Memahami Karakter Dakwah Mohammad Natsir

Mohammad Natsir (Sumber gambar : Merahputih.com)

KULIAHALISLAM.COM – Mohammad Natsir adalah sosok pengerak dakwah yang banyak berperan pada awal masa kemerdekaan Indonesia. Selain itu beliau merupakan tokoh pendidik, penulis produktif, politisi negarawan, pemikir, ulama, dan pembela Islam.

Mohammad Natsir melihat bahwa Islam adalah agama dakwah. Islam mengakui adanya hak, nafsu, akal dan rasa dengan fungsinya masing-masing, mengarahkan panca indra, menggugah akal dan kalbu, menyambung jangkauan untuk hal-hal yang tidak tercapai oleh mereka sendiri.

Sehingga manusia tidak lagi meraba ke sana-sini dan terus salah meraba dalam mencari Tuhannya seperti yang tersebut dalam lelucon sedih tentang nasib lima orang buta yang meraba-raba dengan tangan untuk mengetahui bentuk gajah. 

Berdasarkan konsep di atas dapat dipahami bahwa beliau menempatkan posisi dakwah Islam sebagai hal yang penting karena hal tersebut akan ikut menentukan jatuh bangunnya suatu masyarakat dalam suatu bangsa. 

Yusril Ihza Mahendra yang pernah menjadi muridnya mengemukakan bahwa kiprah Mohammad Natsir sebagai tokoh intelektual, politikus, pemimpin negara, maupun tokoh dunia Islam yang terkemuka di abad ini merupakan pribadi yang penuh pesona. 

Padahal dari segi asal-usul dan fisiknya, beliau hanyalah orang biasa dengan temperamen yang lemah lembut, namun teguh memegang prinsip-prinsip Keislaman.

Dari ungkapan di atas dapat dinilai bahwa kesederhanaan dan kejujuran merupakan modal bagi Mohammad Natsir dalam memimpin. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kesederhanaan, kejujuran, ketekunan dan keikhlasan merupakan karakter Mohammad Natsir sebagai pemimpin dakwah.

Proses kaderisasi kepemimpinan dakwahnya dimulai dengan pembinaan akidah, beliau menegaskan bahwa sebagai pemimpin dakwah, para dai harus mencontoh jejak dakwah para Nabi dengan meletakkan tauhid sebagai batu pertama karena tauhid merupakan landasan dalam beragama dan beramal. Tauhid yang benar akan mampu membebaskan manusia dari berbagai ketergantungan kepada selain Allah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Mohammad Natsir memandang bahwa dakwah adalah seruan yang sifatnya fardhu 'ain. Beliau tidak hanya memahami dakwah hanya sebagai tabligh dalam makna sempit, namun merupakan sebuah sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan meningkatkan seluruh aspek-aspek kehidupan manusia sebagai kelanjutan risalah Nabi Muhammad. 

Baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan serta bidang lainnya. Dalam hal ini, beliau mempergunakan kendaraan politik dalam pengembangan dakwahnya. Di sisi lain, menurutnya, keberhasilan dakwah juga terletak pada profesionalisme seorang dai dalam melaksanakan tugasnya. 

Mohammad Natsir memahami dakwah tidak hanya bermakna tabligh, namun merealisasikan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang politik, pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya, dengan menempatkan dakwah politik, dakwah pendidikan dan dakwah ekonomi sebagai prioritas. 


Oleh : Naufal Abdul Afif*

*Alumni Pondok Modern Muhammadiyah Darul Arqam Patean Kendal

Naufal Afif

Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال