Ulul Albab dan Konsep Barat Mengenai Intelektual dalam Catatan Prof. Jalaluddin Rakhmat

Jalaluddin Rakhmat : Ulul albab dan konsep barat mengenai intelektual

KULIAHALISLAM.COM - Ulul albab dan konsep barat mengenal intelektual dalam catatan Prof. Jalaluddin Rakhmat. Jalaluddin Rakhmat lahir di Bandung pada 29 Agustus 1949 dan wafat Februari 2021 akibat Virus Corona. Ia adalah sarjana ilmu komunikasi lulusan Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Master of Science dari IOWA State University.

Dalam makalah yang disampaikan pada "Seminar Sehari Intelektual Muslim dan Kesadaran Beragama" di Kampus Universitas Islam Bandung (UNISBA), 1985, Prof. Jalaluddin Rakhmat mencatat dan menyampaikan sebagai berikut.

Ulul albab disebut enam belas kali dalam Alqur’an. Menurut Alqur’an, Ulul albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT. Di antara keistimewaannya ialah mereka diberi hikmah, kebijaksanaan dan pengetahuan di samping pengetahuan yang diperoleh mereka secara empiris.

Sesuai firman Allah SWT : "Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali Ulul albab" (Q.S 2 : 269). 

Dan disebutkan pula dalam Alqur’an bahwa "Mereka adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia" (Q.S 12 : 111).

Dipelajarinya sejarah berbagai bangsa, kemudian disimpulkannya suatu pelajaran yang bermanfaat, yang dapat dijadikan petunjuk dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan ini.

Sesuai Q.S 3 :7 yang menyebutkan : "Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petujuk dari Allah, dan mereka itulah Ulul albab."

Ulul Albab dan Konsep Barat Mengenai Intelektual

Sebelum berbicara lebih jauh tentang Ulul albab, saya (Jalaluddin Rakhmat) akan meninjau terlebih dahulu beberapa istilah lain dalam bahasa Indonesia, yaitu Sarjana, ilmuwan dan intelektual. 

Sarjana diartikan sebagai orang yang lulus dari perguruan tinggi dengan membawa gelar, jumlahnya banyak karena setiap tahun Universitas memproduksi Sarjana.

Ilmuwan adalah orang yang mendalami ilmunya, kemudian mengembangkan ilmunya, baik dengan pengamatan maupun dengan analisanya sendiri. 

Di anatara sekian banyak Sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian berkembang menjadi Ilmuwan. Sebagian besar terbenam dalam kegiatan rutin dan menjadi tukang-tukang profesional.

Kaum Intelektual bukanlah Sarjana yang hanya menunjukan orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana yang asli maupun yang palsu. Mereka juga bukan sekadar ilmuwan yang mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian.

Intelektual adalah orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya ke dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. 

James MacGregor mengatakan bahwa Intelektual adalah orang yang terlibat secara kritis dengan nilai, tujuan dan cita-cita yang kebutuhan praktis. 

Sedangkan menurut, Edward A. Shils, dalam International Encyclopedia of the social Science, tugas intelektual ialah menafsirkan pengalaman masa lalu masyarakat, mendidik pemuda dalam tradisi dan ketrampilan masyarakatnya, melancarkan dan membimbing pengalaman estestis dan keagamaan berbagai sektor masyarakat.

Dalam masyarakat Islam, seorang intelektual bukan saja seorang yang memahami sejarah bangsanya, dan sanggup melahirkan gagasan-gagasan analisis dan normatif yang cemerlang melainkan juga menguasai sejarah islam (seorang Islamologis). 

Tanda-Tanda Ulul Albab

Alqur’an sebenarnya mempunyai istilah khusus : Ulil Albab yaitu men of understanding, men of wisdom. Tanda-Tanda Ulul albab dalam Alqur’an. Menurut Jalaluddin Rakhmat tanda Ulul albab yang pertama adalah bersunggung-sungguh mencari ilmu, seperti yang disebutkan dalam Alqur’an : 

Dan orang yang bersungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan, mengembangkannya dengan seluruh tenaganya, sambil berkata “Kami percaya, ini semua berasal dari hadirat Tuhan kami”, dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali Ulul Albab, (Q.S 3:7).

Termasuk dalam bersunggung-sungguh mencari ilmu adalah kesenangan mentafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi. Allah menyebutkan tanda-tanda Ulul albab sebagai berikut : “Sesungguhnya dalam peroses penciptaan langit dan bumi dalam pergiliran siang dan malam adalah tanda-tanda Ulul albab, (Q.S 3:190).

Alqur’an mengajarkan kepada kita dua hal yaitu Tafakur dan Tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang disebut dengan Science

Tasyakur ialah memanfatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran sehingga kenikmatan itu semakin bertambah, dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi.

Tanda kedua adalah mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang. 

Tanda ketiga adalah kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan orang lain.

Tanda keempat, bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya, diperingatkannya mereka, diancamnya masyarakat, diperingatkannya mereka kalau terjadi ketimpangan dan diprotesnya kalau terdapat ketidakadilan. 

Dia tidak hanya berpangku tangan di laboratorium dan tidak senang hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan. Dia tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakat.

Tanda kelima, ia tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Dalam Alqur’an disebutkan bahwa "Berbekalah dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai Ulul albab" (Q.S 2 :197)”. 

Tanda yang khas yang membedakan Ulul albab dengan ilmuwan yaitu Ulul albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan Allah. 

Di dalam Ulul albab berpadu sifat-sifat Ilmuwan, sifat-sifat intelektual dan sifat orang yang dekat dengan Allah. Sebetulnya Islam mengharapkan bahwa dari setiap jenjang pendidikan lahir Ulul albab, buka sekadar Sarjana yang tidak banyak gunanya, kecuali untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rutin. 

Islam mengharapkan dari jenjang-jenjang pendidikan lahir ilmuwan yang intelektual dan yang sekaligus Ulul albab.

Sumber : Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, terbitan Mizan.




Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال