Mughal Dinasti Islam Terbesar di Dunia Yang Berada di India

Taj Mahal Peninggalan Dinasti Mughal

KULIAHALISLAM.COM - Dinasti Mughal di India didirikan oleh seorang penjarah dari Asia Tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur yang merupakan salah satu keturunan Timur Lenk (771-807 H/1370-1405 M) dari etnis bangsa Mongol dan keturunan Genghis Khan yang telah masuk Islam dan pernah berkuasa di Asia Tengah pada abad ke-15 M. 

Dinsati Mughal berdiri pada saat di Asia kecil berdiri tegak Kerajaan besar Turki Utsmani (Diansti Ottoman) dan di Persia berdiri Kerajaan Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi negara adikuasa di dunia. Mereka menguasai perekonomian, politik serta militer dan mengembangkan kebudayaan yang monumental.

Zahiruddin Muhammad Babur naik tahta untuk pertama kali sebagai penguasa Ferghana di Asia Tengah, menggantikan ayahnya Umar Mirza pada tahun 1500 M. Setelah ia naik tahta, ia mencanangkan obsesinya untuk menguasai seluruh wilayah Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun ambisnya terhalang oleh kekuatan Uzbekistan, bahkan pada tahun 1504, ia kehilangan wilayah Ferghana.

Berkat bantuan Ismail I (memerintah 907-930 H/1500-1524 M.) dari Kerajaan Safawi yang beraliran Syiah, Babur dapat menguasai daerah Kabul pada tahun 1512. Dari sini, ia memperluas kekuasaannya ke sebelah Timur hingga pada tahun 1526, ia dapat merebut wilayah Delhi dari Dinasti Lodi.

Keberhasilan itu diraih melalui perjuangan panjang. Ibrahim Lodi (memerintah 923-932 H/1517-1526 M), penguasa Delhi dari Afganistan kehilangan pengaruh di mata para pendukungnya. Daulat Khan Lodi yang merupakan Gubernur Lahore dan Alam Khan (paman Ibrahim Lodi) melakukan pembangkangan pada tahun 1524 terhadap pemerintahan Ibrahim Lodi dan meminta Babur untuk merebut Delhi.

Tiga kekuatan itu bersatu menyerang kekuatan Ibrahim Lodi tetapi gagal memperoleh kemenangan sehingga Daulat Khan dan Alam Khan berbalik arah menyerang Babur. Babur berhasil mengalahkan mereka dan Babur dapat menguasai wilayah Lahore. Setelah Lahore, Babur bergerak untuk menguasai wilayah Panipat. 

Akibatnya terjadi pertempuran Panipat I. Babur memperoleh kemenangan dalam pertempuran Panipat I tahun 1526. 
Setelah menguasai daerah Panipat, ia berhasil menguasai wilayah Delhi dan Babur memproklamasikan diri sebagai Maha Raja di India. Kemenangannya yang begitu cepat mengundang reaksi dari penguasa Kerajaan Hindu di India yaitu Raja Rajput dan Rana Sanga yang didukung oleh para kepala suku di India Tengah.

Babur harus menghadapi dua kekuatan besar sekaligus. Tantangan dari kekuatan besar tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput dapat ditundukan.

Setelah Rajput dapat ditundukan, konsentrasi Babur diarahkan ke sebelah Timur pusat kekuatan Dinasti Lodi dari Afganistan, yang saat itu dipimpin oleh Mahmud saudara Ibrahim Lodi. Kekuatan Mahmud dapat dipatahkan Babur dan mengakibatkan daerah Gogra dan Bihar jatuh ke bawah kekuasaan Barbur.

Ketika Babur wafat tahun 1530, Dinasti Mughal mengalami kemunduran dan kekalahan total di setiap pertempuran. Nasiruddin Muhammad putra dari Babur tidak mampu menahan gerakan Sher Shah yang merupakan pemimpin etnis Afganistan. Wilayah kekuasaan Babur yang terbentang dari Lahore, Punjab, Gogra, Bihar di Timur, Gwalior, Chanderi, dan Mewar di bagian India Tengah jatuh pada kekuasaan Sher Shah tahun 1539 M.

Pemerintahan Sultan Humayun

Humayun (Nasiruddin Muhammad) terusir dari Delhi dan memasuki Persia sebagai pengungsi. Selanjutnya, Syah Tahmasp I (1514-1575) sang penguasa Dinasti Safawi memberi dukungan pada Humayun. 

Dengan dukungan ini, Humayun dapat menguasai kembali daerah Kabul dan Kandahar tahun 1545 dan pada tahun yang sama Sher Shah meninggal dunia. Sepeninggal Sher Shah, bangsa Afganistan kehilangan pemimpin yang tangguh, sehingga daerah Delhi dapat direbut kemabli oleh Humayun tahun 1555 M.

Makam Raja Humayun

Humayun meninggal dunia setelah menguasai Delhi dan tahta kerajaan jatuh pada Akbar I (Abul Fath Jalaluddin Muhammad Akbar). Sultan Jalaluddin Akbar memegang tampuk kekuasaan yang lama (1556-1603 M). Pada masa kekuasaannya Dinasti Mughal mencapai puncak kejayaan. 

Seluruh wilayah yang lepas pada masa Humayun berkuasa dapat direbutnya kembali. Kekuatan pasukan Hemu yang merupakan Menteri Hindu pada masa kekuasaan Sher Shah dapat dipatahkannya pada pertempuran Panipat II (05 November 1556). 

Sultan Jalaluddin Akbar

Sultan Jalaluddin Akbar yang masih muda dibantu oleh Bairam Khan (Wakil Sultan ) yang memerintah 963 H-1014 H/1556-1605 M). Bairam Khan penganut Islam bermadzhab Syiah yang setia membantu Dinasti Mogul sejak Barbur dan Humayun. 

Namun Bairam Khan terlalu memaksakan kepentingan mazhabnya dalam pemerintahan Sultan Jalaluddin Akbar, sehingga Sultan Akbar memberhentikannya sebagai Wakil Sultan pada tahun 1561 M. 

Selanjutnya Sultan Akbar meneruskan program ekspansinya ke sebelah Timur dan Selatan. Daerah Malwa dan Chundar dapat dikuasai tahun 1561 M. Kerajaan Ghond ditaklukan tahun 1564 M. Chitor dikuasai 1568 M. Gujarat dikuasai tahun 1572, dan Bengal dikuasai tahun 1576 M. 

Kemudian, ekspansi itu juga dilakukan ke sebelah utara, sehingga daerah Kasmir dapat dikuasai tahun 1586, Sind di sebelah barat laut Delhi dikuasai tahun 1590 M. Dan wilayah Orisa di sebelah Timur dikuasai tahun 1592 M. Kerajaan Deccan ditaklukan pada tahun 1596 M, Daerah Gawligarh dan Narnala, daerah Ahmadnagar dan daerah Asitgah berhasil dikuasai Dinasti Mughal.

Keagamaan Pada Masa Sultan Akbar 


 Al Qur'an pada masa Dinasti Mughal

Di bidang keagamaan, pada masa pemerintahan Sultan Jalaluddin Akbar terdapat masyarakat Hindu dan Islam. Muslim diperbolehkan memakan daging sedangkan orang Hindu tidak diperbolehkan memakan daging. Sultan Akbar tetap mengamalkan dasar toleransi kepada semua agama. 

Sultan Jalaluddin Akbar memiliki istri beragama Hindu yang sangat terkenal sepanjang sejarah.

Istana Ratu Jodha atau Mariam Uz Zamani

Namanya permaisurinya adalah Mariam Uz Zamani (disebut juga Heer Kunwari, Jodha Bai). Mariam Uz Zamani menjadi Ratu Dinasti Mughal.

Selanjutnya, kejayaan Dinasti Mughal terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan tiga Sultan berikutnya yaitu Sultan Jahangir (Nuruddin Muhammad Jahangir atau Sultan Salim) yang memerintah tahun 1605-1627 M, Shah Jahan yang memerintah tahun 1627-1658 M. Shah Jahan terkenal lewat peninggalannya berupa bangunan Taj Mahal yang merupakan salah satu tujuh dari keajaiban dunia. 

Kemudian setelah Shah Jahan, Dinasti Mughal dipimpin oleh Sultan Aurangzeb (Alamgir I) yang memerintah 1658-1707 M. Pada masa pemerintahan tiga Sultan terakhir ini, orientasi politik lebih banyak difokuskan pada upaya-upaya mempertahankan keutuhan wilayah kekuasaan, pembangunan, sektor ekonomi lewat pertanian dan perdagangan.

Istana Dinasti Mughal

Selama satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi salah satu negara adikuasa dan terhebat di dunia selain Dinasti Turki Utsmani. Dinasti Mughal menguasai perekonomian dunia dengan jaringan pemasaran barang-barangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. 

Selain itu di bawah Dinasti Mughal, India memiliki pertahanan militer yang tangguh dan sulit ditaklukan dan memiliki kebudayaan yang tinggi.

Runtuhnya Dinasti Mughal di India


Sultan Aurangzeb

Setelah Sultan Aurangzeb wafat, tahta Dinasti Mughal diduduki oleh Sultan-Sultan yang lemah. Menurut Prof. Harun Nasution (mantan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta) dalam bukunya “ Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya” memaparkan bahwa di masa pemerintahan Sultan Aurangzeb terjadi banyak pembrontakan dari pihak golongan Hindu. 

Pemberontakan agama Sikh dipimpin oleh Guru Tegh Bahadur dan Guru Gobind Singh serta golongan Rajput memberontak di bawah pimpinan Raja Udaipur. Sesudah Sultan Aurangzeb wafat, pemberontakan semakin kuat. 

Selain itu, umat muslim pun banyak yang meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti ajaran Tarekat-Tarekat yang khurafat (sesat) dan supertisi. Umat Islam dipengaruhi sikap fatalitis. Sementara itu, dipertengahan abad ke-18 Masehi, Inggris mulai menjajah India. Pada tahun 1761, Inggris berhasil menguasai daerah-daerah kekuasaan Dinasti Mughal. 

Puncaknya tahun 1857 Masehi, Inggris berhasil meruntuhkan Dinasti Mughal dan Inggris menjajah India dan tahun 1858 Masehi, Sultan terakhir Dinasti Mughal yaitu Bahadur Syah II terusir dari Istananya. 

Banyak sekali ulama pembaharuan Islam di masa Dinasti Mughal seperti Sayid Ahmad Khan dan Ahmad bin Abdul Rahman (Syekh Wali Allah) dari Delhi namun tidak dapat memperbaiki keruntuhan Dinasti Mughal. 

Di bawah Dinasti Mughal, tidak pernah ada pembantaian (genosida) umat Hindu atau Sikh tetapi apakah Inggris dan umat mayoritas di India melakukan hal yang sama pada umat muslim ? Sejarah mencatat setelah Mughal runtuh, banyak terjadi aksi tidak manusiawi pada Muslim.

Sumber : 
  1. Ensiklopedia Islam Jilid III terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta. 
  2. Prof. Harun Nasution dalam bukunya “ Islam ditinjau dari berbagai aspeknya jilid II.
  3. Prof. Fazlur Rahman dalam bukunya “Gelombang Perubahan dalam Islam”, dan dari sumber lainnya.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال