Penerapan Metode Ceramah Transmisif dalam Pembelajaran Daring di Era Digital

KULIAHALISLAM.COM - Melalui Mata Kuliah ICT, Penulis mencoba untuk menjabarkan tentang efektif atau tidaknya metode ceramah transmisif dalam pembelajaran daring di era digital bagi guru & siswa. Sebelum kita memasuki point inti yaitu efektif atau tidaknya metode ceramah transmisif, perlu kita ketahui bersama bahwa perkembangan teknologi di era digital saat ini sangatlah meningkat pesat. 

Penerapan metode ceramah transmisif dalam pembelajaran daring oleh : Fathurrahman Umar Mukin Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta

 
Pada hakikatnya, teknologi tidaklah dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, apalagi di dalam dunia pendidikan, tentu tidak dapat dipungkiri bahwa guru dan siswa harus mampu menguasai teknologi. Dilihat dari perkembangan ini, guru dan siswa dituntut untuk mampu menguasai teknologi, informasi, dan komunikasi. 

Terutama bagi guru, dalam pembelajaran daring yang hampir dilakukan diseluruh sekolah, guru dituntut untuk tidak boleh gaptek, guru harus mampu menguasai, mengolah, dan menerapkan teknologi dengan baik di dalam kelas. Guru juga harus pandai dalam menentukan metode apa yang akan digunakan dalam pembelajaran daring agar tujuan dari pembelajaran itu dapat tercapai. 

Dalam pembelajaran disekolah, penentuan metode oleh guru sangatlah penting, hal ini di lihat juga dengan karakteristik siswa, sehingga penerapan metode sangatlah sesuai dengan kebutuhan siswa. 

Pertanyaannya sekarang, metode ceramah transmisif, apakah efektif atau tidak? 
Dalam bukunya Bates “Teaching In A Digital Age” (2019) menjelaskan bahwa metode ceramah transmisif atau belajar dengan mendengarkan, dapat menentukan interaksi di dalam kelas. 

Interaksi pertama disebut dengan interaksi interpersonal, dengan kata lain bahwa, di dalam kelas, guru menjadi lebih mendominasi kelas dalam penyampaian materi yang di lakukan oleh guru tersebut, hal ini bersifat ceramah transmisif atau interaksi satu arah. 

Interaksi kedua disebut dengan interaksi intapersonal, dengan kata lain bahwa, pada proses penerapan metode ceramah yang dilakukan oleh guru, siswa secara langsung menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan secara intrapersonal, siswa tersebut mampu mengolah informasi dan mampu mengembangkan aspek berpikir kritis di dalam otak.

Dalam bukunya Bates juga dikatakan memang banyak sekali penelitian tentang keefektifan kuliah, kembali ke tahun 1960-an, dan berlanjut hingga hari ini. Analisis yang paling otoritatif dari penelitian tentang efektivitas kuliah tetap Bligh (2000). 

Dia merangkum berbagai meta-analisis dan studi tentang efektivitas kuliah dibandingkan dengan metode pengajaran lainnya dan menemukan hasil yang konsisten:

  1. Ceramah sama efektifnya dengan metode lain untuk menyampaikan informasi (akibat wajar tentu saja metode lain seperti video, membaca, belajar mandiri, atau Wikipedia, sama efektifnya dengan ceramah untuk menyampaikan informasi).
  2. Kebanyakan kuliah tidak seefektif diskusi untuk mempromosikan pemikiran.
  3. Kuliah umumnya tidak efektif untuk mengubah sikap atau nilai atau untuk membangkitkan minat dalam suatu mata pelajaran.
  4. Kuliah relatif tidak efektif untuk mengajarkan keterampilan perilaku.

Ada dua kesimpulan penting dari penelitian ini:

  1. Bahkan untuk satu-satunya tujuan agar kuliah bisa efektif – transmisi informasi – kuliah 50 menit perlu diatur dengan baik, dengan seringnya kesempatan untuk pertanyaan dan diskusi siswa (Bligh memberikan saran yang sangat baik tentang bagaimana melakukan ini dalam bukunya).
  2. Untuk semua kegiatan pembelajaran penting lainnya, seperti mengembangkan pemikiran kritis, pemahaman mendalam, dan penerapan pengetahuan – jenis keterampilan yang dibutuhkan di era digital – kuliah tidak efektif. Bentuk pengajaran dan pembelajaran lainnya seperti kesempatan untuk berdiskusi dan kegiatan siswa diperlukan.

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode ceramah transmisif dalam pembelajaran daring di era digital bagi guru dan siswa dapat dikatakan efektif, karena selain guru sebagai interpersonal di dalam kelas, siswa juga dapat terbentuk secara intrapersonal, dalam hal ini siswa mampu mengolah informasi, menumbuhkan pemahaman yang mendalam, serta mampu mengembangkan aspek berpikir kritis siswa.

Menurut penulis, sebenarnya dalam hal pembelajaran di kelas, gurulah yang memiliki peran sangat penting dalam penentuan metode, dengan melihat karakteristik dari siswa, serta melihat juga apa yang menjadi kebutuhan siswa, sehingga proses pembelajaran daring di era digital ini dapat menjadi efektif.

Sekian dan terima kasih, semoga apa yang telah dijabarkan oleh penulis, dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Oleh : Fathurrahman Umar Mukin
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta.



 

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال