Konflik Sektarian Sunni-Syiah Adalah Propaganda AS
Izinkan ane memulainya dengan menceritakan perjalanan
hidupku mengenal syiah. Ane mulai mengenal kata syiah saat awal popularitas
facebook di tahun 2007. Saat itu ana dimintai tolong kawan, keseringannyan sih cewek-cewek untuk membuatkan akun fesbuk di
warnet. Tapi ya ane saat itu masih polos. Belum punya yang namanya rasa ketertarikan
sama lawan jenis. Sehingga setiap pertanyaan yang dilontarkan fesbuk tentang
data pribadi tidak punya rasa khusus di jiwa. Selain ‘jenis kelamin’, ‘tertarik pada pria/ wanita,
ada satu pertanyaan yang sering ana agak
bingung adalah, apa agama anda? Tentu pilih islam, ternyata ada pilihan lagi,
sunni dan syiah. Karena tidak mengerti
ya ane pilih islam aja. Hahah...
Mulai lah
tahun 2010 ane yang pengen lulus di jurusan IT, malah lulusnya di IAIN. Di kampus banyak sekali buku-buku propaganda
anti Shiah, bahkan booklet kecil sampai majalah anti syiah dibagi2kan secara
gratis. Bahkan kakak kelas banyak bicara tentang betapa sesatnya orang-orang
syiah, Qurannya beda, syariatnya beda, kafir dll. Sampai-sampai saat itu ana yang
masih semester satu, mulai tidak suka dengan beberapa dosen yang dikabarkan
penganut aliran syiah. Kebencianku terhadap syiah semakin menjadi-jadi ketika ane
mengunjungi sebuah perpustakaan yang ternyata adalah markas syiah di Medan. Sebagai
tugas kuliah waktu itu ane mewancarai tokoh-tokoh di sana. Ada banyak sekali perbedaan antara
islam sunni maupun islam syiah. Ane lihat secara langsung bagaimana mereka
berwudhu, adzannya, bahkan ane pernah pegang batu yang terbuat dari tanah
karbala yang mereka pakai saat sholat. Ya
begitulah ternyata belakangan ana sadar, bahwa propaganda anti syiah di nusantara
sebenarnya sudah mulai gencar dilakukan tahun 2008.
Sampai menjelang akhir semester akhir 2014, mendapat amanah di bidang media, ane juga
sering mengkampanyekan anti syiah, mulai dari gambar, tagar, sampai video. kami
juga sempat mempertontonkan teatrikal keliling kampus. Teatrikal yang
menceritakan kediktatoran pemerintahan Basyar
al Asaad di Syiria. Dengan bodohnya ane berlakon menjadi salah seorang tentara
yang kejam. Padahal kami tidak tau apa
sebenarnya yang terjadi dan hanya terjerumus propaganda anti syiah dari media. Demikianlah
betapa otakku berhasil di cuci oleh antek-antek zionis saat itu. Sebuah momen
yang sangat ane sesali. Semoga ALLAH SWT mengampuni dosaku dan teman2 yang
terlibat.
Seterusnya, ane merasa ada yang janggal dengan
dunia ini. Sebab konflik dan perang itu selalu berpusat di timur tengah. Mulai lah
ane tertarik dengan geopolitik, hubungan internasional, bahkan eskatologi
Islam. Tidak hanya soal palestina, semua negara Islam yang berdekatan dengan
Israel mulai dari Irak, Libya Yaman, Suriah, semua pasti berdarah. Tidak
mungkin ini hanya berhenti di soal perebutan sumber daya alam saja, pasti ada
faktor politik bahkan ideologi di sana. Namun, jika kita melihat perang ini hanyalah
sekedar perkara bisnis dan politik, kita
tidak akan pernah bisa paham dan memprediksi ujung ceritanya. Ini semua jelas
ada hubungannya dengan agama.
Selain Irak, libya yang sudah berhasil
ditaklukkan. Memasang pemimpin boneka yang khidmat kepada Israel. Suriah adalah
salah satu negara yang ditargetkan harus tunduk pada zionis. Namun sayang semua
usaha AS telah digagalkan oleh Rusia dan Cina. Padahal AS telah menggelontorkan
banyak biaya untuk menggulingkan pemerintahan yang sah basyar al asad. Mulai dari
kampanye hitam kediktatoran basyar al asad di media, menciptakan kerusuhan dan
demonstrasi, memberi sanksi embargo ekonomi dan bantuan kemanusiaan dari
seluruh dunia, sampai mengirimkan tentara NATO ke Syiria.
Bagaimana dengan Iran? Negara dengan mayoritas
Syiah. Ternyata setelah revolusi menumbangkan rezim syah Pasha, Iran telah
berhasil keluar dari cengkeraman AS. Berhasil memulihkan ekonomi, menciptakan
stabilitas sistem pemerintahan, membangun kekuatan militer yang memiliki nukilir.
Menjadikan Iran bahkan satu-satunya negeri muslim yang paling membenci AS. Dibanding
negara muslim lain yang menormalisasi hubungannya dengan Israel, justru Iran
adalah negara yang mengarahkan militernya untuk menghancurkan negara Zionis
itu. Adakah negeri-negeri arab yang kaya minyak itu memiliki izzah seperti Iran
sekarang? Apakah Turki termasuk?
Sekarang mengapa kita benci terhadap syiah? Tentu
itu hanyalah bagian dari adu domba AS agar tidak terjadi aliansi antara negara Islam
lain dengan Iran. AS berusaha membuat umat Islam terpecah belah. Bayangkan seberapa
kuat kekuatan militer Islam ketika bersatu. Bagaimana bila negara muslim
seluruhnya bersatu dengan Rusia, Cina dan Iran untuk menumbangkan zionis? Tidak
harus secara militer, beri mereka sanksi ekonomi. Bahkan Indonesia cukup
menyatakan persatuan Islam Sunni dan Syiah di OKI. Pastilah persatuan Islam
sekali lagi akan terwujud atas nama Keadilan dan Kemanusiaan. Lah ini kok kita
malah terjebak konflik Syiah Sunni di daerah. Padahal Konflik Sunni Syiah
sebenarnya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi.
Jika masih membantah, coba saja cari informasi
ini sendiri. Perlu kita ketahui bahwa video dan gambar tentang syiah yang
menghina sahabat dan bunda Aisyah tersebut
tidak sepenuhnya benar, melainkan itu hanya dilakukan oleh segelintir aliran
syiah tertentu. Dan kelompok ini memang sengaja dibuat oleh para penjajah untuk
mengadu domba umat islam. Memang para penjajah membuat sekte sekte syiah dan
pusatnya di London. Jadi jika kita melihat tayangan setiap kali bersyahadat
melaknat tokoh besar Ahlussunnah ini adalah sekelompok masyarakat syiah saja channel
TV. Jadi, misal kita melihat TV Fadar,
itu memang mewakili Syiah yang memang dibuat oleh agen musuh islam untuk
memecah belah umat islam.
Padahal ini adalah zaman keterbukaan informasi,
tidak bisakah kita melihat ini sebagai gambar besar? Syiah yang mainstream yang
berada di Iraq dan Iran, dipimpin oleh dua ulama besar. Di Iran dipimpin oleh
seorang sayyid Ali Al Khameini, sementara di Iran dipimpin oleh Sayyid ali al
djistami. Mereka mengeluarkan fatwa resmi, jangankan melaknat sahabat sahabat
tertentu. Mengusik kehormatan tokoh sunni diharamkan. Bahkan Sayyid Ali Al
Djistami tegas mengatakan bahwa ahlusunnah bukan hanya saudara kita, tapi juga
jiwa kita. Syahadat mereka sama dengan mereka, meski ada tambahan. Mereka menerima
kuota haji. Mereka juga mengikuti MTQ.
Jadi Jangan lagi kita menyebarkan kesesatan
syiah, menghina syariat mereka, menjelekkan tradisi mereka. Dan Janganlah kita
masih saja mengikuti langkah para Ulama
yang terus saja mengkampanyekan anti syiah sunni. Adapun para ulama tidak
usahlah bahas syiah dari segi syariat karena memang sudah beda. Tidak maju dan
terus saja diulang-ulang. Ini menurut ana adalah bentuk kesengajaan menyulut kembali
perpecahan ummat. Janganlah mengorbankan masa depan islam demi viral dan
ketenaran. Justru inilah yang diinginkan musuh Islam.
Pembahasan ini akan ana tutup dengan satu
pertanyaan. Lalu bagaimana kita menyikapi saudara kita yang syiah itu? inilah
jawaban ana untuk antum semua. Bahwa soal keyakinan biarlah mereka dengan
keyakinan mereka. Yang penting kita jaga benteng akidah kita sendiri. Jika mereka
mengganggu akidah kita, barulah kita bereaksi. Kalau kita tidak suka dengan tradisi
menjijikkan nikah mut’ah itu, ya sudah jangan lakukan. Jaga saudari anak perempuan
kita dari praktek zina semacam itu. karena sebenarnya tidak ada yang kita dapatkan
dari perpecahan keyakinan ini. Apakah kita senang jika adu domba Sunni syiah seperti
ini terjadi di nusantara? Taukah kalian Mayoritas Syiah yang tidak suka daerahnya
dicaplok zionis seperti Iraq, Yaman, Suriah kini sedang
terancam kelaparan? Masih tidak bisakah kita piknik sebentar melihat ini adalah
bagian dari rancangan zionis.? Cobalah buka fikiran untuk mempelajari konflik
lokal ini adalah bagian dari konflik internasional.
Kadang kita
memang terjebak oleh pemikiran bodoh akibat kekurangan info. Kita “merasa berjihad dan membela
agama” jika kita membela aliran kita sendiri, dan
menghujat aliran lain. Inilah kebodohan yang harus dibuang. Kerena selain umat makin terpecah belah dan hancurnya persatuan Islam, kita juga sedang terkena ancaman Dosa Besar.
أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرَ فَقَدْ بَاءَ بِهَا
أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ.
“Siapa saja yang berkata kepada saudaranya,” Hai Kafir”. Maka akan
terkena salah satunya jika yang vonisnya itu benar, dan jika tidak maka akan
kembali kepada (orang yang mengucapkan)nya.” (HR Bukari dan Muslim).