Nabi Yusa Bin Nun (Yosua) dalam Riwayat Ibnu Katsir


KULIAHALISLAM.COM - Yusa bin Nun ibn Ifrayim ibn Yusuf ibn Ishaq ibn Ibrahim alaihi salam merupakan putra pamannya Nabi Hud. Dalam Kristen, Yusa bin Nun disebut dengan Yosua. Sebagian Ulama meyatakan bahwa Yusa bin Nun termasuk Nabi dan tugasnya mengurus Bani Israil setelah Nabi Musa dan Nabi Harun.

Nama Yusa bin Nun disebutkan dalam Al-Qur’an secara samar yakni dalam kisah Khidir. Allah berfirman : “ Dan (ingatlah) ketika Musa berkata pada muridnya, (Q.S Al-Kahfi 60”. Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam : “Sesungguhnya orang itu adalah Yusa bin Nun”.

Kenabian Yusa bin Nun telah disepakati Ahli Kitab. Kelompok Ahli Kitab yang tidak mengakui kenabian Yusa hanya dari As-Samirah. Semoga Allah melaknat kelompok As-Samirah hingga hari Kiamat.

Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir menjelaskan bahwa sesungguhnya, nubuwaah (kenabian) itu diserahterimakan dari Nabi Musa ke Yusa pada masa akhir usia Nabi Musa. Nabi Musa meminta kepada Yusa agar bersedia mengemban perintah Allah. 

Yusa berkata pada Nabi Musa : "Wahai (Musa) kalimullah, sesungguhnya aku tidak pernah bertanya kepadamu tentang apa yang diwahyukan Allah kepadamu hingga engkau sendiri yang menyampaikannya kepadaku”. Setelah itu Nabi Musa tidak menyukai lagi kehidupan di dunia dan lebih menyukai akhirat.

Namun, pendapat ini masih menjadi bahan perdebatan di kalangan para ulama karena Nabi Musa Alaihissalam masih aktif menerima perintah, wahyu dan kalam dari Allah yang meliputi segala urusan kenabian hingga Allah mewafatkan Nabi Musa. 

Di sisi lain mukjizat, kemuliaan dan dalil-dalil kenabian masih terus melekat pada diri Nabi Musa, seperti Allah pernah mengutus Malaikat maut untuk mencabut nyawa Nabi Musa Alaihissalam namun Nabi Musa langsung menampar mata Malaikat maut itu hingga bola matanya keluar. Demikian riwayat disampaikan oleh Muhammad Ibnu Ishaq meskipun ia mengatakan hal itu dari kitab-kitab yang berasal dari ahli kitab.

Ahli kitab menyebutkan di dalam Taurat pada bab perjanjian ketiga bahwa Allah memerintahkan nabi Musa dan Harun supaya membagi Bani Israel menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 12 orang di bawah pengawasan seorang pemimpin dengan tujuan untuk memobilisasi kekuatan dalam persiapan menghadapi kaum yang perkasa pada saat Bani Israel keluar dari Padang Tih.

Dari 12 kabilah itu, kabilah kelima adalah kabilah keturunan Nabi Yusuf Alaihissalam. Jumlah mereka sebanyak 40.500 personil di bawah pimpinan Yusa bin Nun. Nabi Musa dan Nabi Harun wafat di padang Tih sebelum mereka berhasil menaklukkan Baitul Maqdis. Alhasil, orang yang keluar bersama pasukan Bani Israel dari Padang Tih menuju Baitul Maqdis adalah Yusa Ibnu Nun Alaihissalam.

Ahli kitab dan sejarawan menyatakan bahwa pasukan Bani Israil di bawah kepemimpinan Yusa Ibnu berhasil menyeberangi Sungai Urdun hingga mereka sampai di Ariha, sebuah kota yang memiliki benteng paling kokoh, istana paling megah dan penduduk paling banyak. Selanjutnya Yusa' dan pasukannya berhasil menerobos masuk untuk melakukan penyerangan dengan mengumandangkan pekik Takbir.

Dalam penyerangan tersebut, pihak musuh yang tewas sebanyak 12.000 orang laki-laki dan perempuan. Selanjutnya Yusa dan pasukannya berperang melawan para raja hingga dikatakan bahwa mereka berhasil menaklukkan 31 raja di antara kerajaan-kerajaan Syam.

Para ahli kitab juga menjelaskan bahwa Yusa bin Nun mengakhiri penyerangannya pada hari Jumat setelah waktu Ashar ketika matahari hampir tenggelam memasuki hari Sabtu yang merupakan hari raya bagi mereka pada masa itu. 

Ia berkata : “Wahai Matahari engkau menjalankan perintah Allah. Aku juga menjalankan perintah, aku meminta kepadamu bertahanlah”. Lantas  hari itu tiba-tiba berhenti sehingga memungkinkan baginya untuk menyelesaikan dan memenangkan peperangan. Selanjutnya, ia memerintakan pada Bulan agar bertahan dari peredarannya maka Bulan pun tidak muncul.

Riwayat tentang Matahari Berhenti Berputar

Imam Ahmad berkata  Aswad ibn Amir menceritakan kepada kami, Abu Bakar menceritakan kapada kami dari Hisyam, dari Ibn Sirrin dari Abu Hurairah, ia berkata : “sesungguhnya Matahari tidak pernah ditahan terbit bagi seorangpun kecuali untuk Yusa ibn Nun dalam perjalanan malam ke Baith Maqdis”. (H.R Imam Ahmad). 

Imam Ahmad meriwayatkan hadis di atas secara sendirian menurut syarah hadis Imam Bukhari. Ibnu Katsir menyatakan bahwa di dalam Hadis itu ada indikasi bahwa orang yang membebaskan Baitul Maqdis adalah Yusa bin Nun bukan Nabi Musa.

Imam Ahmad juga berkata : “Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Ma’mar menceritakan kepada kami dari Hammam dari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Ada seorang Nabi di antara para Nabi yang hendak berangkat berperang lalu ia berkata kepada kaumnya  jangan ada yang ikut berperang bersamaku ku bagi lelaki yang mempunyai istri lebih dari satu. Ia hendak membangun rumah tangga dengan seorang wanita, tapi belum terlaksana. Begitu pula lagi lainnya yang sedang membangun rumah, tapi belum terpasang atapanya. Begitu pula dengan lelaki yang membeli kambing atau unta yang sedang hamil sementara ia sedang menunggu kelahiran hewan ternaknya itu. Setelah itu, nabi tersebut berangkat berperang ketika ia sampai di suatu kampung dan hendak melaksanakan salat ashar atau mendekati waktu salat tersebut, ia berkata kepada matahari :  engkau diperintahkan untuk berputar dan aku juga diperintahkan untuk mengerjakan salat. Ya Allah tahanlah perjalanan matahari sedikit untukku. Matahari pun ditahan sampai Allah memberi kemenangan kepadanya. Mereka sibuk mengumpulkan harta rampasan perang. Selanjutnya datang lah api untuk melahap harta rampasan perang itu, tetapi api tidak jadi melahapnya.  Nabi itu lalu berkata : Sungguh di antara kalian ada yang melakukan pengkhianatan. Oleh sebab itu hendaklah ada seorang perwakilan dari sebuah kabilah untuk berbaiat denganku. Mereka pun melakukan baiat sehingga bertemulah tangan seseorang dengan tangan nabi itu melalui jabat tangan. Nabi itu berkata kepada wakil kabilah di antara kalian ada yang berkhianat.Oleh sebab itu hendaklah kalian berbayar denganku atas nama kabilah kalian. Selanjutnya  wakil kabilah itu pun berjabat dengan si Nabi. Ketika tangan dua orang itu ada tiga orang saling bersalaman untuk berbaiat, Nabi berkata : di antara kalian ada yang berkhianat. Selanjutnya mereka yang berkhianat mengeluarkan emas sebesar kepala sapi dan meletakkannya kembali ke tempat terkumpulnya ghanimah sehingga masih terletak di tempat paling atas di antara tumpukan harta rampasan. Seketika itu api datang melahapnya".

 Setelah itu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda harta ghanimah itu tidak halal bagi seorang pun sebelum kita. Allah mengetahui kelemahan kita sehingga dia menghalalkan ghonimah bagi kita (Hadits Riwayat Muslim)”.

Imam muslim meriwayatkan Hadits di atas secara tunggal. Ketika Yusa bin Nun dan Bani Israil berhasil memasuki pintu gerbang kota Baitul Maqdis yang ditunjukkannya, mereka diperintahkan untuk bersujud sebagai bentuk keindahan hati dan Bersyukur atas nikmat Allah yang dianugerahkan kepada mereka berupa kemenangan yang telah dijanjikan Allah kepada mereka. 

Selanjutnya, mereka juga diperintahkan untuk mengucapkan Hitthah yakni ampunan kepada Allah untuk dibebaskan dari sega kesalahannya.

 Bani Israel melakukan perbuatan yang bertentangan dengan apa yang diperintahkan kepada mereka baik dalam perbuatan maupun ucapan ketika mereka telah berada di Baitul Maqdis. 

Ketika Bani Israel menetap di Baitul Maqdis, selanjutnya Allah mengutus Yusa bin Nun sebagai nabi yang berada di tengah-tengah kehidupan Bani Israil yang memberikan keputusan hukum diantara mereka dengan berpegang teguh pada kitab Taurat hingga Allah menempatkan beliau di sisinya atau wafat titik Yusa menjalankan kehidupan setelah wafatnya Musa selama 27 tahun

Sumber : Qashash al anbiya karya Ibn Katsir

 

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال