Jagalah Profil Digital Anda : Bahaya Oversharing

Sumber gambar : Kemenkominfo


KULIAHALISLAM.COM - Kaget bukan kepalang. Sama sekali tidak menyangka bila berakibat sedemikian fatal. Jejak digital di media sosial memang sangat luar biasa dahsyat dampaknya. Itulah sekelumit kesan yang saya tangkap atas akibat postingan seseorang. Keteledorannya telah menjadi karma baginya untuk selamanya. 

Tidak ada keharusan untuk sependapat dengan seseorang. Kita boleh berbeda pendapat. Kita boleh berbeda jalan pikiran. Kita boleh memilih jalan yang berbeda dengan orang lain. Siapa bilang kaki kuda ada empat? Darimana kita melihatnya dari sudut itulah jawaban akan diberikan.

Masalahnya adalah kita sering mengukur kebenaran sesuai persepsi masing-masing. Kita suka mengukur baju orang lain dengan ukuran baju kita. Daya nalar setiap orang tentu berbeda-beda sehingga kemampuan bernalar pun harus dihormati.

Ketika kita sudah menghormati perbedaan itu, kita akan lebih berhati-hati dimana pun dan kapan pun. Kita tidak akan sembrono mengeluarkan pendapat lisan dan tulisan secara emosional. Begitu kita teledor dan keteledoran itu ditangkap orang lain, habislah sudah.

Sudah banyak oknum PNS, pejabat negara, pegawai BUMN, karyawan perusahaan ditegur atasan. Mereka diberikan sanksi hingga dipecat karena teledor bermain di media sosial. Bahkan tidak sedikit ibu-ibu dan bapak-bapak yang ikut menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian yang akhirnya mendekam di penjara. Entah terbawa arus politik, agama, hingga SARA. 

Jangan pernah beranggapan bahwa semua orang dalam sebuah grup itu sependapat. Ada juga yang berbeda pendapat dan itu harus kita hormati. Bila kita gemar memaksakan diri seraya menganggap pendapatnya yang paling benar hingga mengabaikan saran dan kritik teman, berhati-hatilah. Sangat boleh jadi ada teman yang ambil capture atau screenshot atas ujaran kebencian itu.

Maka, marilah kita gunakan media sosial ini dengan bijak. Jangan hancurkan karier dan keluarga yang sudah puluhan tahun dibangun hanya karena latah di media sosial. Tahan jari bila hati penuh emosi. Sepandai apapun menyimpan aib pasti akan ketahuan juga. Jangan pernah mengira akun anonim atau dihapusnya postingan tidak dapat dilacak.

Saat ini mungkin masih aman karena Allah masih mencintai kita dengan menutup aib-aib kita. Kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bertobat dari kegemaran negatif itu. Maka mari kita gunakan kesempatan ini untuk memperbaiki diri. Jangan sampai semuanya terlambat akibat ketidakmampuan menahan emosi.

Apa yang kita tebarkan itulah yang akan kita panen. Kita sebarkan kebaikan insya Allah berbuah kebaikan. Sebaliknya, kita pun akan memanen keburukan karena kita pun gemar menyemai kejahatan. Renungkanlah bila kita mati dan buah keteledoran itu menjadi dosa jariyah. Innalilah.

"Sungguh kamu berbuat baik itu untuk dirimu sendiri. Dan sungguh kamu berbuat jahat pun untuk dirimu sendiri" (QS Al Isra: 7).

Bahaya Oversharing

Bermain di media sosial memang mengasyikkan. Berdasarkan hasil penelitian, orang dewasa di Indonesia menghabiskan 8 jam per hari bermain di media sosial. Juga 5 jam bermain internet.

Sayangnya, bermainnya sering kebablasan. Apa saja di-share. Piknik, prestasi, kekayaan, ijazah, piagam, sertifikat hingga mungkin BPKB kendaraan. 

Apakah mereka salah? Tidak. Mereka tidak akan merasa bersalah karena memang berharap pujian, like, dan komentar positif. Karena itu, mereka asyik-asyik saja. Bahkan mereka malah marah bila ditegur. 

Kebiasaan di atas disebut oversharing. Istilahlain, penyebaran informasi yang berlebihan. Saat sedang mabuk pujian itu, sejatinya ia sedang menanam ranjau. Ya, ranjau yang berpotensi bikin hidupnya kacau.

Begitu banyak kejahatan yang memanfaatkan kelengahan. Fotonya dibajak untuk penipuan. Nomor telepon dihack orang untuk kejahatan. Sertifikat dipalsukan oleh orang lain. KTP-nya digunakan untuk mencari pinjaman online tanpa diketahuinya. Dan masih banyak lagi kejahatan yang disebabkan oleh oversharing.

Maka, batasilah penyebaran informasi pribadi. Tidak perlu semua orang tahu apa yang kita miliki. Tidak perlu pula kita mabuk pujian atas tumpukan piagam penghargaan. Akibat kelatahan ini, dampak buruknya bisa mengancam seumur hidup. Bahkan hingga anak cucunya.

Share saja hobi. Ilmu yang dikuasai. Kegiatan kantor atau tempat tinggal. Potensi lokal. Kutipan ayat-ayat kitab suci. Nasihat para ulama dan cerdik cendekiawan. Berita-berita yang membangun. Dari situ, justru kita akan memanen kebaikan meskipun kita sudah tiada.

Oleh : Johan Wahyudi, M.Pd.

Editor : Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال