Libya di Bawah Kepemimpinan Muammar Gaddafi


Muammar Gaddafi pemimpin Libya (Sumber gambar : Tirto.id)

KULIAHALISLAM.COM - Libya merupakan negara nomor empat terluas di Benua Afrika. Sebelah Selatan berbatasan dengan Chad, barat dengan Aljazair, barat laut dengan Tunisia, timur dengan Mesir. Ibukota Tripoli. Bahasa resmi adalah Arab dan 97 % beragama Islam dan mata uang adalah Dinar Libya (LD).

Sekitar 85 % dari wilayah Libya terdiri dari padang pasir tandus, daerah suburnya terletak hanya di belahan pantai yang sempit dan berapa tempat yang mempunyai oase. Gurun Sahara dan Laut Tengah bertemu di sepanjang pantai Teluk Sidra (Sirte), di mana gurun pasir itu telah membentuk rintangan sepanjang 300 Mil (500 km) yang memisahkan Tripolitania dan Cyrenaica.

Dalam bidang ekonomi, Libya mengandalkan sektor pertanian sebagai tonggak perekonomiannya, sehingga lebih memperhatikan pembangunan proyek irigasi dan pengelolaan tanah, seperti yang terdapat di Kafra dan Tawurgha. 

Baru pada tahun 1959 untuk pertama kali minyak ditemukan di Cyrenaica dan tahun 1961, Libya sudah mulai mengekspor minyak. Penemuan minyak ini telah membawa perubahan besar terhadap perkembangan perekonomian Libya. 

Komposisi etnis penduduk Libya mencerminkan migrasi orang-orang Arab dari Timur ke Afrika Utara antara abad ke-11 dan abad ke-16. Kedatangan gelombang penyerbu termasuk Yunani, Romawi dan orang-orang Islam Timur Tengah telah menyebabkan penduduk asli suku Berber melarikan diri ke Selatan dan Barat dengan mengambil bukit-bukit di Tripolitania atau oase-oase di Gurun Sahara sebagai tempat perlindungan.

Sedikit sekali yang diketahui tentang negeri ini sebelum kedatangan orang-orang Berber, yang mungkin berasal dari sebelah timur Laut Tengah sekitar 4.000 tahun yang lalu. Pada tahun 1911, Italia menduduki wilayah Turki di Afrika Utara dan setelah Perjanjian Lausanne (1923), Italia mempersatukan daerah ini menjadi negara Libya.
 
Kemudian, pada tahun 1942 negeri ini diduduki oleh Inggris dan Prancis. Setelah Perang Dunia II berada di bawah perwalian PBB. Libya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1951 di bawah pemerintahan Raja Muhammad Idris, pemimpin kelompok Sanusiah Militan yang kemudian dijatuhkan kekuasaanya oleh Kol. Muammar Gaddafi pada tanggal 1 September 1969.

Sejak Gaddafi menjadi pemimpin tertinggi Libya, ia menggunakan minyak untuk membantu kepentingan Dunia Arab terutama dalam rangka menentang Israel dan juga membantu gerakan-gerakan kemerdekaan di seluruh dunia. Para pemimpin Libya menyadari bahwa kekayaan yang mereka peroleh adalah anugerah Allah SWT oleh karena itu harus dimanfaatkan untuk kepentingan Islam.

Pemerintah Libya memberikan bantuan keuangan yang cukup besar bagi upaya misi Islam dalam rangka membantu meningkatkan organisasi-organisasi dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebangkitan Islam terutama bagi kelompok-kelompok minorits Muslim di negara-negara non Muslim.

Pada tahun 1971, Libya membantu kepentingan umat Islam Filipina yang berstatus pengungsi, membangun Masjid dan Islamic Centre, serta mengatur perundangan antara pemerintah Filipina dan MNLF (Moro National Liberation Front atau Front Pembebasan Nasional Moro) bagi otonomi Islam di Filipina Selatan.

Dalam bidang hukum, Libya menetapkan ketentuan-ketentuan pidana yang mendapat inspirasi dari Alqur’an. Pada tahun 1972 ditetapkan hukuman potong tangan bagi kejahatan pencurian, hukuman cambuk serta rajam bagi kejahatan perzinahan. Kemudian pada tahun 1974 ditetapkan hukuman cambuk bagi peminum alkohol. 

Dalam Pasal II Konstitusi Libya tahun 1977 dinyatakan bahwa “Alqur’an menjadi syariat bagi masyarakat.” Gaddafi memiliki kebijakan yang mendukung rakyat diantaranya adalah listerik dan pendidikan diberikan secara gratis,  kemampuan baca tulis Libya tertinggi di Afrika Utara. Libya adalah pemasok utama minyak dan gas bagi Eropa. 

Namun kemajuaan Libya di tangan seorang Muammar Gaddafi membuat Barat tidak bahagia. Amerika mendapat dukungan dari Inggris dan Prancis serta mendapat dukungan dari PBB dan NATO untuk menghancurkan Muammar Gaddafi.

Selain itu pada 17 Februari 2011 terjadi demonstrasi yang menentang Muammar Gaddafi di Kota Benghazi, Libya Timur dan kota lainnya. Pada Oktober 2011, pemberontak yang mendapat dukungan Barat berhasil menangkap dan membunuh Muammar Gaddafi di kota kelahirannya.

Pada tahun 1986, Gaddafi sempat lolos dari maut ketika jet tempur AS menjatuhkan Bom seberat 1 ton di barak Gaddfi, bom itu membunuh putrinya yang berusia 2 tahun.
Kini rakyat Libya menyesal telah meruntuhkan kekuasaan Muammar Gaddafi. Rakyat menjadi budak dinegerinya sendiri dan Barat berhasil menancapkan pengaruhnya di Libya sekali lagi demi kepentingan minyak. 

Sumber : Ensiklopedia Islam Terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve, dan lainnya.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال