Nahjul Balaghah Karya Imam Ali bin Abi Thalib ?

KULIAHALISLAM.COM - Nama asli Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah Haydar bin Abi Thalib yang berarti Singa. Sayyidina Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah, tepatnya di dalam Ka'bah, Jumat 13 Rajab (sekitar tahun 600 Masehi).  

Sejak kecil Sayyidina Ali bin Abi Thalib tak pernah menyembah berhala atau sujud kepada berhala. Itu sebabnya,  penyebutan namanya sering disertai doa khas buat Imam Ali yaitu Karramallahu wajhahu yang berarti semoga Allah SWT senang kepadanya.

Selain itu Sayyidina Ali bin Abi Thalib diberi gelar Imam karena Sayyidina Ali mampu menafsirkan Al-Qur’an dan memberikan ceramah-ceramah agama di Masjid Nabawi. Imam Ali memiliki perawakan badan kekar, disertai bahu yang  bidang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, berjalan cepat.

Nahjul Balaghah

Ali Audah dalam karyanya “Ali bin Abi Thalib” menyatakan bahwa dari sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW, yang meninggalkan warisan berupa karya tulisan hanya Imam Ali bin Abi Thalib, yaitu Kitab Nahjul Balaghah. Mungkin ini karya tertulis tertua, kendati pengumpulan dan penulisannya kembali baru dikerjakan tiga atau empat abad kemudian sesudah Ali bin Abi Thalib wafat.

Pekerjaan ini dilakukan oleh Asy-Syarif Ar-Radi (Abu Al-Hasan Muhammad bin Al- Husain) yang juga penyair terkemuka dan diberi tajuk Nahj Al-Balaghah artinya jalan menuju kefasihan. Kitab yang mencerminkan akhlak Imam Ali bin Abi Thalib ini berupa kumpulan khotbah, surat-surat dan kata-kata mutiara. 

Ada juga kritikus yang mengatakan pekerjan itu dilakukan oleh kakaknya yaitu  Asy-Syarif Al-Murtada (355-436 H/966-1044 M). Sejak abad keenam Hijriah sampai sekarang kitab ini banyak mendapat perhatian orang. Kalangan ulama dan para ahli telah membuat studi dan berbagai macam komentar yang ditulis oleh Syekh Muhammmad Abduh dalam Syarah Nahjul Balaghah.

Sebenarnya di antara mereka banyak juga yang meragukan keaslian sebagian kitab ini, dilihat dari isi dan kebiasaan berbahasa pada zaman para sahabat. Susunan kata terasa dibuat-buat, yang tidak sesuai dengan zamannya. Gaya bahasa yang berbunga-bunga dan bersajak-sajak, hal yang tidak mungkin dilakukan Imam Ali dalam khotbahnya seperti yang terdapat dalam Nahj Al-Balaghah dan Imam Ali tahu benar bahwa Nabi Muhammad SAW tidak menyukai demikian. 

Lebih-lebih lagi bahasa dalam gaya Sufi serta filsafat teologi bercorak Neoplatonisme yang tidak mungkin sudah dikenal orang Arab pada masanya, seperti dikemukakan oleh kalangan kritikus. Yang lain berpendapat, tanpa dasar, pandangannya tentang perempuan dianggap misoginis.

Meskipun ada yang beranggapan, bahwa kitab yang dikumpulkan dan ditulis kemudian ini tidak sepenuhnya mencerminkan perangai dan semangat Imam Ali, namun dari hasil penelitian yang cukup mendalam memperlihatkan, bahwa kebanyakan isi kitab ini memang asli dari Imam Ali. Pikiran-pikiran yang cemerlang dengan gaya bahasa yang menjadi ciri khasnya masih lebih banyak mewarnai buku ini.

Kata-kata mutiara pendek-pendek tetapi padat dan berisi hikmah yang dalam, banyak menggoda orang sekaligus ingin menghafalnya. Atau seperti dikatakan oleh Syekh Muhammad Abduh dalam pengantar kitab Syarah Nahj Al-Balaghah bahwa kata-kata Imam Ali adalah yang terindah dan paling dalam setelah kata-kata Rasulullah. 

Yang secara umum Nahjul Balaghah ini merupakan karya budaya dan sastra bermutu, dengan kefasihan bahasa dan kedalaman makna yang dapat menyentuh hati dan pikiran. Sebelum itu, peranan Imam Ali dalam politik, khotbah, surat-surat dan ucapannya  yang dibahas dan diberi komentar oleh Ibn Abi al-Hadid (wafat 1258 M.) sudah cukup dikenal dalam sastra Arab. 

Berikut Ini Nasihat-Nasihat Imam Ali dalam Nahjul Balaghah 

Orang yang mendatangi orang kaya lalu merendahkan diri karena kekayaannya, ia sudah kehilangan sepertiga agamanya. 

Sayyidina Ali berkata: 
Laluilah gelombang fitnah dengan kapal penolong. Jauhilah kebanggan diri karena merasa berjasa dan karena keturunan. 
Sayyidina Ali berkata:
Hati yang sudah tertutup kebencian jadi buta.
Imam Ali berkata:
Apabila seseorang mempunyai gagasan yang baik tentang anda, buatlah gagasan itu menjadi kenyataan. Kemarahan adalah sejenis kegilaan, karena korban menyesal sesudahnya, apabila ia tidak menyesal maka kegilaan dikukuhkan. Kesehatan badan datang dari ketiadaan iri hati.

Sumber : Ali Audah dalam karyanya Ali bin Abi Thalib, terbitan Litera Antar Nusa dan berbagai sumber.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال