Teologi Kemiskinan: Problem Kemiskinan dalam Pandangan Beberapa Aliran

KULIAHALISLAM.COM - Sudah tidak asing lagi bahwa kemiskinan menjadi masalah dalam masyarakat. Namun ada juga masyarakat yang memandang bahwa kemiskinan bukanlah suatu hal yang harus ditakuti. 

Banyak solusi yang dapat kita lakukan untuk menghindari terjadinya kemiskinan. Banyak masyarakat yang memandang kemiskinan dengan sudut pandang dan persepsi yang beragam. 

Ada beberapa pandangan yang menjadi pembahasan dalam artikel ini, yaitu: Pandangan pengkultus kemiskinan, Pandangan jabariyah, Pandangan penyeru kesalehan individual, Pandangan kapitalisme, dan Pandangan sosialisme-Marxis.

Pandangan Pengkultus Kemiskinan

Kelompok yang menganut ajaran ini adalah orang-orang yang tidak menyukai kelezatan dan kesenangan dunia dan terdiri dari orang-orang yang zuhud dan rahib. Mereka memandang kemiskinan sebagai hal yang biasa, bukan sesuatu yang jelek dan bukan sesuatu yang harus dihindari. 

Karena mereka menganggap bahwa kemiskinan tidak menimbulkan masalah atau keributan dalam kehidupannya. Dalam pandangan mereka, kemiskinan merupakan anugerah dari Allah, agar manusia senantiasa mengingat kehidupan akhirat, tidak tergiur oleh kelezatan dunia, dan memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama. 

Karena kebanyakan orang yang memiliki kekayaan yang berlebih cenderung sombong dan pelit. Menjadi kaya juga tidak menjamin hidup akan aman dan bahagia. Mereka pasti juga merasakan kekhawatiran akan harta mereka yang bisa saja habis atau dirampas oleh orang lain. 

Menurutnya, kemiskinan adalah sarana terbaik untuk menyiksa jasad, dengan begini sangat efektif untuk meningkatkan kualitas ruh. Mereka mengatakan: “Jika kemisakinan datang, maka katakanlah: Selamat datang simbol orang-orang Shaleh. Dan jika kekayaan yang datang, maka katakanlah: Sebuah dosa yang disegerakan siksanya.” Dengan ungkapan diatas, mereka sama sekali tidak takut jika mereka dilanda kemiskinan. 

Pandangan Jabariyah

Kelompok ini berbanding terbalik dengan yang sebelumnya. Mereka menganggap kemiskinan adalah sebuah kejelekan dan bencana yang dapat merusak kehidupan manusia. Namun, mereka juga menganggap kemiskinan adalah ketentuan dari langit yang tidak bisa ditolak. 

Kelompok ini menawarkan sebuah solusi, bagaimana agar keluar dari kemiskinan, yaitu dengan bersikap qanaah. Dengan berqanaah, dapat dengan sabar dan ikhlas menerima ketetapan Allah dan senantiasa bersyukur atas apa yang telah di tetapkan Allah, karena meyakini ketetapan-ketetapannya adalah yang terbaik bagi mereka. Solusi yang mereka suguhkan, hanya untuk kaum miskin saja, tanpa memberi pesan moral kepada kaum kaya. 

Pandangan Penyeru Kesalehan Individual

Kelompok ini hampir sama dengan yang kedua. Namun, solusi yang mereka suguhkan bukan hanya sekadar pesan moral kepada orang miskin saja, namun kepada orang yang kaya juga. Pesan moralnya yaitu, agar orang yang kaya senantiasa berkorban, melakukan kebajikan dan bersedekah kepada orang miskin. 

Dalam memberikan solusi, mereka tidak memberi ketentuan-ketentuan yang harus di keluarkan si kaya untuk si miskin. Tidak memberi hukuman-hukuman jika mereka melanggar ketentuan-ketentuan tersebut. Mereka beranggapan, untuk mengentaskan kemiskinan cukup berpijak pada individual dan sedekah sukarela.

Pandangan Kapitalisme 

Kelompok ini berasumsi bahwa kemiskinan adalah problem dan kesengsaraan hidup. Tetapi, yang bertanggung jawab atas keadaan itu adalah si miskin itu sendiri, bukan takdir maupun nasib. Kelompok ini adalah kelompok Qarun, salah satu kaum Nabi Musa, namun sombong. 

Pandangan Sosialisme-Marxis

Kelompok ini mengatakan bahwa, kemiskinan akan terus menjadi sebuah masalah bagi kehidupan jika kaum borjuis tidak di musnahkan. Merampas harta mereka dan membatasi atas harta yang mereka miliki. 

Harus ada percikan api untuk menimbulkan rasa iri dan dengki terhadap kaum borjuis dan si miskin. Mereka adalah propagandis komunisme dan sosialisme revolusioner. 

Mereka memiliki kesepakatan bahwa tidak adanya pengakuan pribadi atas harta-harta yang telah mereka kumpulkan. Karena bagi merek, kepemilikan adalah sumber dari segala kerusakan dan kejahatan.

George Bourgane dan Bayer Rampier mengatakan dalam bukunya “Hadzihi hiya Al-Isytirakiyah” yaitu:

Ada sebagian orang mengatakan: Sosialisme menghendaki setiap kebebasan individu dan menjaga kehormatannya. Tetapi, kemudian disanggah oleh yang lain bahwa sosialisme memonopoli sumber-sumber produksi untuk masyarakat dan berusaha menegakkan kediktatoran kaum buruh.

Namun, sosialisme tersebut tidak sama dengan sosialisme versi Louis Blan, dan Backer. Dalam kelompok ini, hanya akan menemukan sebuah permusuhan yang kejam dan melahirkan tindakan kriminal. Adanya persamaan ungkapan sosialisme dikarenakan menghapus prinsip-prinsip hak milik setiap individu yang dianggap sebagai bentuk dari kejahatan dan keburukan.

Dalam berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa, kemiskinan bukan selamanya dianggap sebagai keburukan, kejelekan, dan kesengsaraan hidup. Karena kemiskinan masih memiliki peluang untuk dihindari. 

Banyak tersedia solusi-solusi yang akan menghindarkan manusia dari jurang kemiskinan. Dengan selalu berprasangka baik terhadap Allah, dan senantiasa sabar dengan ketentuan-ketentuannya. 

Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau menyampaikan kabar gembira kepada umatnya berupa dampak penerapan dari ajaran-ajaran Islam, yaitu kekayaan yang menyenangkan, keamanan yang terjamin, kesejahteraan yang menyeluruh, sehingga tidak ada orang yang menerima zakat. 

Penulis: Fatimah Az Zahra (Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya)

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال