Kepemimpinan dalam Intelektual Profetik Konsep Liberasi (2)

Immawan Sandi di Muktamar IMM (Sumber gambar : dokumen pribadi)

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah” (QS. Al Imran:110)

Transendensi

KULIAHALISLAM.COM - Trasendensi merupakan terjemahan dari tu`minuna billahi yang berarti beriman kepada Allah. Gagasan ini merupakan yang menjiwai sehingga dalam proses humanisasi dan liberasi dibelenggu transendensi. 

Proses memanusiakan manusia dan melakukan proses pembebasan merupakan sarana dan kembali pada Tuhan. Proses liberasi dan humanisasi memiliki tujuan akhir dikarenakan Tuhan. 

Transendensi tersebut merupan respon terhadap ilmu sosial yang selama ini bercorak positivistik menafikan hal yang berkaitan dengan agama. Proses modernisasi yang dilakukan oleh bangsa Barat yang cenderung menafikan agama menjadikan posisi agama termarjinalkan. 

Tetapi akses positif yang ditimbulkan oleh bangsa Barat dengan melakukan modernisasi  mencari alternatif berbagai pemecahan sosial yang menimpa Barat dengan mencari alternatif pada agama untuk menyelesaikan persoalan sosial. 

Transendensi ketuhanan yang akan menjunjung nilai-nilai luhur kemanuasiaan. Dengan kritik transendensi kemajuan teknik dapat untuk mengabdi pada perkembangan manusia dan kemanusiaan  bukan kesadaran materialistik

Pemaknaan transendensi dalam pemahaman Roger Garaudy; dengan transendensi menghilangkan nafsu manusia yang serakah dan nafsu kekuasaan, memiliki kontinyuitas dan ukuran bersama Tuhan dan manusia, mengakui keunggulan norma mutlak diatas akal manusia. 

Transedensi merupakan suatu penerapan yang baru dalam ilmu sosial, transendensi menjadikan ilmu sosial yang bercorak agamis dan berdasarkan nilai-nilai al-Qur’an. 

Kunto menginginkan bahwa al-Qur’an sebagai penurunan teori ia mencontohkan dalam bukunya "Sejarah Dinamika Umat Islam Indonesia", ia menginginkan al-Qur’an sebagai Grand Theory dan diturunkan menjadi Middle Theory dan diturunkan lagi menjadi aplikatifnya. 

Oleh karena itu, Kunto menawarkan al-Qur’an menjadi paradigma dalam melihat realitas dengan cara menjadikan al-Qur’an  bersifat objektif di terima oleh semua golongan. 

Cara yang dilakukan oleh Kunto adalah melakukan objektifikasi terhadap al-Qur’an. Ia memberikan gambaran tentang konsep zakat adalah tujuan utamanya untuk memberantas kemiskinan, jadi zakat nilai objektif dari zakat adalah pemerataan ekonomi. 

Humanisasi

Humanisasi merupakan terjemahan yang kreatif dari amar ma’ruf  yang memiliki makna asal menganjurkan atau menegakkan kebaikan. Amar ma’ruf memiliki tujuan untuk meningkatkan dimensi dan potensi positif manusia, yang membawa kembali pada petunjuk ilahi untuk mencapai keadaan fitrah. 

Fitrah adalah keadan dimana manusia memiliki kedudukan sebagai mahluk yang mulia sesuai dengan kodrat kemanusiaannya atau dengan bahasa mudahnya memanusiakan manusia. 

Memanusiakan manusia adalah menghilangkan kebendaan, ketergantungan dan kekerasan, serta kebencian dari manusia. Humanisme yang ditawarkan adalah humanisme Teosentris bukan humanisme Antroposentris seperti Barat. 

Konsep humanisme tidak dapat dipahami tanpa konsep transendensi yang menjadi dasarnya. Humanisme yang berasal dari barat yang dalam sejarahnya merupakan pemberontakan terhadap gereja yang bersifat dogmatis pada abad pertengahan. 

Dari antroposentrisme menjadikan manusia yang berkuasa atas dirinya sendiri dan sebagai pusat dunia, serta cukup dari diri manusia. Akal yang dimiliki oleh manusia menjadi penentu dan bertindak tidak sesuai dan menyebabkan kerusakan pada alam raya. Dari sifat tersebut menjadikan manusia sebagai raja atas manusia yang lain. 

Dalam sejarah akal yang terjadi adalah sejarah kekuasaan dan eksploitasi alam tanpa batas. Humanisme antroposentris ini menjadikan manusia telah ‘membunuh Tuhan’ sebagaimana yang dikatakan oleh Francis Bacon dikarenakan pengetahuan bukannya untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari kekuatan dan kekuasaan.

Humanisme antroposenstris yang memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia telah terjatuh pada dehumanisasi. Humanisme teosentris Kunto berangkat dari konsep iman dan amal saleh, yang dapat menghindari manusia jatuh pada dehumanisasi. 

Iman sebagai konsep teosentris yang menjadikan Tuhan sebagai konsep pengabdian. Amal sebagai aksi manusia dalam kemanusiaan. Konsep tersebut iman tidak dapat dipisahkan dengan amal, artinya manusia harus memusatkan diri pada Tuhan dan memiliki tujuan untuk kepentingan manusia. 

Humanisme teosentris  kemanusiaan tidak semata diukur oleh akal tetapi oleh transendensi. Konsep humanisme yang telah dilontarkan oleh Kunto dalam ISP (Ilmu Sosial Profetik) merupakan berparadigma fungsional.

Kenapa Intelektual Profetik?

Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal.

Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal.

Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.

Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan pemikiran yang menjangkau realitas rakyat dan terlibat dalam penyelesaian masalah rakyat.

Tugas yang di Emban Oleh Intelektual Profetik

Tugas utama yang diemban oleh seorang intelektual adalah untuk merubah dunia bukan hanya menginterpretasi dunia. Sifat intelektual tersebut yang menjadikan ia bersikap aktif dalam sejarah dan melakukan pembenahan terhadap realitas sosial yang melakukan dehumanisasi dan eksploitasi terhadap alam. 

Setiap apa yang dilakukan oleh intelelektual profetik adalah sesuai dengan maqashid as-syaria’ah yang terdiri dari agama, jiwa, ketuhanan, harta akal dan ekologi. 

Sifat yang dibawa oleh intelektual profetik adalah agama untuk kemanusiaan dan menjadikan agama pemecahan persoalan-persoalan sosial empiris, dalam bidang sosial, ekonomi pengembangan masyarakat, penyadaran hak-hak politik rakyat dan mengeluarkan belenggu manusia dan masyarakat dari ketidakadilan. 

Proses transformasi sosial yang dilakukan sesuai dengan tiga pilar dalam etika profetik yaitu; humanisasi, liberasi dan transendensi.

Kesimpulan

Semangat surat Ali-Imran:110 tersebut menjadi landasan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) untuk menggagas Grand Design Pengkaderan berbasis kenabian. 

Konsep ini akan dijadikan sebagai rujukan kader dalam melaksanakan setiap kegiatan pengkaderan. Dimana tujuannya diarahkan pada terbentuknya kader yang memiliki kompetensi sebagai khalifah Allah di bumi.

Dialektika tersebut, menjadikan posisi agama dalam diri kader yang menjelma menjadi kesadaran kolektif dalam ikatan menjadikan suatu gerakan transformasi sosial dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan yang dilakukan oleh IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).  

Dari pelaksanaan ini, menjadikan Islam yang tertuang dalam teks dapat disuarakan dalam menjawab dan merespon realitas sehingga Islam dapat menjadi rahmat yang dapat diterima oleh siapa saja dan universal dalam ajarannya.

Referensi : 

  1. https://medium.com/@agroteknology001/pengertian-ciri-ciri-sejarah-dan-contoh-Liberasi-4f6904a60865
  2. Al-Mawardi. 2008. Islam Happy Ending. Pustaka Hidaya: Bandung. (Judul asli: Adabud Dunya wad Din, diterbitkan oleh Dar al-Furjani, Kairo Mesir). Teks asli ditulis di zaman Abbasiyah.
  3. Haqîqat Libraliyah Wa Mauqiful Muslim Minha, Sulaiman al-Khirasyi hal 12.
  4. Dinukil dari Haqîqat Libraliyah, hlm. 16.
  5. Lihat Dalîl al-‘Uquul al-Hâ`irah Fi Kasyfi al-Mazhâhib al-Mu’âshirah, Hâmid bin ‘Abdillah al-‘Ali hal. 18.
  6. Lihat Haqîqat Libraliyah al-Khirasyi hlm. 17.
  7. Muhammad Abdul Halim Sani. 2011. Manifesto gerakan intelektual profetik.

Oleh : IMMawan M. Sandi, S.Pd, Ketua Umum PC IMM Bekasi Raya

Editor : Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال