Umar Bin Khattab Tokoh Kelima Puluh Satu Paling Berpengaruh di Dunia Versi Michael Hart

KULIAHALISLAM.COM - Michael H. Hart merupakan Guru Besar astronomi dan fisika di Universitas Maryland, Amerika Serikat. Michael Hart adalah sarjana fisika, astronomi, hukum, dan bekerja untuk lembaga antariksa Amerika (NASA). Ia lahir tanggal 28 April 1932 di Amerika. 

Prof. Michael H. Hart menggemparkan dunia karena ia menulis sebuah buku berjudul: "100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia."

Dalam bukunya “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia”, Michael Hart menyusun urutan manusia paling berpengaruh di dunia dari sejak Nabi Adam hingga pada era modern ini. 

Dalam penyusunan daftar ini, ia tidak semata-mata memilih tokoh paling kenamaan dan kemilau dalam sejarah namun ia hanya memilih yang memiliki pengaruh besar sepanjang sejarah manusia. 

Prof. Michael H. Hart menetapkan manusia paling berpengaruh di dunia nomor 1 adalah: 
  1. Nabi Muhammad,
  2. Isaac Newton, 
  3. Nabi Isa, 
  4. Budha, 
  5. Kong Hu Cu, 
  6. St. Paul, 
  7. Ts’ai Lun, 
  8. Johann Gutenberg, 
  9. Christoper Colombus, 
  10. Albert Einstein, 
  11. Karl Marx, 
  12. Louis Pasteur, 
  13. Galileo Galilea, 
  14. Aristoteles, Lenin, 
  15. Nabi Musa, 
  16. Charles Darwin, 
  17. Shing Huang Ti, 
  18. Agustus Caesar, 
  19. Mao Tse Tung, 
  20. Jenis Khan.
Sementara Umar bin Khattab ditempatkan nomor 51 dan nomor urut 100 adalah Nils Bohr. Dalam karyanya tersebut, Michael Hart memaparkan bahwa Umar bin Khattab adalah Khalifah kedua dan mungkin terbesar dari semua Khalifah Islam. Dia sezaman namun lebih berusia muda ketimbang Nabi Muhammad SAW. 

Dan seperti Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab kelahiran Mekkah. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tapi menurut taksiran tahun 586 M. Asal-muasalnya, Umar bin Khattab merupakan musuh yang paling ganas dan beringas menentang Nabi Muhammad SAW dan agama Islam habis-habisan.

Tetapi mendadak, ia memeluk agama baru itu dan bebalik menjadi pendukung yang gigih (ini adalah persamaannya yang menarik dengan ihwal St. Paul terhadap Kristen). Umar bin Khattab selanjutnya menjadi penasihat terdekat Nabi dan begitulah dilakukannya sepanjang umur Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW wafat tahun 632 M tanpa menunjuk penggantinya, Umar dengan cepat mendukung Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti, seorang sahabat dekat Nabi dan juga mertua Nabi. 

Langkah ini mencegah ada kekuatan dan memungkinkan Abu Bakar Ash-Shiddiq secara umum diakui sebagai Khalifah pertama, semacam pengganti Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan pemimpin yang berhasil tetapi beliau wafat sesudah jadi Khalifah hanya selama dua tahun.

Tapi Abu Bakar Ash-Shiddiq menunjuk Umar menjadi Khalifah tahun 634 M dan memegang kekuasaan hingga tahun 644 M,  Umar bin Khattab terbunuh di Madinah oleh perbuatan seorang budak Persia. 

Di atas tempat tidur menjelang wafat, Umar menunjuk sebuah panitia terdiri dari enam orang untuk memilih penggantinya. Dengan demikian lagi-lagi kesempatan adu kekuatan untuk kekuasaan terjadi. Panitia enam orang itu menunjuk Utsman bin Affan selaku Khalifah ketiga.

Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar, itulah penaklukan-penaklukan penting dilakukan orang Arab. Tidak lama setelah Umar memegang tampuk kekuasaan sebagai Khalifah, pasukan Arab menduduki Suriah dan Palestina yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636 M), pasukan Arab berhasil memukul habis kekuatan Byzantium.

Kota Damaskus jatuh ke tangan umat Islam pada tahun itu juga dan Darussalam (sekarang Yerusalem) menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641 M, pasukan Arab menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.

Penyerangan Arab terhadap Irak yang saat itu di bawah kekuasaan Persia telah mulai bahkan sebelum Umar naik jadi Khalifah. Kunci kemenangan Arab terletak pada pertempuran Qadisiyah tahun 637 M, terjadi di masa Kekhalifahan Umar. 

Menjelang tahun 641 M, seantero Irak sudah berada di bawah pengawasan Arab. Dan bukan cuman hanya itu, pasukan Arab bahkan menyerbu langsung Persia dan pertempuran Nehawand (642 M) mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia.

Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644 M, sebagaian besar deretan barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar wafat. Di bagian Timur, mereka dengan cepat menaklukan Persia dan bagian Barat mereka mendesak terus dengan pasukan penyebrang Afrika Utara. 

Sama pentingnya dengan makna penaklukan-penaklukan yang dilakukan Umar bin Khattab adalah kepermanenan dan kemantapan pemerintahannya. Iran kendati penduduknya masuk Islam, berbarengan dengan itu mereka memperoleh kemerdekaanya dari pemerintahan Arab. Tapi Suriah, Irak dan Mesir tidak pernah memperoleh hal serupa. Negeri-negeri itu seluruhnya di Arabkan hingga kini.

Umar bin Khattab perang tentu punya rencana apa yang harus dilakukannya terhadap daerah-daerah yang sudah ditaklukan oleh pasukan Arab. Dia memutuskan, orang-orang Arab punya hak-hak istimewa dalam segi militer di daerah-daerah taklukan, mereka harus berdiam dikota-kota tertentu yang ditentukan untuk itu, terpisah dari penduduk setempat. 

Penduduk setempat harus bayar pajak kepada penakluk Muslim, tapi mereka dibiarkan hidup dengan aman dan tentram. Khususnya mereka tidak dipaksa memeluk agama Islam. Dari hal itu sudah jelas bahwa penaklukan oleh orang Arab lebih bersifat penaklukan perang nasionalis daripada suatu perang suci meskipun agama bukannya tidak memainkan peranan.

Keberhasilan Umar bin Khattab benar-benar mengesankan. Sesudah Nabi Muhammad SAW, Umar merupakan tokoh utama dalam hal penyerbuan oleh Muslim. Tanpa penaklukan-penaklukannya yang secepat kilat, diragukan apakah Islam bisa tersebar luas sebagaimana yang disaksikan sekarang ini. Lebih-lebih, kebanyakan daerah yang ditaklukan di bawah pemerintahannya tetapi menjadi Arab hingga kini.

Jelas, tentu saja, Nabi Muhammad SAW penggerak utamanya jika ia harus menerima penghargaan atas perkembangan ini. Tetapi akan merupakan kekeliruan berat apabila kita mengucilkan peranan Umar bin Khattab. Penaklukan-penaklukan yang dilakukannya bukanlah akibat otomatis dari inspirasi yang diberikan Nabi Muhammad SAW. 

Perluasan mungkin saja bisa terjadi, tetapi tidaklah akan sampai sebesar itu kalau saja tanpa kepemimpinan Umar yang brilian.
Memang akan menjadi kejutan buat orang Barat yang tidak mengenal Umar bin Khattab. 

Prof. Michael Hart menempatkan Umar bin Khattab lebih tinggi posisinya daripada orang-orang kenamaan seperti Charemagne atau Julius Caesar, Asoka, Cyrus yang Agung dalam karyanya 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. 

Soalnya, penaklukan oleh bangsa Arab di bawah kepemimpinan Umar lebih luas daerahnya dan lebih tahan lama dan lebih bermakna ketimbang apa yang diperbuat oleh Charlemagne, Julius Caesar, Asoka dan Cyrus yang agung.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال