya mengungkapkan bahwa paling tidak terdapat empat syarat seseorang untuk menjadi pemimpin Islami, yaitu memiliki akidah yang benar (aqidah salimah); memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas; memiliki akhlak yang mulia (akhlaqul karimah); dan memiliki kecakapan manajerial, memahami ilmu-ilmu administrasi dan manajemen dalam mengatur urusan-urusan duniawi.

Gaya Kepemimpinan Islami

Rasulullah SAW bukanlah tipe pemimpin otoriter. Sifat kepemimpinan demokratis dari Rasulullah SAW diperlihatkan pula oleh ketekunan beliau mendidik para sahabat untuk
dipersiapkan sebagai calon-calon penggantinya selaku pemimpin umat dalam urusan dunianya dan membiarkan mereka mengembangkan diri tanpa khawatir tersaingi. Sifat kepemimpinan demokratis ini, beliau tidak mewasiatkan salah seorang diantara sahabatnya untuk menjadi “putra mahkota”. Siapa yang akan menjadi pengganti beliau memimpin umat dan negara yang beliau bangun setelah beliau tiada diserahkan sepenuhnya kepada kehendak umat sendiri (Mubasyaroh, 2018).

Sifat demokratis kepemimpinan Rasulullah ditunjukkan pula oleh sikap beliau yang terbuka terhadap kritik dan mendengar pendapat dan saran orang lain. Sikap keterbukaan Rasulullah terhadap kritik dapat dibuktikan pada peristiwa; “pernah sahabat mengkritik tentang pembagian harta ghanimah dari salah satu peperangan yang terjadi”. Rasulullah menerima kritik tersebut dengan dada lapang, meskipun itu tidak benar”. Sikap mau menerima kritik dan saran dari orang lain ditunjukkan dengan hadits “terimalah nasehat walaupun datangnya dari seorang budak hitam”.

Apabila pemimpin sudah memiliki sifat-sifat dan konsep kepemimpinan Rasulullah SAW tersebut, maka organisasi akan mudah dijalankan sesuai dengan manajemen Islami dan mudah membentuk kualitas manajemen sumber daya manusia yang berpedoman pada totalitas kehidupan Islami yang bersifat strategis dalam konteks pembangunan lingkungan Islam seutuhnya yaitu keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, profesional, intelektual, disiplin dan efisien. Hal ini karena dalam sebuah organisasi itu sendiri, sumber daya personal atau SDM merupakan elemen yang harus menjadi fokus atau wajib diperhatikan. Demi mencapai kemajuan sebuah organisasi tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pengembangan kualitas manusia yang lebih baik merupakan tuntunan paling mendesak.

Tipe Kepemimpinan Dalam Islam

H. Veithzal Rivai mengemukakan bahwa ada lima gaya kepemimpinan diantaranya;
1. Birokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang ditandai dengan keterikatan terus-menerus kepada aturan-aturan organisasi. Pada gaya kepemimpinan ini menganggap bahwa kesulitan akan bisa diatasi apabila orang-orangnya sadar akan peraturan. Kompromi merupakan suatu ciri dalam mengambil keputusan.
2. Permisif, yaitu pemimpin mempunyai keinginan agar yang berada pada kelompok tersebut semuanya merasa puas. Membuat orang-orang senang adalah aturan mainnya. Gaya ini menganggap bahwa orang-orang yang merasa puas dengan dirinya ataupun kinerjanya, maka organisasi tersebut akan berfungsi dengan baik. Koordinasi merupakan hal utama dalam gaya ini.
3. Partisipatif, yaitu kepemimpinan yang ditandai bahwa cara untuk memotivasi seseorang adalah dengan melibatkan langsung orang tersebut dalam mengambil keputusan. Hal ini diharapkan akan menciptakan rasa memiliki sasaran dan tujuan bersama. Masalahnya adalah kemungkinan lambatnya tindakan dalam menangani masa masa kritis.
4. Laissez-faire, gaya ini sama sekali bukan merupakan kepemimpinan. Gaya ini membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya, pemimpin hanya melaksanakan fungsi pemeliharaan saja. Gaya ini kadang-kadang dipakai oleh pemimpin yang sering bepergian atau yang hanya bertugas sementara.
5. Otokratis, gaya ini ditandai dengan ketergantungan kepada yang berwenang dan biasanya menganggap bahwa orang-orang tidak akan melakukan apa–apa kecuali jika diperintahkan. Gaya ini tidak mendorong adanya pembaruan. Pemimpin menganggap dirinya sangat diperlukan. Keputusan dapat dibuat dengan cepat (Rivai, 2009). Allah SWT telah memenuhi janji-Nya untuk melengkapi manusia yang menjadi Rasul-Nya dengan kepribadian yang terpuji. Kepribadian yang terpuji itu memiliki beberapa sifat yang disebut sifat-sifat Wajib bagi seorang Rasul Allah SWT, yang dimiliki juga oleh Muhammad SAW.

Sifat-sifat Wajib itu adalah sebagai berikut:
a. Siddiq (Benar)
b. Amanah (Terpercaya)
c. Tabligh (Menyampaikan)
d. Fatanah (Pandai)
e. Maksum (Bebas Dari Dosa)

Demikianlah lukisan kepribadian Rasulallah SAW sebagai pemimpin yang dicintai umatnya, bukan karena singgasana atau tahta, sehingga berkuasa untuk memaksakan kehendaknya. Beliau tidak memerlukan kekerasan untuk menindas agar orang lain mematuhi dan taat kepadanya. Kedudukan sebagai pemimpin tidak pernah dimanfaatkannya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta kekayaan bagi dirinya dan keturunannya. Beliau justru hidup dalam kemiskinan seperti rakyat lainnya.("Fungsi Kepemimpinan Dan Pemimpin Dalam Islam”. Muhammad Hanif Ibrahim1, Abdullah Lutfi Alchunaifi2, Amalia Indiastuti3, Sumayyah Najiba4). Hlm 13-14).

Tipe Kepemimpinan Kepemimpinan Islam

Tipe kepemimpinan sering disebut perilaku kepemimpinan atau gaya kepemimpinan (leadership style). Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seseorang pemimpin.
Sementara menurut Miftah Toha, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.

Gaya kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sesuai dengan gaya kepemimpinan seseorang. Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku yang digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau orang yang sedang dipimpin agar tercapainya suatu tujuan.

Sementara gaya kepemimpinan Islam digambarkan oleh sosok Nabi Muhammad SAW. Selain menjadi utusan Allah, beliau juga merupakan sosok kepala negara dan kepala rumah tangga yang hebat dan luar biasa.
Sosok kharismatik pada diri beliau telah membuat banyak orang tertarik untuk masuk Islam. Tidak hanya itu, beliau juga memberikan pengaruh yang cukup besar kepada para pengikutnya, sehingga para pengikut beliau yang tadinya memerangi Islam justru berbalik menjadi pembela dan pejuang Islam. Sosok pejuang pemimpin dalam Islam sangat identik dengan cara nabi Muhammad SAW dalam menjadi kepala negara dan pemimpin umat Islam.

Kepemimpinan beliau merupakan bagian yang berperan penting dalam membangun peradaban Islam, hingga pada akhirnya Islam dapat diterima oleh bangsa Arab. Nabi Muhammad dikenal sebagai pribadi yang memiliki sifat jujur, amanah, cerdas, dan tabligh. Beliau selama hidup tidak pernah berkata dusta dan beliau juga merupakan sosok yang cerdas dan ahli dalam menyusun strategi. Hal itu dapat dibuktikan oleh sejarah nabawiyah, yang menggambarkan kecerdasan nabi dalam menghadapi musuh ketika berperang. Perilaku-perilaku semacam ini menjadi hal yang patut diteladani oleh seluruh pemimpin yang ada setelahnya. Pada masa sekarang, perilaku-perilaku kepemimpinan tersebut disebut dengan gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan digambarkan sebagai perwujudan tingkah laku seorang pemimpin mengenai kemampuannya.dalam memimpin. Ada beberapa macam gaya kepemimpinan, diantarnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan otokratis disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut.
Dalam Kepemimpinan otokratis pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota atau bawahannya. Menurut Wursanto, kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan
yang mendasarkan pada suatu kekuasaan atau kekuatan yang melekat pada dirinya. Sementara pemimpin otokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan atau hukuman. Pemimpin otokratis menggunakan otoritasnya sebagai alat untuk menjalankan dan menyelesaikan suatu pekerjaan.

Pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Mengandalkan kepada kekuatan atau kekuasaan yang melekat pada dirinya
b) Menganggap dirinya paling berkuasa
c) Menganggap dirinya paling mengetahui segala persoalan, dan orang lain dianggap tidak
tahu
d) Keputusan-keputusan yang diambil secara sepihak, tidak mengenal kompromi, sehingga ia tidak mau menerima saran dari bawahan, bahkan ia tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk memberikan saran, pendapat atau ide
e) Keras dalam menghadapi prinsip
f) Jauh dari bawahan
g) Lebih menyukai bawahan yang bersikap ABS (Asal Bapak Senang)
h) Perintah-perintah diberikan secara paksa
i) Pengawasan dilakukan secara ketat agar perintah benar-benar dilaksanakan

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya atau tipe kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau konsensus. Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya, walaupun yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, setelah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim. Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua bawahan diarahkan oleh seorang pemimpin untuk ikut berpartisipasi memberikan ide atau gagasan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Tipe kepemimpinan ini menghargai setiap individu dan mau mendengarkan nasehat dan menerima saran serta kritik bawahan untuk dijadikan masukan bagi kemajuan lembaganya. Dasar kepemimpinan dalam gaya demokratis adalah human relationship atas dasar saling menghormati dan saling menghargai dan memberikan wewenang yang seimbang kepada bawahan. Pemimpin ikut berbaur di tengah-tengah anggota kelompoknya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya untuk bisa menerimanya.

Adapun ciri-ciri pemimpin yang demokratis adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan kreativitas anak buah
2. Memberi kesempatan anak buah untuk mengambil keputusan
3. Mengutamakan musyawarah untuk kepentingan bersama
4. Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi
5. Memandang semua masalah dapat dipecahkan dengan usaha bersama

3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire (gaya kepemimpinan yang bebas)

Kepemimpinan laissez faire (gaya kepemimpinan yang bebas) adalah gaya kepemimpinan yang lebih banyak menekankan pada keputusan kelompok. Dalam gaya ini, seorang pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok, apa yang baik menurut kelompok itulah yang menjadi keputusan. Pelaksanaannya pun tergantung kepada kemauan kelompok.

Adapun ciri-ciri pemimpin Tipe laissez faire mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada bawahan untuk melakukan tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan bidang tugas masing-masing
b. Pimpinan tidak ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok
c. Semua pekerjaan dan tanggungjawab dilimpahkan kepada bawahan
d. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik
e. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan
f. Secara praktis pemimpin tidak menjalankan kepemimpinannya, ia hanya merupakan simbol belaka. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin tidak banyak memberikan pengaruh ke bawahannya dan cenderung memberikan kebebasan kepada bawahannya dalam menjalan tugasnya

4. Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Gaya kepemimpinan kharismatik dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku orang lain.
Tipe kepemimpinan karismatik memiliki kekuatan energi, karena mempunyai pengaruh yang sangat besar. Karismatik itu diperoleh dari
kekuatan yang Maha Kuasa.
Dalam hal ini ada sesuatu kepercayaan bahwa orang itu adalah pancaran Zat Tunggal, sehingga dianggap mempunyai kekuatan gaib (supranatural power). Pemimpin yang bertipe karismatik biasanya memiliki daya tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar.

Gaya kepemimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang berasal dari kepribadian seorang yang memiliki daya tarik serta wibawa dalam menjadi seorang pemimpin. Dalam Islam, tipe gaya kepemimpinan ini merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang biasanya menjadi gaya kepemimpinan seorang ahli agama seperti kyai dan pimpinan pondok.

Kepemimpinan kharismatik dikenal sebagai tipe kepemimpinan yang dimiliki seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin dengan pengaruh yang besar dalam kepemimpinannya.
Kepemimpinan ini biasanya dikaitkan dengan teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. Teori tersebut merupakan teori yang berasumsi.bahwa pemimpin itu dilahirkan memang menjadi seorang pemimpin, sehingga dalam dirinya terdapat sifat kepemimpinan dan wibawa yang begitu besar.

5. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan Transformasional adalah kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran yang bersifat tingkat tinggi yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu.
Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan ini biasanya diharuskan memiliki kemampuan untuk mentransformasikan sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

6. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang berfokus pada transaksi antar pribadi, antara manajemen dan karyawan. Gaya kepemimpinan transaksional merupakan gaya seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan menggunakan proses transaksi berupa penghargaan untuk memotivasi bawahan dalam melaksanakan tugasnya. Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan sebuah penghargaan, kepada bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja buruk.

Pada tipe kepemimpinan ini biasanya terjadi karena adanya nilai transaksi diantara pemimpin dan bawahan, sehingga pemimpin disini dijadikan pemimpin karena adanya nilai tukar yang dimiliki untuk memberikan sebuah penghargaan kepada bawahan dalam proses pelaksanaan tugas.(Kategori Kepemimpinan dalam Islam. Muhammad Charis F. dkk. Universitas Muhammadiyah Malang, 1,2,3,4. Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam. JURNAL EDUKASI NONFORMAL. Vol. 1, No 2 (2020). Hlm 181-185).

Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain supaya mau bekerjasama di bawah arahannya untuk mencapai tujuan yang di ridhoi Allah SWT. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mukmin. Pemimpin ini harus memiliki sifat-sifat yang dapat diteladani dari Nabi Muhammad SAW yaitu sidiq, amanah, tabligh, fathonah, dan maksum. Kunci untuk membangun kepercayaan seorang pemimpin adalah kejujurannya. Dengan terpenuhinya sifat-sifat ini diharapkan pemimpin baru kita dapat membawa kita kepada kesejahteraan dunia, dan kebahagian akhirat.

Kepemimpinan yang Islami dan manajemen Islami akan membawa suasana, lingkungan atau budaya organisasi yang Islami juga, yang tentu memberikan pengaruh positif pada organisasi-organisasi yang dijalankan. Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa strategi dalam meningkatkan budaya organisasi yang Islami diantaranya adalah tim budaya organisasi, komitmen pimpinan, komunikasi, motivasi, merancang kondisi eksternal (lingkungan), merancang kondisi internal, kemauan melakukan perubahan, dan disiplin.

Referensi:

KEPEMIMPINAN ISLAM DAN KONVENSIONAL (Sebagai Studi Perbandingan). Siti Aminah Caniago*. Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan. RELIGIA Vol. 13, No. 2, Oktober 2010.

"Fungsi Kepemimpinan Dan Pemimpin Dalam Islam”. Muhammad Hanif Ibrahim1, Abdullah Lutfi Alchunaifi2, Amalia Indiastuti3, Sumayyah Najiba4.

Strategi Pemimpin dalam Meningkatkan 
Budaya Organisasi yang Islami Darmawati. MIN 14 Banjar. Al-Hiwar: Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah, Vol. 10, No. 1, Juli 2022.

Kategori Kepemimpinan dalam Islam. Muhammad Charis F.1; Muhammad Ammar A. 2; Danar Wijokongko3; Muhammad Faza Al-Hafizd4. Universitas Muhammadiyah Malang, 1,2,3,4. Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam. JURNAL EDUKASI NONFORMAL. Vol. 1, No 2 (2020).

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال